Friday, January 19, 2007

Seputar Puasa Muharram


Amalan Di Bulan Muharram (awal Tahun Hijriyah)

Pertanyaan

Assalamualaikum.
Amalan apa yang seharusnya kita lakukan berkait dengan moment pergantian tahun baru hijriyah?
Abu Aisyah

Jawaban:
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Dalam kitab I‘anatut Thalibin, salah satu kitab yang banyak digunakan dalam mazhab Asy-Syafi‘iyyah, pada jilid 2 hal 267, disebutkan bahwa memang banyak amal-amal yang sering dilakukan pada momentum bulan Muharram. Namun penyusun kitab ini mengatakan bahwa hanya dua saja yang memiliki dasar kuat yaitu sunah puasa dan meluaskan belanja. Sedangkan selebihnya kebanyakan haditsnya dahif dan sebagian lagi mungkar maudhu‘.

Yang berkaitan dengan puasa adalah puasa sunah yaitu pada hari kesepuluh dan kesembilan di bulan itu. Sering juga disebut dengan ‘Asyuro dan Tasu‘a. Banyak sekali dalil yang menerangkan hal ini, antara lain:

Dari Abu Hurairoh RA ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: �Shaum yang paling utama setelah shaum Ramadhan adalah shaum dibulan Alloh Muharram. Dan sholat yang paling utama setelah sholat fardhu adalah sholat malam� (HR Muslim 1162)

Dari Humaid bin Abdir Rahman, ia mendengar Muawiyah bin Abi Sufyan RA berkata: �Wahai penduduk Madinah, dimana ulama kalian? Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: �Ini hari Assyura, dan Alloh tidak mewajibkan shaum kepada kalian di hari itu, sedangkan saya shaum, maka siapa yang mau shaum hendaklah ia shaum dan siapa yang mau berbuka hendaklah ia berbuka� (HR Bukhori 2003)

Rasulullah SAW bersabda: �Shaumlah kalian pada hari assyura dan berbedalah dengan orang Yahudi. Shaumlah kalian sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya� (HR Thohawy dan Baihaqy serta Ibnu Huzaimah 2095)

Sedangkan amal lainnya �selain puasa dan meluaskan belanja- sebagaimana disebutkan oleh An-Nawawi, adalah amal yang dasar hukumnya lemah.

Beliau �An-Nawawi- mengutip nazham yang disusun anonim (tanpa nama pengarang) berkaitan dengan amalan di bulan Muharram itu yaitu:

Puasalah, Shalatlah, Silaturrahim-lah, kepala anak yatim usaplah, bersedekahlah, mandilah, luaskan belanja, potonglah kuku, kunjungi ulama, tengoklah orang sakit, pakailah celak mata, bacalah surat Ihklas 1000 kali.

Sebenarnya amal-amal itu semua baik-baik saja, selama tidak dikaitkan dengan momentum tertentu. Sehingga yang jadi titik masalah adalah dikaitkannya amal-amal itu dengan momen Muharram dengan keyakinan bahwa bila dilakukan di waktu lain, tidak sebesar itu pahalanya. Karena dasar haditsnya memang lemah, bahkan sebagian dhaif dan mungkar.

Wallahu A‘lam Bish-Showab,

Wassalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/11/cn/402


Puasa Sunat Di Bulan Muharram

Pertanyaan:
Assalaamu'alaikum Ustd,
Apakah ada ketentuan utk puasa sunat di bulan Muharram?
Sister

Jawaban:
Assalamu `alaikum Wr. Wb.
Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d

Yang disunnahkan secara tegas adalah berpuasa pada tanggal 10 Muharram dan sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya. Dan sering disebut juga juga dengan Shaum Asyuro.

Pada asalnya Shaum Asyuro ini adalah wajib. Kemudian kewajibannya dinasakh dengan kewajiban shaum Ramadhan, maka shaum tersebut berubah hukumnya menjadi sunnah. Oleh karena itu Rasulullah SAW menganjurkan kepada umat Islam untuk melaksanakan shaum assyuraa (shaum hari kesepuluh) dari bulan Muharram ditambah dengan shaum sehari sebelumnya atau sesudahnya. Hal ini berdasarkan hadits-hadits yang diriwayatkan para sahabat. Antara lain:

Dari Humaid bin Abdir Rahman, ia mendengar Muawiyah bin Abi Sufyan RA berkata: �Wahai penduduk Madinah, dimana ulama kalian? Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: �Ini hari Assyura, dan Alloh tidak mewajibkan shaum kepada kalian di hari itu, sedangkan saya shaum, maka siapa yang mau shaum hendaklah ia shaum dan siapa yang mau berbuka hendaklah ia berbuka� (HR Bukhori 2003)



Juga ada hadits lainnya berikut ini :

Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: ketika Rasulullah SAW tiba di kota Madinah dan melihat orang-orang Yahudi sedang melaksanakan shaum assyuraa, beliau pun bertanya? Mereka menjawab: Ini hari baik, hari di mana Allah menyelamatkan bani Israil dari musuh mereka lalu Musa shaum pada hari itu. Maka Rasulullah SAW menjawab: �Aku lebih berhak terhadap Musa dari kalian�, maka beliau shaum pada hari itu dan memerintahkan untuk melaksanakan shaum tersebut. (HR Bukhori 2004)

Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: pada saat Rasulullah SAW melaksanakan shaum Assyura dan memerintah para sahabat untuk melaksanakannnya, mereka berkata: �Wahai Rasulullah hari tersebut (assyura) adalah hari yang diagung-agungkan oleh kaum Yahudi dan Nashrani�. Maka Rasulullah SAW bersabda: �Insya Allah jika sampai tahun yang akan datang aku akan shaum pada hari kesembilannya�. Ibnu Abbas berkata: �Rasulullah SAW meninggal sebelum sampai tahun berikutnya� (HR Muslim 1134)

Rasulullah SAW bersabda: �Shaumlah kalian pada hari assyura dan berbedalah dengan orang Yahudi. Shaumlah kalian sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya� (HR Thohawy dan Baihaqy serta Ibnu Huzaimah 2095)



Adapun keutamaan shaum tersebut sebagaimana diriwayatkan dalam hadits dari Abu Qatadah, bahwa shaum tersebut bisa menghapus dosa-dosa kita selama setahun yang telah lalu (HR Muslim 2/819)

Imam Nawawy ketika menjelaskan hadits di atas beliau berkata: �Yang dimaksud dengan kafaraoh dosa adalah penghapus dosa-dosa kecil, akan tetapi jika orang tersebut tidak memiliki dosa-dosa kecil diharapkan dengan shaum tersebut dosa-dosa besarnya diringankan, dan jika ia pun tidak memiliki dosa-dosa besar, Allah akan mengangkat derajat orang tersebut di sisi-Nya.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/2/cn/5942


Shaum Tasyu‘a Dan Asyura

Pertanyaan:
Ustadz, bagaimana hukumnya melakukan shaum tasyu‘a dan asyura?
Ahmad

Jawaban:
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Shaum Asyuro Pada asalnya adalah wajib. Kemudian kewajibannya dinasakh dengan kewajiban shaum Ramadhan, maka shaum tersebut berubah hukumnya menjadi sunnah. Oleh karena itu Rasulullah SAW menganjurkan kepada umat Islam untuk melaksanakan shaum assyuraa (shaum hari kesepuluh) dari bulan Muharram ditambah dengan shaum sehari sebelumnya atau sesudahnya. Hal ini berdasarkan hadits-hadits yang diriwayatkan para sahabat. Antara lain:

Dari Humaid bin Abdir Rahman, ia mendengar Muawiyah bin Abi Sufyan RA berkata: �Wahai penduduk Madinah, dimana ulama kalian? Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: �Ini hari Assyura, dan Alloh tidak mewajibkan shaum kepada kalian di hari itu, sedangkan saya shaum, maka siapa yang mau shaum hendaklah ia shaum dan siapa yang mau berbuka hendaklah ia berbuka� (HR Bukhori 2003)

Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: ketika Rasulullah SAW tiba di kota Madinah dan melihat orang-orang Yahudi sedang melaksanakan shaum assyuraa, beliau pun bertanya? Mereka menjawab: Ini hari baik, hari di mana Alloh menyelamatkan bani Israil dari musuh mereka lalu Musa shaum pada hari itu. Maka Rasulullah SAW menjawab: �Aku lebih berhak terhadap Musa dari kalian�, maka beliau shaum pada hari itu dan memerintahkan untuk melaksanakan shaum tersebut. (HR Bukhori 2004)

Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: pada saat Rasulullah SAW melaksanakan shaum Assyura dan memerintah para sahabat untuk melaksanakannnya, mereka berkata: �Wahai Rasulullah hari tersebut (assyura) adalah hari yang diagung-agungkan oleh kaum Yahudi dan Nashroni�. Maka Rasulullah SAW bersabda: �Insya Alloh jika sampai tahun yang akan datang aku akan shaum pada hari kesembilannya�. Ibnu Abbas berkata: �Rasulullah SAW meninggal sebelum sampai tahun berikutnya� (HR Muslim 1134)

Rasulullah SAW bersabda: �Shaumlah kalian pada hari assyura dan berbedalah dengan orang Yahudi. Shaumlah kalian sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya� (HR Thohawy dan Baihaqy serta Ibnu Huzaimah 2095)

Adapun keutamaan shaum tersebut sebagaimana diriwayatkan dalam hadits dari Abu Qatadah, bahwa shaum tersebut bisa menghapus dosa-dosa kita selama setahun yang telah lalu (HR Muslim 2/819)

Imam Nawawy ketika menjelaskan hadits di atas beliau berkata: �Yang dimaksud dengan kafaroh dosa adalah dosa-dosa kecil, akan tetapi jika orang tersebut tidak memiliki dosa-dosa kecil diharapkan dengan shaum tersebut dosa-dosa besarnya diringankan, dan jika ia pun tidak memiliki dosa-dosa besar, Alloh akan mengangkat derajat orang tersebut di sisi-Nya.

Wallahu a‘lam bishshowab.
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/2/cn/331

Friday, January 12, 2007

be just the way you are..


sebuah karya dari Taufik Ismail

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin yang tegak di puncak bukit....... ...
Jadilah belukar,
tetapi belukar yang baik,
yang tumbuh di tepi danau.

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput,
tetapi rumput yang memperkuat tanggul pinggiran jalan

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang membawa orang ke mata air

Tidaklah semua menjadi kapten
tentu harus ada awak kapalnya....

Bukan besar kecilnya tugas yang
menjadikan tinggi rendahnya nilai dirimu

Jadilah saja dirimu....
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri



Friday, December 22, 2006

Doa Untuk Orang Tua


Ya Allah..
Rendahkanlah suaraku bagi mereka
perindahlah ucapanku di depan mereka
lunakkanlah watakku terhadap mereka
dan lembutkanlah hatiku untuk mereka.

Ya Allah..
Berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya
atas didikan mereka padaku dan pahala yang besar
atas kesayangan yang mereka limpahkan padaku
peliharalah mereka sebagaimana mereka memeliharaku.

Ya Allah..
apa saja gangguan yang telah mereka rasakan
atau kesusahan yang mereka derita karena aku
atau hilangnya sesuatu hak mereka karena perbuatanku
jadikanlah itu semua penyebab rontoknya dosa-dosa mereka
meningginya kedudukan mereka
dan bertambahnya pahala kebaikan mereka
dengan perkenan-Mu, ya Allah
sebab hanya Engkaulah yang berhak membalas kejahatan
dengan kebaikan berlipat ganda.

Ya Allah..
Bila magfirah-Mu telah mencapai mereka sebelumku,
izinkanlah mereka memberi syafa'at untukku.
Tetapi jika magfirah-Mu lebih dahulu mencapai diriku,
maka izinkahlah aku memberi syafa'at untuk mereka,
sehingga kami semua berkumpul bersama dengan santunan-Mu
di tempat kediaman yang dinaungi kemulian-Mu,
ampunan-Mu serta rahmat-Mu.

Sesungguhnya Engkaulah yang memiliki Karunia Maha Agung
serta anugerah yang tak berakhir..
Allahumma amin

Thursday, December 21, 2006

Seputar Puasa Arafah


Dari Syariah Online tentang Puasa Arafah & Hari Tasyrik


Semoga bermanfaat
^_^

**


Puasa Idul Adha : 2 hari Atau 1 Hari sih ?

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum wr. wb.
Pak Ustadz yang terhormat.... saya ada pertanyaan mengenai puasa sunah Idul Adha (walaupun sudah lewat)
Berapa hari Puasa Idul Adha yang di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW, soalnya seperti saya lihat ada yang 1 dan ada yang 2 (bila ada dengan dalilnya)
Wasalam..

Jaya

Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.
Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d


Yang kami dapati dalilnya adalah puasa sunnah pada tanggal 9 Zulhijjah dan lainnya adalah puasa 8 hari pertama bulan Zulhijjah, yaitu dari tanggal 1 hingga tanggal 8.

Dalil puasa tanggal 9 Zulhijjah atau yang dikenal puasa Arafah itu adalah sabda Rasulullah SAW :

Puasa hari Arafah itu �ahtasibu alallah- bahwa dia itu menggugurkan dosa setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya (HR. Muslim)



Sedangkan dalil puasa 8 hari bulan Zulhijjah adalah sebagai berikut :

Empat hal yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW: [1] Puasa hari Asyura, [2] Puasa 1-8 zulhijjah, [3] 3 hari tiap bulan dan [4] dua rakaat sebelum fajar. (HR. Ahmad, Abu Daud dan Nasai).

Dari Ibni Abbas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,�Tidak ada amal yang lebih dicintai Allah dari hari ini, (yaitu 10 hari bulan Zulhijjah)�. Mereka bertanya,�Ya Rasulullah SAW, dibandingkan dengan jihad fi sabilillah ?�. �Meskipun dibandingkan dengan jihad fi sabililllah��. (HR. Jamaah keculai muslim dan Nasai � Lihat Nailul Authar : 3/312).



Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

http://syariahonline.com/new_index.php/id/2/cn/5474


Puasa Di Hari Tasrik

Pertanyaan:

Assalamualaikum...wr.wb

pak ustadz, saya mau bertanya :

1. Bolehkah kita berpuasa sunah senin-kamis atau puasa nya nabi Daud di hari tasrik, kalau kita tetap menjalaninya apakah kita berdosa ?

2. pada tgl 11, 12, 13 dzulhijjah masih bolehkah kita meniatkan untuk memotong hewan korban

wassalamu'alaikum Wr.Wb

Agus Hendra

Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.
Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d


Puasa sunnah Senin-Kamis dan juga puasa Daud yang berselang-seling tiap hari itu bila jatuh pada hari tasyrik, maka hukumnya haram dikerjakan. Sebab tingkat larangannya jauh lebih kuat dan universal ketimbang nilai kesunnahannya.

Maksudnya, keharaman puasa pada hari Iedul Adh-ha dan hari-hari tasyrik itu memang mutlak. Sehingga jenis puasa apapun termasuk yang sudah bernilai wajib seperti nazar, juga haram untuk dilakukan.

Gambarannya adalah seorang yang bernazar bahwa bila pada hari itu dinyatakan lulus test dan mendapat pekerjaan, dia akan langsung berpuasa 4 hari berturut-turut keesokan harinya. Nah, kebetulan dia dinyatakan lulus pada tanggal 9 Zulhijjah. Sebenarnya karena sudah nazar, dia wajib berpuasa pada tanggal 10, 11, 12, dan 13 Zulhijjah. Tapi karena 4 hari itu adalah hari yang mutlak haram berpuasa, maka bila dia tetap puasa dengan dalih telah nazar, maka dia berdosa. Sebab nazarnya berhadapan dengan sesuatu yang haram secara mutlak, meski tidak sengaja. Karena itu dia wajib menunda nazarnya setelah tanggal 14 Zulhijjah.

Nah, kalau puasa nazar yang wajib pun haram dilakukan, apalagi puasa sunnah seperti Senin dan Kamis atau puasa sunah nabi Daud. Tentu jauh lebih haram lagi, bukan ?

Dalil yang mengharamkan puasa pada hari tasyrik ini adalah hadits Rasulullah SAW :

Dari Abu Hurairah ra bahwa mengutus Abdullah bin Huzaifah keliling Mina,�Janganlah kamu puasa pada hari-hari ini (tasyrik), sebab ini adalah hari-hari makan dan minum serta hari zikir kepada Allah SWT (HR. Ahmad dengan isnad jayyid)

Dari Ibnu Abbas ra bahwa mengutus seseorang untuk mengumumkan,�Janganlah kamu puasa pada hari-hari ini (tasyrik), sebab ini adalah hari-hari makan dan hari-hari jima� (hubungan suami istri) (HR. Ahmad dengan isnad jayyid)



Namun di dalam kitab Fiqih Sunnah karya As-Sayyid Sabiq, disebutkan bahwa sebagian pengikut Asy-Syafi�iyah membolehkan puasa di hari tasyrik bila ada sebab sebelumnya, seperti nazar, bayar kaffarah atau qadha�.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

http://syariahonline.com/new_index.php/id/2/cn/5479

Wednesday, December 20, 2006

Seputar Puasa Sunnah


Dari Syariah Online tentang

Puasa-Puasa Sunah & Puasa yang Diharamkan

Semoga bermanfaat
^_^

**

Puasa-Puasa Sunah

Pertanyaan:

assalamualaikum wr. wb.

ustadz, saya ingin tahu seluruh puasa sunah selama satu tahun beserta dalil dalilnya. terima kasih.

kurnia

Jawaban:

Assalamu alaikum wr.wb.
Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Saudara Kurnia, puasa yang dianjurkan oleh Rasulullah saw. di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Puasa enam hari pada bulan Syawwal.
Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang berpuasa Ramadhan, lalu diikuti dengan puasa enam hari pada bulan Syawwal, seolah-olah ia berpuasa setahun penuh.” (HR Muslim, al-Tirmidzi, Abu dawud, dll).

2. Puasa Nabi Daud.
Nabi saw. bersabda, “Shalat yang paling Allah sukai adalah Shalat Daud. Dan puasa yang paling Allah sukai adalah puasa Daud. Ia tidur setengah malam, bangun pada sepertiganya, dan tidur pada seperenamnya. Lalu, ia berpuasa satu hari dan berbuka satu hari.” (HR al-Bukhârî).

3. Puasa Hari Asyura dan Tasu’a (10 dan 9 Muharram).
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. ditanya, “Shalat apa yang paling baik sesudah salat wajib?” beliau menjawab, “Shalat di tengah malam.” Lalu beliau ditanya, “Puasa apa yang paling baik sesudah Ramadhan?” beliau menjawab, “Bulan Allah yang kalian sebut dengan Muharram.” (HR Ahmad, Muslim, dan Abu Daud).
Abu Musa al-Asy’ari berkata, “Hari asyura sangat diagungkan oleh Yahudi dan mereka menjadikannya sebagai hari raya.” Maka, Rasulullah saw. bersabda, “Berpuasalah kalian pada hari tersebut.” (Muttafaq alaih).
Dalam riwayat lain rasulullah saw. bersabda, “Jika aku masih hdiup hingga tahun depan, aku akan berpuasa hari kesembilannya (pula).” (HR Ahmad dan Muslim).

4. Puasa hari Arafah (9 Dzul hijjjah) bagi yang tidak menunaikan haji.
Nabi saw. bersabda, “Puasa hari Arafah bisa menghapus dosa selama dua tahun, tahun lalu dan tahun yang akan datang. Sementara, puasa hari Asyura menghapus doosa tahun yang lewat.” (HR al-Jamaah kecuali Bukhari dan al-Tirmidzi).

5. Puasa pada bulan Sya’ban
Usamah bin Zaid berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa pada satu bulan seperti pada bulan Sya’ban.” Beliau menjawab, “Ia adalah bulan yang banyak dilalaikan oleh manusia. yaitu antara Rajab dan Ramadhan. Ia adalah bulan saat amal diangkat menuju Tuhan, karena itu, aku ingin amalku diangkat dalam keadaan aku berpuasa.” (HR Abu Daud dan al-Nasai).

6. Berpuasa pada bulan-bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab).

7. Puasa tiga hari pada setiap bulan qamariyah (13,14,15).
Abu Dzarr al-Ghifari berkata, “Rasulullah saw. memerintahkan kami untuk berpuasa dalam sebulan tiga kali: yaitu tanggal 13, 14, 15. Menurut beliau, ia seperti puasa setahun.” (HR al-Nasai).

8.Puasa Senin Kamis
Nabi saw. biasa melakukan puasa pada hari senin dan kamis. Maka, beliau ditanya tentang hal itu. Beliau menjawab, “Amal hamba dihamparkan pada hari senin dan kamis. Aku ingin amalku dihamparkan sementara aku dalam kondisi puasa.” (HR Abu Daud).

Wallahu a’lam bish-shawab.
Wassalamu alaikum wr.wb.

http://syariahonline.com/new_index.php/id/15/cn/20798


Kapan Puasa Diharamkan ?

Pertanyaan:

Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa ba`du,

pada tgl dan bulan apa saja puasa diharamkan ustadz

jazakallah khairan katsirah

Ibnu Adam

Jawaban:

Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh

Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa ba`du,


Ada puasa pada waktu tertentu yang hukumnya haram dilakukan, baik karena waktunya atau karena kondisi pelakukanya.

1. Hari Raya Idul Fithri

Tanggal 1 Syawwal telah ditetapkan sebagai hari raya sakral umat Islam. Hari itu adalah hari kemenangan yang harus dirayakan dengan bergembira. Karena itu syariat telah mengatur bahwa di hari itu tidak diperkenankan seseorang untuk berpuasa sampai pada tingkat haram. Meski tidak ada yang bisa dimakan, paling tidak harus membatalkan puasanya atau tidak berniat untuk puasa.

2. Hari Raya Idul Adha

Hal yang sama juga pada tanggal 10 Zulhijjah sebagai Hari Raya kedua bagi umat Islam. Hari itu diharamkan untuk berpuasa dan umat Islam disunnahkan untuk menyembelih hewan Qurban dan membagikannya kepada fakir msikin dan kerabat serta keluarga. Agar semuanya bisa ikut merasakan kegembiraan dengan menyantap hewan qurban itu dan merayakan hari besar.

3. Hari Tasyrik

Hari tasyrik adalah tanggal 11, 12 dan 13 bulan Zulhijjah. Pada tiga hari itu umat Islam masih dalam suasana perayaan hari Raya Idul Adha sehingga masih diharamkan untuk berpuasa. Pada tiga hari itu masih dibolehkan utnuk menyembelih hewan qurban sebagai ibadah yang disunnahkan sejak zaman nabi Ibrahim as.

4. Puasa sehari saja pada hari Jumat

Puasa ini haram hukumnya bila tanpa didahului dengan hari sebelum atau sesudahnya. Kecuali ada kaitannya dengan puasa sunnah lainnya seperti puasa sunah nabi Daud, yaitu sehari berpuasa dan sehari tidak. Maka bila jatuh hari Jumat giliran untuk puasa, boleh berpuasa.

5. Puasa sunnah pada paruh kedua bulan Sya`ban

Puasa ini mulai tanggal 15 Sya`ban hingga akhir bulan Sya`ban. Namun bila puasa bulan Sya`ban sebulan penuh, justru merupakan sunnah. Sedangkan puasa wajib seperti qadha` puasa Ramadhan wajib dilakukan bila memang hanya tersisa hari-hari itu saja.

6. Puasa pada hari Syak

Hari syah adalah tanggal 30 Sya`ban bila orang-orang ragu tentang awal bulan Ramadhan karena hilal (bulan) tidak terlihat. Saat itu tidak ada kejelasan apakah sudah masuk bulan Ramadhan atau belum. Ketidak-jelasan ini disebut syak. Dan secara syar`i umat Islam dilarang berpuasa pada hari itu.

7. Puasa Selamanya

Diharamkan bagi seseorang untuk berpuasa terus setiap hari. Meski dia sanggup untuk mengerjakannya karena memang tubuhnya kuat. Tetapi secara syar`i puasa seperti itu dilarang oleh Islam. Bagi mereka yang ingin banyak puasa, Rasulullah SAW menyarankan untuk berpuasa seperti puasa Nabi Daud as yaitu sehari puasa dan sehari berbuka.

8. Puasa wanita haidh atau nifas

Wanita yang sedang mengalami haidh atau nifas diharamkan mengerjakan puasa. Karena kondisi tubuhnya sedang dalam keadaan tidak suci dari hadats besar. Apabila tetap melakukan puasa, maka berdosa hukumnya. Bukan berarti mereka boleh bebas makan dan minum sepuasnya. Tetapi harus menjaga kehormatan bulan Ramadhan dan kewajiban menggantinya di hari lain.

9. Puasa sunnah bagi wanita tanpa izin suaminya

Seorang istri bila akan mengerjakan puasa sunnah, maka harus meminta izin terlebih dahulu kepada suaminya. Bila mendapatkan izin, maka boleh lah dia berpuasa. Sedangkan bila tidak diizinkan tetapi tetap puasa, maka puasanya haram secara syar`i. Dalam kondisi itu suami berhak untuk memaksanya berbuka puasa. Kecuali bila telah mengetahui bahwa suaminya dalam kondisi tidak membuthkannya. Misalnya ketika suami bepergian atau dalam keadaan ihram haji atau umrah atau sedang beri`tikaf.
Sabda Rasulullah SAW

Tidak halal bagi wanita untuk berpuasa tanpa izin suaminya sedanga suaminya ada dihadapannya.



Karena hak suami itu wajib ditunaikan dan merupakan fardhu bagi istri, sedangkan puasa itu hukumnya sunnah. Kewajiban tidak boleh ditinggalkan untuk mengejar yang sunnah.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

http://syariahonline.com/new_index.php/id/2/cn/6034

Thursday, December 14, 2006

WASIATKU KEPADA KALIAN WAHAI IKHWAN

"Wahai Ikhwan, hendaklah kalian menjalin hubungan dengan Al-Qur'an setiap
saat, supaya kalian mampu mendapatkan ilmu baru setiap kali berhubungan dengannya."

-Hassan Al-Banna-



Kita panjatkan puji dan syukur ke hadrat Allah swt. dan salam untuk junjungan kita Nabi
Muhammad S.A.W, seluruh ahli keluarga dan sahabatnya, serta sesiapa saja yang menyerukan dakwahnya hingga hari kiamat.

Wahai Ikhwan yang terhormat, saya sampaikan salam penghormatan Islam, salam
penghormatan dari Allah, yang baik dan diberkati:
assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Sebelum kita memasuki kajian tentang kitab Allah swt. saya ingin mengingatkan wahai
Ikhwan, bahawa ketika menyampaikan kajiankajian ini, kita tidak semata-mata bertujuan
untuk memperoleh pemahaman dan melakukan analisis ilmiah.

Tujuan kita ialah membimbing rohani dan akal untuk memahami makna-makna umum yang terkandung di dalam Kitabullah.

Sehingga dari sini kita dapat memiliki prasarana untuk memahami Al-Qur'anul Karim, ketika kita membacanya.

Dengan demikian, kita telah melaksanakan sunnah tadabur, tadzakur, dan mengambil pelajaran sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Allah swt.
"Sesungguhnya Kami telah mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang
yang mahu mengambil pelajaran itu?" (Al-Qamar:32)

"Ini sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan barakah, supaya
mereka memerhatikan ayat-ayat-Nya dan orang-orang yang mempunyai fikiran
mengambil pelajaran." (Shad: 29)

Ikhwanku yang tercinta, kajian-kajian tentang ayat-ayat Al-Qur'an Al-Karim yang
hendak saya sampaikan ini, tidak saya maksudkan menghimpun secara lengkap dan
luas aspek-aspek ilmiah dalam tema yang sedang kita bahas, tetapi saya sekadar ingin
mengarahkan rohani, hati, dan fikiran kepada maksud-maksud luhur yang dikehendaki oleh Kitab Allah swt., Al-Qur'anul Karim, ketika mengemukakan suatu pengertian. Jika ini telah wujud, wahai Akhi, maka di depan Anda dan di depan para pembahas yang lain terbuka pintu yang lebar untuk mengadakan kajian dan analisa.

Silakan mengkaji sekehendak Anda dan mempelajari dengan lebih terperinci. Sungguh
saya percaya, Ikhwan tercinta, saat-saat ketika kita berbahagia dengan perjumpaan kita seperti ini, tidak memberikan kesempatan yang luas kepada kita untuk mengadakan analisis ilmiah yang menghuraikan tema perbahasan dari segala sisi.

Ikhwanku, satu-satunya tujuan kita dari kajian-kajian ini adalah agar kita dapat
merenungkan isi kitab Allah swt. Ia ibarat lautan yang kaya dengan mutiara. Dari arah mana pun Anda mendatanginya, Anda akan memperoleh kebaikan yang melimpah ruah.

Kerana itu, perbahasan kita berkisar pada tujuan-tujuan yang bersifat global dan umum,
yang dikemukakan oleh ayat-ayat Al-Qur'anul Karim.

Ikhwan sekalian, marilah kita tolongmenolong untuk menyingkapnya. Alhamdulillah,
tujuan-tujuan tersebut cukup jelas dan terperinci.

Harapan kita, semoga masing-masing dari kita memperoleh kunci pemahaman kitab Allah, untuk memahami ayat-ayatnya. Dengan demikian, ia dapat menggunakan kunci tersebut untuk berinteraksi secara langsung dengannya setiap kali ia memperoleh waktu lapang dan setiap kali ia ingin menambah cahaya, faedah, dan manfaat yang ditimbanya dari Kitab ini.

Saya tidak menuntut bahawa kajiankajian ini merupakan puncak segala kajian,
kerana setiap kali manusia melakukan penjelajahan fikiran dan pandangan mereka
terhadap kitab Allah swt. nescaya ia akan mendapati makna-maknanya ibarat gelombang
laut yang tak pernah habis dan tidak bertepi. Kerana Al-Qur'an adalah firman Allah Yang Maha tinggi dan Maha besar.

Pesan saya kepada kalian, wahai Ikhwan, hendaklah kalian menjalin hubungan dengan Al-Qur'an setiap saat, supaya kalian mampu mendapatkan ilmu baru setiap kali berhubungan dengannya.

Ya Allah, janganlah Engkau biarkan kami mengurus diri kami sendiri walau sekejap pun,
atau lebih cepat dari itu, wahai Sebaik-baik Dzat Yang Mengabulkan!

Hassan Al-Banna

Tuesday, December 12, 2006

Penyusunan Mushaf Al Qur'an

Penyusunan Mushaf Al Qur'an

Pertanyaan:
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Pak Ustad, saya mau bertanya tentang sejarah penyusunan Al Qur'an. Siapa yang menentukan susunan Al Qur'an seperti saat ini? Apakah sahabat Usman r.a. atau Rasul? Sepanjang pengetahuan saya, wahyu (ayat) yang diturunkan kepada Rasul tidak runtut seperti susunan Al Qur'an saat ini. Jika Rasul yang menentukan apakah ada bimbingan dari ALLAH SWT? Mohon penjelasan (cerita) atas hal tersebut
Amu

Jawaban:
Assalamu `alaikum Warahmatullahi WabaraktuhAlhamdulillah,
Washshalatu wassalamu `ala Rasulillah, wa ba?d.

Pengumpulan Qur`an dalam Arti Penulisannya pada Masa NabiRasullullah telah mengangkat para penulis wahyu Qur`an dari sahabat-sahabat terkemuka, seperti Ali, Muawiyah, `Ubai bin K`ab dan Zaid bin Sabit, bila ayat turun ia memerintahkan mereka menulisnya dan menunjukkan tempat ayat tersebut dalam surah, sehingga penulisan pada lembar itu membantu penghafalan didalam hati.

Disamping itu sebagian sahabatpun menuliskan Qur`an yang turun itu atas kemauan mereka sendiri, tanpa diperintah oleh nabi. Mereka menuliskannya pada pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Zaid bin Sabit: Kami menyusun Qur`an dihadapan Rasulullah pada kulit binatang.

Ini menunjukkan betapa besar kesulitan yang dipikul para sahabat dalam menulis Qur`an. Alat-alat tulis tidak cukup tersedia bagi mereka, selain sarana-sarana tersebut. Dan denagn demikian, penulisanQur`an ini semakin menambah hafalan mereka.

Jibril membacakan Qur`an kepada Rasulullah pada malam-malam bulan ramadan setiap tahunnya Abdullah bin Abbas berkata:`Rasulullah adalah orang paling pemurah, dan puncak kemurahan pada bulan ramadan, ketika ia ditemui oleh jibril. Ia ditemui oleh jibril setiap malam; jbril membacakan Qur`an kepadanya, dan ketika Rasulullah ditemui oleh jibril it ia sangat pemurah sekali.

Para sahabat senantiasa menyodorkan Qur`an kepada Rasulullah baik dalam bentuk hafalan maupun tulisan.Tulisan-tulisan Qur`an pada masa Nabi tidak terkumpul dalam satu mushaf, yang ada pada seseorang belum tentu dimiliki orang lain.

Para ulama telah menyampaikan bahwa segolongan dari mereka, diantaranya Ali bin Abi Thalib, Muaz bin Jabal, Ubai bin Ka`ab, Zaid bin Sabit dan Abdullah bin Mas`ud telah menghafalkan seluruh isi Qur`an dimasa Rasulullah. Dan mereka menyebutkan pula bahwa Zaid bin Sabit adalah orang yang terakhir kali membacakan Qur`an dihadapan Nabi, diantara mereka yang disebutkan diatas.

Rasulullah berpulang kerahmatullah disaat Qur`an telah dihafal dan tertulis dalam mushaf dengan susunan seperti disebutkan diatas; ayat-ayat dan surah-surah dipisah-pisahkan, atau diterbitkan ayat-ayatnya saja dan setiap surah berada dalam satu lembar secara terpisah dalam tujuh huruf.

TetapiQur`an belum dikumpulkan dalam satu mushaf yang menyuruh (lengkap). Bila wahyu turun, segeralah dihafal oleh para qurra dan ditulis para penulis; tetapi pada saat itu belum diperlukan membukukannya dalam satu mushaf, sebab Nabi masih selalu menanti turunnya wahyu dari waktu ke waktu. Disamping itu terkadang pula terdapat ayat yang manasih (menghapuskan) sesuatu yang turun sebelumnya.

Susunan atau tertib penulisanQur`an itu tidak menurut tertib nuzulnya, tetapi setiap ayat yang turun dituliskan ditempat penulisan sesuai dengan petunjuk Nabi- ia menjelaskan bahwa ayat anu harus diletakkan dalam surah anu.

Andaikata (pada masa Nabi)Qur`an itu seluruhnya dikumpulkan diantara dua sampul dalam satu mushaf, hal yang demikian tentu akan membawa perubahan bila wahyu turun lagi. Az-zarkasyi berkata:`Qur`an tidak dituliskan dalam satu mushaf pada zaman Nabi agar ia tidak berubah pada setiap waktu. Oleh sebab itu, penulisannya dilakukan kemudian sesudahQur`an turun semua, yaitu dengan wafatnya Rasulullah.`

Dengan pengertian inilah ditafsirkan apa yang diriwayatkan dari Zaid bin Sabit yang mengatakan:`Rasulullah telah wafat sedang Qur`an belum dikumpulkan sama sekali.` Maksudnya ayat-ayat dalam surah-surahnya belum dikumpulkan secara tertib dalam satu mushaf.

Al-Katabi berkata:` Rasulullah tidak mengumpulkan Qur`an dalam satu mushaf itu karena ia senantiasa menunggu ayat nasikh terhadap sebagian hukum-hukum atau bacaannya. Sesudah berakhir masa turunnya dengan wafatnya Rasululah, maka Allah mengilhamkan penulisan mushaf secara lengkap kepada para Khulafaurrasyidin sesuai dengan janjinya yang benar kepada umat ini tentang jaminan pemeliharaannya . Dan hal ini terjadi pertama kalinya pada masa Abu Bakar atas pertimbangan usulan Umar

Pengumpulan Qur`an dimasa Nabi ini dinamakan :
a) penghafalan, dan b) pembukuan yang pertama.

IV. Pengumpulan Qur`an pada Masa Abu Bakar

Abu Bakar menjalankan urusan islam sesudah Rasulullah. Ia dihadapkan kepada peristiwa-peristiwa besar berkenaan dengan kemurtadan sebagian orang arab. Karena itu ia segera menyiapkan pasukan dan mengirimkannya untuk memerangi orang-orang yang murtad itu.

Peperangan Yamamah yang terjadi pada tahun 12 H melibatkan sejumlah besar sahabat yang hafalQur`an. Dalam peperangan ini tujuh puluh qari dari para sahabat gugur.

Umar bin Khatab merasa sangat kuatir melihat kenyataan ini, lalu ia menghadap Abu Bakar dan mengajukan usul kepadanya agar mengumpulkan dan membukukanQur`an karena dikhawatirkan akan musnah, sebab peperangan Yamamah telah banyak membunuh paraqarri`.
Disegi lain Umar merasa khawatir juga kalau-kalau peperangan ditempat-tempat lain akan membunuh banyakqari` pula sehingga Qur`an akan hilang dan musnah, Abu Bakar menolak usulan itu dan berkeberatan melakukan apa yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah.

Tetapi Umar tetap membujuknya, sehingga Allah membukakan hati Abu Bakar untuk menerima usulan Umartersebut, kemudian Abu Bakar nenerintahkan Zaid bin Sabit, mengingat kedudukannya dalam qiraat , penulisan pemahaman dan kecerdasannya, serta kehadirannya pada pembacaan yang terakhir kali.

Abu Bakar menceritakan kepadanya kekhawatiran dan usulan Umar. Pada mulanya Zaid menolak seperti halnya Abu Bakar sebelum itu. Keduanya lalu bertukar pendapat, sampai akhirnya Zaid dapat menerima dengan lapang dada perintah penulisanQur`an itu.

Zaid bin Sabit melalui tugasnya yang berat ini dengan bersadar pada hafalan yang ada dalam hati para qurra dan catatan yang ada pada para penulis. Kemudian lembaran-lembaran ( kumpulan) itu disimpan ditangan Abu Bakar.

Setelah ia wafat pada tahun 13 H, lembaran-lembaran itu berpindah ke tangan Umar dan tetap berada ditangannya hingga ia wafat. Kemudian mushaf itu berpindah ketangan Hafsah putri Umar.

Pada permulaan kekalifahan Usman, Usman memintanya dari tangan Hafsah.

Zaid bin Sabit berkata:
Abu Bakar memanggilku untuk menyampaikan berita mengenai korban perang Yamamah. Ternyata Umar sudah ada disana.
Abu Bakar berkata :`Umar telah datang kepadaku dan mengatakan bahwa perang yamamah telah menelan banyak korban dari kalangan qurra ; dan ia khawatir kalau-kalau terbunuhnya para qurra itu juga akan terjadi ditempat-tempat lain, sehingga sebagain besarQur`an akan musnah.
Ia menganjurkan agar aku memetrintahkan seseorang untuk menguimpulkanQur`an.
Maka aku katakan kepadanya, bagaimana mungkin kita akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah ?
tetapi Umar menjawab: dan bersumpah, demi Allah, perbuatan tersebut baik.
Ia terus menerus membujukku sehingga Allah membukakan hatiku untuk menerima usulannya, dan akhirnya aku sependapat denganUmar.
` Zaid berkata lagi: `Abu Bakar berkata kepadaku: ` Engkau seorang pemuda yang cerdas dan kami tidak meragukan kemammpuanmu. Engkau telah menuliskan wahyu untuk Rasulullah. Oleh karena itu carilahQur`an dan kumpulkanlah.`
`Demi Allah`, Kata Zaid lebih lanjut`, ` sekiranya mereka memintaju untuk memindahkan gunung, rasanya tidak lebih berat bagiku dari pada perintah mengumpulkanQur`an.
Karena itu aku menjawab: ` Mengapa anda berdua ingin melakukan sesuatu yang tridak pernah dilakukan oleh Rasulullah ?
Abu Bakar menjawab:`demi Allah itu baik,
Abu Bakar tetap membujukku sehingga Allah membukakan hatiku sebagaimana ia telah membukakan hati Abu Bakar dan Umar.
Maka akupun mulai mencariQur`an.
Kukumpulkan ia dari pelepah kurma, dari keping-kepingan batu, dan dari hafalan para penghafal sampai akhirnya aku mendapatkan akhir surah taubah berada pada Abu Huzaimah al-Anshari; yang tidak kudapatkan pada orang lain, sesungguhya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri? himgga akhir surah.
Lembaran-lembaran ( hasil kerjaku) tersebut kemudian disimpan ditangan Abu Bakar higga wafatnya.
Sesudah itu berpindah ketangan Umar sewaktu masih hidup, dan selanjutnya berada ditangan Hafsah bintiUmar.`

Zaid bin Sabit bertindak sangat teliti, hati-hati. Ia tidak mencukupkan pada hafalan semata tanpa disertai dengan tulisan.

Kata-kata Zaid dalam keterangan diatas:`Dan aku dapatkan akhir surah at-Taubah pada Abu Khuzaimah al-Anshari; yang tidak aku dapatkan pada oranglain.` Tidak menghilangkan arti keberhati-hatian tersebut dan tidak pula berari bahwa akhir surah Taubah itu tidak mutawatir. Tetapi yang dimaksud ialah bahwa ia tidak mendapat akhir surah Taubah tersebut dalam keadaan tertulis selain pada Abu Khuzaimah.

Zaid sendiri hafal dan demikian pula banyak diantara para sahabat yang menghafalnya. Perkataan itu lahir karena Zaid berpegang pada hafalan dan tulisan, jadi akhir surah Taubah itu telah dihafal oleh banyak sahabat. Dan mereka menyaksikan ayat tersebut dicatat. Tetapi catatannya hanya terdapat pada Abu Khuzaimah al-Ansari.

Ibn Abu Daud meriwayatkan melalui Yahya bin Abdurrahman bin Hatib, yang mengatakan :` Umar datang lalu berkata: `Barang siapa menerima dari Rasulullah sesuatu dariQur`an, hendaklah ia menyampaikannya.` Mereka menuliskan Qur`an itu pada lembaran kertas , papan kayu dan pelepah kurma. Dan Zaid tidak mau menerima dariQur`an mengenai seseorang sebelum disaksikan oleh dua orang saksi. Ini menunjukkan bahwa Zaid tidak merasa puas hanya dengan adanya tulisan semata sebelum tulisan itu disaksikan oleh orang yang menerimanya secara pendengaran (langsung dari Rasul), sekalipun Zaid sendiri hafal. Ia bersikap demikian ini karena sangat berhati-hati.

Dan diriwayatkan pula oleh Ibn Abu Daud melalui Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, bahwa Abu Bakar berkata pada Umar dan Zaid:`Duduklah kamu berdua dipintu masjid. Bila ada yang datang kepadamu membawa dua orang saksi atas sesuatu dari kitab Allah, makatulislah.` Para perawi hadis ini orang-orang terpercaya, seklaipun hadis tersebut munqati,(terputus). Ibn Hajar mengatakan:`Yang dimaksudkan dengan dua orang saksi adalah hafalan dan catatan.`
As-Sakhawi menyebutkan dalam Jamalul qurra, yang dimaksdukan ialah kedua saksi itu menyaksikan bahwa catatan itu ditulis dihadapan Rasulullah; atau dua orang saksi iti menyaksikan bahwa catatan tadi sesuai dengan salah satu cara yang dengan ituQur`an diturunkan. Abu Syamah berkata: `Maksud mereka adalah agar Zaid tidak menuliskanQur`an kecuali diambil dari sumber asli yang dicatat dihadapan Nabi, bukan semata-mata dari hafalan. Oleh sebab itu Zaid berkata tentang akhir surah Taubah,`aku tidak mendapatkannya pada orang lain,` sebab ia tidak menganggap cukup hanya didasarkan pada hafalan tanpa adanyacatatan.`

Kita sudah mengetahui bahwa Qur`an sudah tercatat sebelum masa itu, yaitu pada masa Nabi. Tetapi masih berserakan pada kulit-kulit, tulang dan pelepah kurma.

Kemudian Abu Bakar memerintahkan agar catatan-catatan tersebut dikumpulkan dalam satu mushaf, dengan ayat-ayat dan surah-surah yang tersusun serta dituliskan dengan sangat berhati-hati dan mencakup tujuh huruf yang dengan ituQur`an diturunkan.

Dengan demikian Abu Bakar adalah orang pertama yang mengumpulkanQur`an dalam satu mushaf dengan cara seperti ini, disamping terdapat pula mushaf-mushaf pribadi pada sebagian sahabat, seperti mushaf Ali, Ubai dan IbnMas`ud. Tetpi mushaf-mushaf itu tidak ditulis dengan cara-cara diatas dan tidak pula dikerjakan dengan penuh ketelitian dan kecermatan. Juga tidak dihimpun secara tertib yang hanya memuat ayat-ayat yang bacaannya tidak dimansuk dan secaraijma` sebagaimana mushaf Abu Bakar. Keistimewaan-keistimewaan ini hanya ada pada himpunanQur`an yang dikerjakan Abu Bakar.

Para ulama berpendapat bahwa penamaan Qur`an dengan`mushaf` itu baru muncul sejak saat itu, disaat Abu Bakar mengumpulkan Qur`an. Ali berkata:`Orang yang paling besar pahalanya dalam hal mushaf ialah Abu Bakar. Semoga Allah mel;impahkan rahmat-Nya kepada Abu Bakar. Dialah orang yang pertama mengumpulkan kitabAllah.`

V. Pengumpulan ini dinamakan pengumpulan kedua.

Pengumpulan Qur`an pada Masa Usman

Penyebaran islam bertambah dan para Qurra pun tersebar di berbagai wilayah, dan penduduk disetiap wilayah itu mempelajariqira`at (bacaan) dari qari yang dikirim kepada mereka. Cara-cara pembacaan (qiraat)Qur`an yang mereka bawakan berbeda-beda sejalan dengan perbedaan `huruf ` yang dengannyaQur`an diturunkan. Apa bila mereka berkumpul disuatu pertemuan atau disuatu medan peperangan, sebag ian mereka merasa heran dengan adanya perbedaan qiraat ini.terkadang sebagian mereka merasa puas, karena mengetahui bahwa perbedaan-perbedaan itu semuanya disandarkan kepada Rasulullah.

Tetapi keadaan demikian bukan berarti tidak akan menyusupkan keraguan kepada generasi baru yang tidak melihat Rasulullah sehingga terjadi pembicaraan bacaan mana yang baku dan mana yang lebih baku. Dan pada gilirannya akan mnimbulkan saling bertentangan bila terus tersiar. Bahkan akan menimbulkan permusuhan dan perbuatan dosa. Fitnah yang demikian ini harus segera diselesaikan.

Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan dengan penduduk Iraq, diantara orang yang ikut menyerbu kedua tempat itu ialah Huzaifah bin al-Yaman. Ia banyak melihat perbedaan dalam cara-cara membacaQyr`an. Sebagian bacaan itu bercampur dengan kesalahan; tetapi masing-masing memepertahankan dan berpegang pada bacaannya, serta menentang setiap orang yang menyalahi bacaannya dan bahkan mereka saling mengkafirkan.

Melihat kenyataan demikian Huzaifah segara menghadap Usman dan melaporkan kepadanya apa yang telah dilihatnya. Usman juga memberitahukan kepada Huzaifah bahwa sebagian perbedaan itu pun akan terjadi pada orang-orang yang mengajarkan Qiraat pada anak-anak. Anak-anak itu akan tumbuh, sedang diantara mereka terdapat perbedaan dalam qiraat.

Para sahabat amat memprihatinkan kenyataan ini karena takut kalau-kalau perbedaan itu akan menimbulkan penyimpangan dan perubahan. Mereka bersepakat untuk menyalin lembaran-lembaran yang pertama yang ada pada Abu Bakar dan menyatukan umat islam pada lembaran-lembaran itu dengan bacaan tetap pada satu huruf.

Usman kemudian mengirimkan utusan kepada Hafsah (untuk meminjamkan mushaf Abu Bakar yang ada padanya) dan Hafsah pun mengirimkan lembaran-lembaran itu kepadanya.

Kemudian Usman memmanggil Zaid bin Sabit al-Ansari, Abdullah bin Zubair, Said bin`As, dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam. Ketiga orang terkahir ini adalah orang quraisy, lalu memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, serta memerintahkan pula agar apa yang diperselisihkan Zaid dengan ketiga orang quraisy itu ditulis dalam bahasa quraisy, karenaQur`an turun dengan logat mereka.

Dari Anas :
`Bahwa Huzaifah bin al-Yaman datang kepada Usman, ia pernah ikut berperang melawan penduduk Syam bagian armenia dan azarbaijan bersama dengan penduduk Iraq, Huzaifah amat terkejut dengan perbedaan mereka dalam bacaan, lalu ia berkata kepada Usman`selamatkanlah umat ini sebelum mereka terlibat dalam perselisihan (dalam masalah kitab) sebagaimana peerselisihan orang-orang yahudi dannasrani.`

Usman kemudian mengirim surat kepada Hafsah yang isinya; `sudilah kiranya anda kirimkan lemgbaran-lembaran yang berisiQur`an itu, kami akan menyalinnya menjadi beberapa mushaf, setelah itu kami akanmengembalikannya.`

Hafsah mengirimkannya kepada Usman, dan Usman memerintahkan Zaid bin Sabit , Abdullah bin Zubair,Sa`ad bin `As dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam untuk menyalinnya.mereka pun menyalinnya menjadi beberapa mushaf. Usman berkata kepada ketiga orang quraisy itu:
`bila kamu berselisih pendapat dengan Zaid bin Sabit tentang sesuatu dari qur`an, maka tulislah dengan logat quraisy karenaqur`an diturunkan dengan bahsa quraisy.`

Mereka melakukan perintah itu. Setelah mereka selesai menyalinnya menjadi beberapa mushaf, Usman mengembalikan lembaran-lembaran asli itu kepada Hafsah. Kemudian Usman mengirimkan kesetiap wilayah mushaf baru tersebut dan memerintahkan agar semuaQur`an atau mushaf lainnya dibakar.

Zaid berkata: `Ketika ami menyalin mushaf, saya teringat akan satu ayat dari surah al-Ahzab yang pernah aku dengar dibacakan oleh Rasulullah;maka kami mencarinya, dan aku dapatkan pada Khuzaimah bin Sabit al-Ansari, ayat ituialah`
`Di antara orang-orang mu`min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepadaAllah?.`(al-Ahzab:23)
lalu kami tempatkan ayat ini pada syrah tersebut dalam mushaf.`

Berbagai `Asar atau keterangan para sahabat menunjukkan bahwa perbedaan cara membaca itu tidak saja mengejutkan Huzaifah, tetapi juga mengejutkan para sahabat yang lain.

Dikatakan oleh Ibn Jarir :`Ya`kub bin Ibrahim berkata kepadaku: Ibn `Ulyah menceritakan kepadaku: Ayyub mengatakan kepadaku: bahwa Abu Qalabah berkata:
pada masa kekahlifahan Usman telah terjadi seorang guru qiraat mengajarkan qiraat seseorang, dan guru qiraat lain mengajarkan qiraat pada orang lain. Dua kelompok anak-anak yang belajar qiraat itu suatu ketika bertemu dan mereka berselisih, dan hal demikian ini menjalar juga kepada guru-gurutersebut.`
Kata A yyub: aku tidak mengetahui kecuali ia berkata: `sehingga mereka saling mengkafirkan satu sama lain karena perbedaan qiraatitu,` dan hal itu akhirnya sampai pada khalifah Usman.

Maka ia berpidato: `Kalian yang ada dihadapanku telah berselisih paham dan salah dalam membacaQur`an. Penduduk yang jauh dari kami tentu lebih besar lagi perselisihan dan kesalahannya. Bersatulah wahai sahabat-sahabat Muhammad, tulislah untuk semua orang satu imam (mushafQur`an pedoman) saj !`

Abu Qalabah berkata: Anas bin Malik bercerita kepadaku, katanya :`aku adalah salah seorang diantara mereka yang disuruh menuliskan ,`kata Abu Qalanbah: Terkadang mereka berselisih tentang satu ayat, maka mereka menanyakan kepada seseorang yang telah menerimnya dari Rasulullah. Akan tetapi orang tadi mungkin tengah berada diluar kota, sehingga mereka hanya menuliskan apa yang sebelum dan yang sesudah serta memniarkan tempat letaknya, sampai orang itu datang atau dipanggil.

Ketika penulisan mushaf telah selesai, Kahlifah Usman menulis surat keapada semua penduduk daerah yang sisinya:`Aku telah melakukan yang demikian dan demikian. Aku telah menghapuskan apa yang ada padaku, maka hapuskanlah apa yang adapadamu.`

Ibn Asytah meriwayatkan melalui Ayyub dari Abu Qalabah , keterangan yang sama. Dan Ibn Hajar menyebutkan dalam al-Fath bahwa Ibn Abu Daud telah meriwayatkannya pula melalui Abu Qalabah dalam al-Masahif.

Suwaid bin Gaflah berkata: `Ali mengatakan: `Katakanlah segala yang baik tentang Usman. Demi Allah apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushafQur`an sudah atas persetujuan kami. Usman berkata : `bagaimana pendapatmu tentang qiraat in ? saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qiraatnya lebih baik dari q iraat orang lain. Ini telah mendekati kekafiran. Kami berkata :`bagaimana penadapatmu ? ia menjawab : ` aku berpendapat agar manusia bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan, kami berkata : baik sekali pendapatmuitu.`

Keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Usman itu telah disepakati oleh para sahabat. Mushaf-mushaf itu ditulis dengan satu huruf (dialek) dari tujuh hurufQur`an seperti yang diturunkan agar orang bersatu dalam satu qiraat. Dan Usman telah mengembalikan lembaran-lembaran yang asli kepada Hafsah, lalu dikirimkannya pula pada setiap wilayah yaitu masing-masing satu mushaf.

Dan ditahannya satu mushaf untuk dimadinah, yaitu mushafnya sendiri yang dikenal dengan nama`mushaf Imam`.

Penamaan mushaf itu sesuai dengan apa yang terdapat dalam riwayat-riwayat dimana ia mengatakan:` Bersatulah wahai umat-umat Muhammad, dan tulislah untuk semua orang satu imam (mushafQur`an pedoman).`

Kemudian ia memerintahkan untuk membakar mushaf yang selain itu. Umatpun menrima perintah dengan patuh, sedang qiraat dengan enam huruf lainnya ditingalkan. Keputusan ini tidak salah, sebab qiraat dengan tujuh huruf itu tidak wajib. Seandainya Rasulullah mewajibkan qiraat dengan tujuh huruf itu semua, tentu setiap huruf harus disampaikan secara mutawatir sehingga menjadi hujjah. Tetapi mereka tidak melakukannya. Ini menunjukkan bahwa qiraat dengan tujuh huruf itu termasuk dalam katergori keringanan. Dan bahwa yang wajib ialah menyampaikan sebagian dari ketujuh huruf tersebut secara mutawatir dan inilah yang terjadi.

Ibn Jarir mengatakan berkenaan dengan apa yang telah dilakukan oleh Usman: `Ia menyatukan umat islam dengan satu mushaf dan satu huruf, sedang mushaf yang lain disobek. Ia memerintahkan dengan tegas agar setiap orang yang mempunyai mushaf` berlainan `dengan mushaf yang disepakati itu membakar mushaf tersebut, umatpun mendukungnya dengan taat dan mereka melihat bahwa dengan bagitu Usman telah bertindak sesuai dengan petunjuk dan sangat bijaksana.

Maka umat meninggalkan qiraat dengan enam huruf lainnya.sesuai dengn permintaan pemimpinnya yang adil itu; sebagai bukti ketaatan umat kepadanya dan karena pertimbangan demi kebaikan mereka dan generasi sesudahnya. Dengan demikian segala qiraat yang lain sudah dimusnahkan dan bekas-bekasnya juga sudah tidak ada.

Sekarang sudah tidak ada jalan bagi orang yang ingin membaca dengan ketujuh huruf itu dan kaum muslimin juga telah menolak qiraat dengan huruf-huruf yang lain tanpa mengingkari kebenarannya atau sebagian dari padanya.tetapi hal itu bagi kebaikan kaum muslimin itu sendiri. Dan sekarang tidak ada lagi qiraat bagi kaum muslimin selain qiraat dengan satu huruf yang telah dipilih olah imam mereka yang bijaksana dan tulus hati itu. Tidak ada lagi qiraat dengan enam huruf lainya.

Apa bila sebagian orang lemah pengetahuan berkata : Bagaimana mereka boleh meninggalkan qiraat yang telah dibacakan oleh Rasulullah dan diperintahkan pula membaca dengan cara itu ? maka jawabnya ialah :`Sesungguhnya perintah Rasulullah kepada mereka untuk membacanya itu bukanlah perintah yang menunjukkan wajib dan fardu, tetapi menunjukkan kebolehan dan keringanan (rukshah). Sebab andaikata qiraat dengan tujuh huruf itu diwajibkan kepada mereka, tentulah pengetahuan tentang setiap huruf dari ketujuh huruf itu wajibpula bagi orang yang mempunyai hujjah untuk menyampaikannya, bertianya harus pasti dan keraguan harus dihilangkan dari para qari. Dan karena mereka tidak menyampaikan hal tersebut, maka ini merupakan bukti bahwa dalam masalah qiraat mereka boleh memilih, sesudah adanya orang yang menyampaikanQur`an dikalangan umat yang penyampaiannya menjadi hujjah bagi sebagian ketujuh huruf itu.

Jika memang demikian halnya maka mereka tidak dipandang telah meninggalkan tugas menyampaikan semua qiraat yangv tujuh tersebut, yang menjadi kewajigan bagi mereka untuk menyampaikannya. Kewajiban mereka ialah apa yang sudah mereka kerjakan itu. Karena apa yang telah mereka lakukan tersebut ternyatasangat berguna bagi islam dan kaum muslimin. Oleh karena itu menjalankan apa yang menjadi kewajiban mereka sendiri lebih utama dari pada melakukan sesuatu yang malah akan lebih merupakan bencana terhadap islam dan pemeluknya dari padamenyelamatkannya.`

VI. Perbedaan antara Pengumpulan Abu Bakar dengan Usman

Dari teks-teks diatas jelaslah bahwa pengumpulan (mushaf oleh) Abu Bakar berbeda dengan pengumpulam yang dilakukan Usman dalam motif dan caranya.

Motif Abu Bakar adalah kekhawatiran beliau akan hilangnyaQur`an karena banyaknya para huffaz yang gugur dalam peperangan yang banyak menelan korban dari para qari.

Sedang motif Usman dalam mengumpulkanQur`an ialah karena banyaknya perbedaan dalam cara-cara membaca Qur`an yang disaksikannnya sendiri didaerah-daerah dan mereka saling menyalahkan antara satu dengan yang lain.

Pengumpulan Qur`an yang dilakukan Abu Bakar ialah memindahkan satu tulisan atau catatanQur`an yang semula bertebaran dikulit-kulit binatang, tulang, dan pelepah kurma, kemudian dikumpulkan dalam satu mushaf, dengan ayat-ayat dan surah-surahnya yang tersusun serta terbatas dalam satu mushaf, dengan ayat-ayat dan surah-surahnya serta terbatas dengan bacaan yang tidak dimansukh dan tidak mencakup ketujuh huruf sebagaimana ketikaQur`an itu diturunkan.

Sedangkan pengumpulan yang dilakukan Usman adalah menyalinnya menjadi satu huruf diantar ketujuh huruf itu, untyuk mempersatukan kaum muslimin dalam satu mushaf dan satu huruf yang mereka baca tanpa keenam huruf lainnya.

Ibnut Tin dan yang lain mengatakan:`Perbedaan antara pengumpulan Abu Bakar dan Usmanialah bahwa pengumpulan yang dilakukan Abu Bakar disebabkan oleh kekawatiran akan hilangnya sebagianQur`an karena kematian para penghafalnya, sebab ketika itu Qur`an belum terkumpul disatu tempat. Lalu Abu Bakar mengumpulkannya dalam lembaran-lembaran dengan menertibkan ayat-ayat dan surahnya. Sesuatu dengan petunjuk Rasulullah kepada mereka.

Sedang pengumpulam Usman sebabnya banyaknya perbedaan dalam hal qiraat, sehingga mereka membacanya menurut logat mereka masing-masing dengan bebas dan ini menyebabkan timbulnya sikap saling menyalahkan, karena kawatir akan timbul bencana , Usman segera memerintahkan menyalin lembaran-lembaran itu dalam satu mushaf dengan menertibkan surah-surahnya dan membatasinya hanya pada bahasa quraisy saja dengan alasan bahwaqur`an diturunkan dengan bahasa mereka (quraisy). Sekalipun pada mulanya memang diizinkan membacanya dengan bahasa selain quraisy guna menghindari kesulitan. Dan menurutnya keperluan demikian ini sudah berakhir, karena itulah ia membatasinya hanya pada satu logat saja.

Al-Haris al-Muhasibi mengatakan:`Yang masyhur dikalangan orang banyak ialah bahwa pengumpul Qur`an itu Usman. Pada hal sebenarnya tidak demikian, Usman hanyalah berusaha menyatukan umat pada satu macam (wajah) qiraat, itupun atas dasar kesepakatan antara dia dengan kaum muhajirin dan anshar yang hadir dihadapannya.serta setelah ada kekhawatiran timbulnya kemelut karena perbedaan yang terjadi karena penduduk Iraq dengan Syam dalam cara qiraat. Sebelum itu mushaf-mushaf itu dibaca dengan berbagai macam qiraat yang didasarkan pada tujuh huruf dengan manaQur`an diturunkan.

Sedang yang lebih dahulu mengumpulkan Qur`an secara keseluruhan (lengkap) adalah Abu Bakaras-Sidiq.` .

Dengan usahanya itu Usman telah berhasil menghindarkan timbulnya fitnah dan mengikis sumber perselisihan serta menjaga isiQur`an dari penambahan dan penyimpangan sepanjang zaman.

Para ulama berbeda pendapat tentang jumlah mushaf yang dikirimkan kepada Usman ke berbagai daerah :

a . Ada yang mengatakan bahwa jumlahnya tujuh buah mushaf yang dikirimkan ke Mekkah, Syam Basyrah, Kuffah, Yaman, Bahrain, dan Madinah. Ibn Abu Daud mengatakan:`Aku mendengar Abu Hatim as-Sijistani berkata: `telah ditulis tujuh buah mushaf, lalu dikirimkan ke Mekkah, Syam, Basyrah, Kuffah, Bahrain, Yaman dan sebuah ditahan diMadinah.`

b . Dikatakan pula bahwa jumlahnya ada empat buah masing-masing dikirimkan ke Iraq, Syam,Mesir dan Mushaf Imam, atau dikirimkan ke Kuffah, Basyrah, Syam dan mushaf Imam berkata Abu`Amr ad-Dani dalam al-Muqni.` `sebagian besar ulama berpendapat bahwa ketika Usman menulis Mushaf, ia membuatnya sebanyak empat buah salinan dan ia kirimkan kesetiap daerah masing-masing satu buah: ke Kufah , Basyrah, Syam dan ditinggalkan satu buah untuk dirinyasendiri.`

c . Ada juga yang mengatakan bahwa jumlahnya ada lima. As-Suyuti berkata bahwa pendapat inilah yang masyhur.
Adapun lembaran-lembaran yang dikembalikan kepada Hafsah, tetap berada ditangannya hingga ia wafat, setelah itu lembaran-lembaran tersebut dimusnahkan, dan dikatakan pula bahwa lembaran-lembaran tersebut diambil oleh Marwan bin Hakam lalu dibakar.

Mushaf-mushaf yang ditulis oleh Usman itu sekarang hampir tidak ditemukan sebuah pun juga. Keteranagn yang diriwayatkan oleh Ibn Katsir dalam kitabnya FadhailulQur`an menyatakan bahwa ia menemukan satu buah diantaranya di masjid Damsyik di Syam. Mushaf itu ditulis pada lembaran yang -menurutnya terbuat dari kulit unta. Dan diriwayatkannya pula mushaf Syam ini dibawa ke Inggris setalah beberapa lama berada ditangan kaisar rusia di perpustakaan Leningrad. Juga dikatakn pula bahwa mushaf itu terbakar dalam masjid Damsyik pada tahun 1310 H.

Pengumpulan Qur`an oleh Usman ini disebut dengan pengumpulan ketiga yang dilaksanakan pada 25 H.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in,
Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Sumber : Syariah Online

Wednesday, November 29, 2006

Sholat Dhuha

Berikut artikel dari syariahonline tentang:
1. Dalil Sholat Dluha
2. Waktu Pelaksanaan Shalat Dhuha

Semoga bermanfaat
^_^

**

Dalil Sholat Dluha
-------------------------
Pertanyaan:
Assalamu'alaikum Wr Wb
Langsung saja, baru-baru ini saya mendengar dari salah seorang ustadz bahwa dalil sholat dluha haditsnya dhaif.
ini cukup mengagetkan saya karena selama ini yang saya tahu banyak hadits yang menerangkan keutamaan sholat dluha ini.
Mohon tanggapannya. Jazzakumullah khairan katsiran
Wassalam
Abu Azzam

Jawaban:
Assalamu `alaikum Wr. Wb.

Sholat dhuha merupakan salah satu sholat sunnah yang dinjurkan oleh Rasulullah SAW . Ada sejumlah hadits shohih dan hasan yang menjelaskan tentang keutamaan melaksankan sholat sunnah tersebut, antara lain;

Dari Abu Dzar Al-Ghiffari RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda:

?Wajib bagi setiap sendi-sendi salah seorang dari antara kalian untuk bersedekah setiap hari. Setiap tasbih adalah shodaqoh, setiap tahmid adalah shodaqoh, setiap tahlil adalah shodaqoh, setiap takbir adalah shodaqoh, amar ma?ruf adalah shodaqoh. Nahyi al-munkar adalah shodaqoh. Dan cukup menggantikan itu semua dua rakaat yang dilaksanakan di waktu dhuha?
(HR. Muslim No. 720, Kitab Sholatul Musafirin Wa Qashruha, Bab Istihbab Sholat Adh-Dhuha. Jami?ul Ushul 9/436)

Dari Abu Hurariroh RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
?Tidak ada yang menjaga (pelaksanaan) sholat dhuha kecuali Awwab? dalam kesempatan lain : ?Ia termasuk sholat Awwabin?
(HR. Ibnu Khuzaimah 2/228, Al-Hakim 1/314, Thobrony 2/279. Hadits ini disahihkan oleh Imam Al-Hakim dengan syarat Muslim. Imam Al-Bany menghasankan hadis ini dalam kitabnya Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah No. 1994)

Dari Abu Darda dan Abu Dazr Al-Giffari RA, dari Rasulullah SAW, dari Alloh Swt. Dia berfirman:
?Wahai anak Adam, ruku?lah untukku di permulaan hari empat rakaat, maka akau akan mencukupkan bagimu di akhirnya?
(HR Ahmad dalam Al-Musnad 6/440-451, Tirmidzy No. 475, Hadits ini disahihkan oleh Ahmad Syakurt dalam tahqiqnya terhadap hadits Tirmidzy dan juga oleh Al-Bany dalam Shohih Sunan At-Tirmidzy 1/147)

Dengan keterangan-keterangan di atas, jelas bahwa dalail-dalil yang menjelaskan sholat sunnah Dhuha adalah hadits-hadits yang bisa dijadikan hujjah karena merupakan hadis-hadis shohih maupun juga hadis hasan.

Wallahu A`lam Bish-Showab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Sumber : Syariah Online

**

Waktu Pelaksanaan Shalat Dhuha
--------------------------------------------------
Pertanyaan:
Assalamu?alaikum
Bilakah pelaksanaan shalat dhuha? Kapan jam boleh melaksanakannya dan jam berapa berakhirnya?
Wassalamu?alaikum ..
Abu Hanifah

Jawaban:
Assalamu ?alaikum Wr. Wb.

Sholat dhuha merupakan salah satu sholat sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Terdapat sejumlah hadits yang menjelaskan keutamaan pelaksanaan sholat tersebut. Antara lain;

Dari Abu Hurariroh RA, ia berkata:
?Kekasihku (Rasulullah SAW) mewasiatkan padaku tiga perkara: shaum tiga hari setiap bulan, dua rakaat sholat dhuha dan melaksanakan sholat witir sebelum tidur?
(HR Bukhori 1981, Muslim 721)

Dari Abu Dzar RA dari Nabi SAW, beliau bersabda:
?Setiap pagi wajib untuk bershodakoh atas setiap tulang dari kalian. Maka setiap tasbih adalah shodaqoh, setiap tahmid adalah shodaqoh, setiap tahlil adalah shodaqoh, setiap takbir adalah shodaqoh, memerintahkan kebaikan adalah shodaqoh, melarang dari berbuat munkar adalah shodaqoh, dan cukup untuk menggantikan semua itu adalah dua rakaat yang dilaksanakan di waktu dhuha?
(HR. Muslim 720)

Adapun waktu pelaksanaannya dimulai sejak naiknya matahari seukuran satu tombak/ + 1 meter atau sekitar 07.00 dan berakhir sebelum tergelincirnya matahari -sebelum masuknya waktu yang terlarang melaksanakan sholat- atau sesaat sebelum masuknya waktu dzuhur. Dan disunnahkan agar diakhirkan pelaksanaannya sampai matahari meninggi dan suhu udara memanas.

Dari Al-Qasim Asy-Syaibani, sesungguhnya Zaid bin Arqom melihat orang-orang yang sedang melaksanakan sholat dhuha. Ia pun berkata: ?bukankah mereka telah mengetahui bahwa sholat di selain waktu ini lebih utama, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: ?Sholat Awwabin itu ketika kerikil-kerikil menjadi merah (isyarat yang menunjukkan bahwa matahari telah tinggi dan panasnya telah menyengat)?
(HR> Muslim 748)

Wallahu a?lam bishshowab.
Wassalamu ?alaikum Wr. Wb.

Sumber : Syariah Online

Wednesday, November 22, 2006

Membaca Al Quran

membaca artikel ini, membuat ingin selalu membaca, membaca dan membaca Al Quran
sebagaimana doa yang sering dibaca setiap selesai membaca Quran..

"ya Allah, sayangi kami dengan Quran
jadikan Quran imam, cahaya, petunjuk dan rahmat
ya Allah, tegurlah kami jika melalaikannya
dan ajarkan mukjizat Al Quran
yang menjadi sumber rezeki
sepanjang malam dan sepanjang siang hari.."

selamat membaca Al Qur'an..:)
(1 juz sehari yah)

^_^

**

MEMBACA AL-QUR'ANUL KARIM DI BULAN RAMADHAN DAN LAINNYA
Oleh: Syaikh Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al Jarullah

Segala puji bagi Allah, yang telah menurunkan kepada hamba-Nya kitab Al-Qur'an sebagai penjelasan atas segala sesuatu, petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang muslim. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada hamba dan rasul-Nya Muhammad, yang diutus Allah sebagai rahmat bagi alam semesta.

Adalah ditekankan bagi seorang muslim yang mengharap rahmat Allah dan takut akan siksa-Nya untuk memperbanyak membaca Al-Qur'anul Karim pada bulan Ramadhan dan bulan-bulan lainnya untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala, mengharap ridha-Nya, memperoleh keutamaan dan pahala-Nya. Karena Al-Qur'anul Karim adalah sebaik-baik kitab, yang diturunkan kepada Rasul termulia, untuk umat terbaik yang pernah dilahirkan kepada umat manusia; dengan syari'at yang paling utama, paling mudah, paling luhur dan paling sempurna.

Al-Qur'an diturunkan untuk dibaca oleh setiap orang muslim, direnungkan dan dipahami makna, perintah dan larangannya, kemudian diamalkan. Sehingga ia akan menjadi hujjah baginya di hadapan Tuhannya dan pemberi syafa'at baginya pada hari Kiamat.

Allah telah menjamin bagi siapa yang membaca Al-Qur'an dan mengamalkan isi kandungannya tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat, dengan firmanNya "Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. " (Thaha:123)

Janganlah seorang muslim memalingkan diri dari membaca kitab Allah, merenungkan dan mengamalkan isi kandungannya. Allah telah mengancam orang-orang yang memalingkan diri darinya dengan firman-Nya: "Barangsiapa berpaling dari Al-Qur'an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari Kiamat. " (Thaha : 100)

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. " (Thaha: 124

Di antara keutamaan Al-Qur'an
1. Firman Allah Ta 'ala :
"Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. " (An-Nahl: 89)

2. Firman Allah Ta'ala .
“... Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. " (Al-Ma'idah: 15-16)

3. Firman Allah Ta 'ala :
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus: 57)

4. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :
"Bacalah Al-Qur'an, karena ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafa 'at bagi pembacanya. " (HR. Muslim dari Abu Umamah)

5. Dari An-Nawwas bin Sam'an radhiallahu 'anhu, katanya : Aku mendengar Rasul shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Didatangkan pada hari Kiamat Al-Qur'an dan para pembacanya yang mereka itu dahulu mengamalkannya di dunia, dengan didahului oleh surat Al Baqarah dan Ali Imran yang membela pembaca kedua surat ini. " (HR. Muslim)

6. Dari Utsman bin Affan radhiallahu 'anhu, katanya: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya. " (HR. Al-Bukhari)

7. Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu, katanya: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf. " (HR. At-Tirmidzi, katanya: hadits hasan shahih)

8. Dari Abdullah bin Amr bin Al 'Ash radhiallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dikatakan kepada pembaca Al-Qur'an: "Bacalah, naiklah dan bacalah dengan pelan sebagaimana yang telah kamu lakukan di dunia, karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang kamu baca. "(HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dengan mengatakan: hadits hasan shahih).

9. Dari Aisyah radhiallahu 'anhu, katanya: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Orang yang membaca Al-Qur'an dengan mahir adalah bersama para malaikat yang mulia lagi taat, sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan tergagap dan susah membacanya baginya dua pahala. " (Hadits Muttafaq 'Alaih).
Dua pahala, yakni pahala membaca dan pahala susah payahnya.

10. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Tidak boleh hasut kecuali dalam dua perkaua, yaitu: orang yang dikaruniai Allah Al-Qur'an lalu diamalkannya pada waktu malam dan siang, dan orang yang dikaruniai Allah harta lalu diinfakkannya pada waktu malam dan siang "(Hadits Muttafaq 'Alaih).
Yang dimaksud hasut di sini yaitu mengharapkan seperti apa yang dimiliki orang lain. [Lihat kitab Riyadhus Shaalihiin, hlm. 467-469]

Maka bersungguh-sungguhlah -semoga Allah menunjuki Anda kepada jalan yang diridhaiNya untuk mempelajari Al-Qur'anul Karim dan membacanya dengan niat yang ikhlas untuk Allah Ta'ala. Bersungguh-sungguhlah untuk mempelajari maknanya dan mengamalkannya, agar mendapatkan apa yang dijanjikan Allah bagi para ahli Al-Qur'an berupa keutamaan yang besar, pahala yang banyak, derajat yang tinggi dan kenikmatan yang abadi. Para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dahulu jika mempelajari sepuluh ayat dari Al-Qur'an, mereka tidak melaluinya tanpa mempelajari makna dan cara pengamalannya.

Dan perlu Anda ketahui, bahwa membaca Al-Qur'an yang berguna bagi pembacanya, yaitu membaca disertai merenungkan dan memahami maknanya, perintah-perintahnya dan larangan-larangannya. Jika ia menjumpai ayat yang memerintahkan sesuatu maka ia pun mematuhi dan menjalankannya, atau menjumpai ayat yang melarang sesuatu maka iapun meninggalkan dan menjauhinya. Jika ia menjumpai ayat rahmat, ia memohon dan mengharap kepada Allah rahmat-Nya; atau menjumpai ayat adzab, ia berlindung kepada
Allah dan takut akan siksa-Nya. Al-Qur'an itu menjadi hujjah bagi orang yang merenungkan dan mengamalkannya; sedangkan yang tidak mengamalkan dan memanfaatkannya maka Al-Qur'an itu menjadi hujjah terhadap dirinya (mencelakainya).

Firman Allah Ta 'ala :
"lni adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapatkan pelajaran. " (Shad: 29)

Bulan Ramadhan memiliki kekhususan dengan Al-Qura'nul Karim, sebagaimana firman Allah :
"Bulan Ramadhan, yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an ... "(Al-Baqarah: 185)

Dan dalam hadits shahih dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertemu dengan Jibril pada bulan Ramadhan setiap malam untuk membacakan kepadanya Al-Qur'anul Karim.

Hal itu menunjukkan dianjurkannya mempelajari Al-Qur'an pada bulan Ramadhan dan berkumpul untuk itu, juga membacakan Al-Qur'an kepada orang yang lebih hafal. Dan juga menunjukkan dianjurkannya memperbanyak bacaan Al-Qur'an pada bulan Ramadhan

Tentang keutamaan berkumpul di masjid-masjid untuk mempelajari Al-Qur'anul Karim, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah seraya membaca kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali turunlah ketenangan atas mereka, serta mereka diliputi rahmat, dikerumuni para malaikat dan disebut-sebut oleh Allah kepada para malaikat di hadapan-Nya. " (HR. Muslim

Ada dua cara untuk mempelajari Al-Qur'anul Karim
1. Membaca ayat yang dibaca sahabat Anda
2. Membaca ayat sesudahnya. Namun cara pertama lebih baik

Dalam hadits Ibnu Abbas di atas disebutkan pula mudarasah antara Nabi dan Jibril terjadi pada malam hari. Ini menunjukkan dianjurkannya banyak-banyak membaca Al-Qur'an di bulan Ramadhan pada malam hari, karena malam merupakan waktu berhentinya segala kesibukan, kembali terkumpulnya semangat dan bertemunya hati dan lisan untuk merenungkan. Seperti dinyatakan dalam firman Allah: “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu '), dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (Al-Muzzammil: 6).

Disunatkan membaca Al-Qur'an dalam kondisi sesempurna mungkin, yakni dengan bersuci, menghadap kiblat, mencari waktu-waktu yang paling utama seperti malam, setelah maghrib dan setelah fajar. Boleh membaca sambil berdiri, duduk, tidur, berjalan dan menaiki kendaraan. Berdasarkan firman Allah :

"(Yaitu) orang-orang yang dzikir kedada Allah sambil berdiri, atau duduk, atau dalam keadaan berbaring... "(Ali Imran: 191). Sedangkan Al-Qur'anul Karim merupakan dzikir yang paling agung.

Catatan:
Disalin dari: Risalah Ramadhan; karya Syaikh Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al Jarullah.
Edisi Indonesia: Risalah Ramadhan. Penerjemah: Muhammad Yusuf Harun, Ainul Haris Arifin, Ahmad Musthalih Afandi. Penerbit: Yayasan Al-Sofwa, Jakarta. Cat II, Des 1998; hal.49-59
Copyright pada Yayasan Al-Sofwa, Jakarta


Artikel ini dapat digunakan, diperbanyak, dan disebarluaskan atau dipublikasikan di media lain secara bebas untuk tujuan bukan komersil (non profit); dengan syarat tidak mengahapus atau merubah atribut penulis dan mencantumkan sumber pengambilan sebagai manifestasi sikap amanah ilmiah.

Monday, November 20, 2006

Keutamaan Membaca Al-Quran

Berikut dikutip dari Kitab Riyadhus-Shalihin buku II
Afwan..
File-nya didapat dari internet, jadi masih terjemahan bahasa Melayu
Agak beda dikit bahasanya dengan yang terbitan Pustaka – Amani Jakarta
But, it’s much better then write it down my-self..

^_^

**

Keutamaan Membaca Al-Quran

988. Dari Abu Umamah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bacalah olehmu semua akan al-Quran itu, sebab al-Quran itu akan datang pada hari kiamat sebagai sesuatu yang dapat memberikan syafaat - yakni pertolongan - kepada orang-orang yang mempunyainya."
(Riwayat Muslim)

Maksudnya mempunyainya ialah membaca al-Quran yang di-lakukan dengan mengingat-ingat makna dan kandungannya lalu mengamalkan isinya, mana-mana yang merupakan perintah dilaku-kan dan yang merupakan larangan dijauhi.

989. Dari an-Nawwas bin Sam'an r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Al-Quran itu akan didatangkan pada hari kiamat nanti, demi-kian pula ahli-ahli al-Quran yaitu orang-orang yang mengamalkan al-Quran itu di dunia, didahului oleh surat al-Baqarah dan surat ali-lmran. Kedua surat ini menjadi hujah untuk keselamatan orang yang mempunyainya-yakni membaca, memikirkan dan mengamalkan.
(Riwayat Muslim)

990. Dari Usman bin Affan r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sebaik-baik engkau semua ialah orang yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya pula."
(Riwayat Bukhari)

991. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Orang yang membaca al-Quran dan ia sudah mahir dengan bacaannya itu, maka ia adalah beserta para malaikat utusan Allah yang mulia lagi sangat berbakti, sedang orang yang membacanya al-Quran dan ia berbolak-balik dalam bacaannya-yakni tidak lancar - juga merasa kesukaran di waktu membacanya itu, maka ia dapat memperoleh dua pahala."
(Muttafaq 'alaih)

992. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Perumpamaan orang mu'min yang suka membaca al-Quran ialah seperti buah jeruk utrujah, baunya enak dan rasanyapun enak dan perumpamaan orang mu'min yang tidak suka membaca al-Quran ialah seperti buah kurma, tidak ada baunya, tetapi rasanya manis. Adapun perumpamaan orang munafik yang suka membaca al-Quran ialah seperti minyak harum, baunya enak sedang rasanya pahit dan perumpamaan orang munafik yang tidak suka membaca al-Quran ialah seperti rumput hanzhalah, tidak ada baunya dan rasanyapun pahit."
(Muttafaq 'alaih)

993. Dari Umar bin al-Khaththab r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya Allah mengangkat derajat beberapa kaum dengan adanya kitab al-Quran ini - yakni orang-orang yang beriman - serta menurunkan derajatnya kaum yang Iain-Iain dengan sebab al-Quran itu pula - yakni yang menghalang-halangi pesatnya Islam dan tersebarnya ajaran-ajaran al-Quran itu."
(Riwayat Muslim)

994. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Tidak dihalalkanlah dengki itu, melainkan terhadap dua macam orang, yaitu: Orang yang diberi kepandaian oleh Allah dalam hal al-Quran, lalu ia berdiri dengan al-Quran itu - yakni membaca sambil memikirkan dan juga mengamalkannya - di waktu malam dan waktu siang, juga seorang yang dikaruniai oleh Allah akan harta lalu ia menafkahkannya di waktu malam dan siang - untuk kebaikan."
(Muttafaq 'alaih)

995. Dari al-Bara' bin 'Azib r.a., katanya: "Ada seorang lelaki membaca surat al-Kahfi dan ia mempunyai seekor kuda yang diikat dengan dua utas tali, kemudian tampaklah awan menutupinya. Awan tadi mendekat dan kuda itu lari dari awan tersebut. Setelah pagi menjelma, orang itu mendatangi Nabi s.a.w. menyebutkan apa yang terjadi atas dirinya itu. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Itu adalah sakinah* - ketenangan yang disertai oleh malaikat - yang turun untuk mendengarkan bacaan al-Quran itu."
(Muttafaq 'alaih)

Dalam Hadisnya Zaid bin Tsabit r.a., katanya: "Saya berada di samping Rasulullah s.a.w., lalu beliau dilutupi oleh sakinah." Yang dimaksudkan ialah ketenangan ketika ada wahyu turun pada beliau. Di antaranya lagi ialah Hadisnya Ibnu Mas'ud r.a.: "Tidak jauh bahwa sakinah itu terucapkan pada lisannya Umar r.a." Ada yang mengatakan bahwa sakinah ialah kedamaian dan ada yang mengatakan kerahmatan.

996. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang membaca sebuah huruf dari kitabullah -yakni al-Quran, maka ia memperoleh suatu kebaikan, sedang satu kebaikan itu akan dibalas dengan sepuluh kali lipat yang seperti itu. Saya tidak mengatakan bahwa alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim juga satu huruf."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.

997. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya orang yang dalam hatinya tidak ada sesuatu apapun dari al-Quran - yakni tidak ada sedikitpun dari ayat-ayat al-Quran yang dihafalnya, maka ia adalah sebagai rumah yang musnah - sunyi dari perkakas."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.

998. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Dikatakanlah - nanti ketika akan masuk syurga - kepada orang yang mempunyai al-Quran - yakni gemar membaca, mengingat-ingat kandungannya serta mengamalkan isinya: "Bacalah dan naiklah derajatmu - dalam syurga - serta tartilkanlah - yakni membaca perlahan-lahan - sebagaimana engkau mentartilkannya dulu ketika di dunia, sebab sesungguhnya tempat kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca," maksudnya kalau membaca seluruhnya adalah tertinggi kedudukannya dan kalau tidak, tentulah di bawahnya itu menurut kadar banyak sedikitnya bacaan.
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.

Friday, November 17, 2006

Pecinta Kekasih

sebuah nasihat dari Nasihat Imam Ibnul Qayyim..

Jika kamu ingin tahu
Seberapa besar cinta Allah SWT kepadamu
Dan kepada selainmu,
Lihatlah keadaan-keadaan berikut ini:

Lihatlah, seberapa besar intensitas cintamu
Kepada kalam-Nya di hatimu!

Lihatlah seberapa dahsyat kenikmatanmu
Dan keasyikanmu tatkala mendengar
lantunan firman-firman-Nya!

Sudahkah keasyikan itu
Melebihi keasyikan para pecandu musik
Dan nyanyian
Tatkala nyanyian itu didendangkan?

Sesungguhnya wajar
Jika seseorang mencintai seorang kekasih,
Lalu suara dan pembicaraan kekasihnya itu
Menjadi sesuatu
yang sangat dicintai…


Tidak boleh didamba-dambakan kecuali dua kenikmatan:
Seseorang yang diberi Allah Al Qur’an,
lalu ia membacanya sepanjang malam dan siang
Dan seseorang yang diberi Allah harta,
Lalu ia membelanjakannya di jalan Allah sepanjang malam dan siang.

(Muttafaq ‘Alaih)

Thursday, November 16, 2006

Indahnya Hidup di Bawah Naungan Al Qur’an

quote:
"Al Qur'an.
Barangsiapa yang mempelajari ilmunya akan terdahulu,
barangsiapa yang berbicara dengannya akan benar,
barangsiapa berhukum dengannya akan adil,
barangsiapa yang beramal dengan membacanya akan dicukupkan pahalanya,
dan barangsiapa yang berdakwah kejalannya akan diberi hidayah ke jalan yang lurus."
(hadits)

Selamat menikmati indahnya hidup.. :)

^_^

**


Indahnya Hidup di Bawah Naungan Al Qur’an

“Dan barangsiapa berpaling dari adz-`Dzikr-KU, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit dan KAMI akan menghimpunnya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.”
(QS Thaha, 20:124)

SIKAP RASULULLAH SAW DAN PARA SAHABATNYA TERHADAP AL-QUR’AN

Di dalam kitab Mabahits fi Ulumil Qur’an ust DR Manna Khalil al-Qaththan menggambarkan sikap Nabi Muhammad SAW dan kecintaan beliau kepada al-Qur’an sbb :
Adalah Rasulullah SAW itu sangat mencintai wahyu…
beliau senantiasa menunggu2 datangnya ayat2 ALLAH SWT dengan penuh kerinduan..
Sehingga jika turun suatu ayat, maka tidak terasa bibirnya yang mulia itu segera bergerak2 menirukan ucapan Jibril as sebelum wahyu itu selesai dibacakan…
Sehingga ALLAH SWT menurunkan ayat yang menjamin Nabi SAW akan hafal seluruh al-Qur’an dan memerintahkan beliau SAW agar sabar mendengarkan dulu sampai ayat tersebut selesai dibacakan baru kemudian mengikutinya (QS Al-Qiyamah, 17-18).

Hal ini begitu membekas dan mempengaruhi para sahabat ra dan para salafus shalih, sehingga mereka mencurahkan perhatian yang sangat besar terhadap ayat2 al-Qur’an, dan menjadikannya perintah harian dari RABB-nya, sebagaimana perkataan salah seorang sahabat mulia Ibnu Mas’ud ra : “Demi DZAT yang tidak ada Ilah kecuali DIA, tidak ada satupun surah al-Qur’an yang turun kecuali aku mengetahui dimana surah itu turun, di musim panas atau di musim dingin, dan tidaklah satu ayatpun dari Kitabullah yang diturunkan kecuali aku mengetahui tentang apa ayat itu turun dan kapan ayat itu turun.”

Perhatian para sahabat dan salafus shalih yang luarbiasa besar ini kepada al-Qur’an bukanlah disebabkan karena pada waktu itu tidak ada peradaban lain yang maju dan modern (karena pada waktu itu dunia telah dikuasai oleh dua super power dengan segala khazanah peradabannya, yaitu Byzantium di Barat dan Kisra di Timur), tetapi focusing tersebut sengaja dilakukan oleh Rasulullah SAW agar membersihkan jiwa, pola pikir dan kehidupan para sahabat ra, karena proses kebangkitan sebuah generasi akan sangat tergantung pada apa yang menjadi dasar kebangkitan tersebut.

Demikian pentingnya pembersihan mindframe ini sehingga beliau menegur Umar ra, ketika ia membaca al-Qur’an dan Taurat secara berganti2 untuk memperbandingkan, kata beliau SAW pada sahabatnya itu :
“Buanglah itu! Demi DZAT yang jiwa Muhammad berada ditangan-NYA, seandainya Musa as masih hidup sekarang, maka tidak halal baginya kecuali harus mengikutiku, akulah penghulu para nabi dan akulah penutup para nabi.”

Sehingga sikap generasi sahabat Rasulullah SAW terhadap al-Qur’an adalah :

1. Membaca dengan benar, mengimani ayat-ayatnya dan mentadabburkannya.

Firman Allah SWT : “Apakah mereka tidak mentadabburkan al-Qur’an? Ataukah dalam hati mereka ada kunci?” (QS Muhammad : 24).

2. Mencurahkan perhatian yang besar untuk membaca dan mempelajari kandungan al-Qur’an,

yang sangat jauh berbeda dengan generasi kaum muslimin saat ini yang demikian jauh dari petunjuk PEMILIK dan PENCIPTA-nya, yang jangankan memahaminya, membacanyapun seolah tak ada waktu…

Maha Benar ALLAH dengan firman-Nya :
“Pada hari dimana berkatalah Rasul : Wahai RABB-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qur’an ini sebagai sesuatu yang ditinggalkan. Dan demikianlah KAMI jadikan bagi setiap nabi, musuh-musuh dari orang-orang yang berdosa, dan cukuplah RABB-mu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.”
(QS al-Furqan : 30-31).

Berkata al-hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya :
Yang dimaksud meninggalkan Al-Qur’an dalam ayat ini yaitu mencakup :
Mengutamakan hal-hal lain daripada al-Qur’an,
tidak beriman pada ayat-ayatnya,
tidak mentadabburkannya,
tidak memahami apa yang ia baca,
tidak mengamalkan ayat-ayat yang dibaca,
disibukkan oleh syair-syair, pendapat-pendapat dan lagu-lagu..
(Tafsir Ibnu Katsir, juz III hal 317)

3. Menjadikan Al-Qur’an sebagai standar kehidupan dan sumber pengambilan hukum dalam tiap aspek kehidupan mereka.

Dalam salah satu hadits disebutkan:
Dari Harts al-A’war ia berkata : Aku lewat di mesjid dan melihat orang-orang sedang asyik bercerita-cerita, maka aku kabarkan pada Ali ra : Wahai Amirul Mu’minin, tidakkah Anda mengetahui orang sedang asyik bercerita?
Maka beliau menjawab : Apakah mereka melakukannya?
Maka jawabku : Benar!
Maka kata beliau : Adapun aku pernah dinasihati oleh kekasihku SAW :
Sesungguhnya kelak akan datang bencana.
Maka kataku : Bagaimana jalan keluarnya wahai Rasul Allah?

Maka jawab beliau SAW : Kitabullah!

Karena di dalamnya terdapat
kabar tentang ummat-ummat sebelum kalian,
dan berita-berita tentang apa yang akan terjadi setelah kalian,
dan hukum-hukum bagi apa yang terjadi di masa kalian,
ia adalah jalan yang lurus dan tidak ada kebengkokan,
tidaklah para penguasa yang meninggalkannya akan dihinakan ALLAH,
dan tidaklah orang yang mencari petunjuk selainnya akan disesatkan ALLAH,
dia adalah tali ALLAH yang sangat kokoh,
cahaya-NYA yang terang benderang,
peringatan-NYA yang paling bijaksana,
jalan-NYA yang paling lurus.

Dengannya tidak akan pernah puas hati orang yang merenungkannya,
dan tidak akan bosan lidah yang membacanya,
dan tidak akan lelah orang yang membahasnya.
Tidak akan kenyang ulama mempelajarinya,
tak akan puas muttaqin menikmatinya.

Ia tak akan bisa dipatahkan oleh banyaknya penentangnya,
tak akan putus keajaibannya,
tak akan henti-henti jin yang mendengarkannya berkata :
Sungguh kami telah mendengar Al-Qur’an yang menakjubkan…

Barangsiapa yang mempelajari ilmunya akan terdahulu,
barangsiapa yang berbicara dengannya akan benar,
barangsiapa berhukum dengannya akan adil,
barangsiapa yang beramal dengan membacanya akan dicukupkan pahalanya,
dan barangsiapa yang berdakwah kejalannya akan diberi hidayah ke jalan yang lurus.
Amalkan ini wahai A’war..
(HR ad-Darami dan teks ini darinya, juga diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan ia berkata hadits gharib)

Keadaan Ummat Terdahulu (orang-orang Kafir) terhadap Kitab-kitab Mereka.

Marilah kita bercermin pada profil ummat-ummat terdahulu terhadap kitab-kitab mereka dan marilah kita bandingkan dengan keadaan kita masing-masing, agar kita tidak tersesat sebagaimana mereka dahulu telah tersesat dari jalan ALLAH SWT :

1. Ummi (Bodoh tidak dapat membaca dan memahaminya)
“Dan diantara mereka ada orang-orang yang ummi, tidak mengetahui isi Taurat, kecuali cerita-cerita dari orang-orang lain saja dan mereka hanya menduga-menduga saja.”
(QS al-Baqarah : 78)

2. Beriman secara parsial
“Apakah kalian beriman pada sebagian Taurat dan ingkar kepada sebagian yang lain.”
(QS al-Baqarah : 85)

3. Berusaha untuk berpaling dari Al-Qur’an kepada selainnya
“Dan sesungguhnya mereka hampir-hampir memalingkan kamu dari apa yang telah KAMI wahyukan kepadamu, agar kamu membuat selain al-Qur’an secara bohong terhadap KAMI, dan kalau sudah demikian tentulah mereka mengambilmu sebagai sahabat setia …”
(QS al-Isra : 73)

4. Sengaja menghindar dari pengaruh Al-Qur’an
“Dan orang-orang kafir berkata : Janganlah kalian mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-Qur’an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kalian dapat mengalahkannya.”
(QS Fushshilat : 26)

5. Cinta dunia dan takut mati
“Sekali-sekali janganlah begitu! Sebenarnya kalian (hai manusia) mencintai kehidupan dunia dan lari dari akhirat.”
(QS al-Qiyamah : 20-21)

Nabiel Fuad Al-Musawa
REFERENSI :
Mabahits fi ‘Ulumil Qur’an, Syaikh Manna’ Khalil al-Qaththan


Sumber : Al-Ikhwan

Wednesday, November 15, 2006

Kewajiban Kita Terhadap Al Quran

sebuah tausiyah dari Imam Syahid..
mengingatkan kembali untuk semakin meningkatkan interaksi dengan Al Quran
"minimal 1 juz per-hari"
insya Allah..

selamat menyimak tausiyah beliau.. :)
^_^


**


Kewajiban Kita Terhadap Al – Quran

Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt. Kita ucapkan selawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad, untuk segenap keluarga dan sahabat baginda, serta siapa saja yang menyerukan dakwahnya hingga hari kiamat.

Ikhwan tercinta, saya sampaikan salam penghormatan Islam, salam penghormatan dari Allah, yang baik dan diberkahi: assalamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Seseorang layak berasa pelik terhadap sikap kebanyakan manusia terhadap kitab Allah swt.: Al-Qur'anul Karim.

Ikhwan sekalian, sebagaimana saya katakan sebelumnya, sikap kebanyakan manusia pada waktu ini terhadap kitab Allah ibarat sekelompok manusia yang diliputi kegelapan dari segala penjuru. Mereka keliru, berjalan tanpa sebarang petunjuk pun. Kadang-kadang mereka
jatuh ke jurang, kadang-kadang melanggar batu, dan kadang-kadang saling berlanggaran.

Keadaan mereka terus demikian, tersesat membabi buta dan berjalan dalam kegelapan yang pekat. Padahal di hadapan mereka ada sebuah tombol elektrik yang andaikata mereka tekan dengan jari, maka gerakan yang sedikit itu dapat menyalakan sebuah lampu yang terang-benderang.

Inilah Saudarasaudaraku, perumpamaan umat manusia sekarang dan sikap mereka terhadap kitab Allah.

Seluruh dunia ini tersesat dalam kegelapan yang pekat. Seluruh alam berjalan tanpa petunjuk.
Berbagai-bagai sistem telah rosak, masyarakat telah hancur, nasionalisme telah jatuh. Setiap kali manusia membuat sistem baru untuk diri mereka, dengan cepat sistem itu menemui kegagalan. Hari ini, manusia tidak mendapatkan jalan selain berdoa, bersedih, dan menangis. Sungguh aneh, kerana di hadapan mereka sebenarnya terdapat Al-Qur'anul Karim, kitab Allah swt.

“Bak Unta mati kehausan di padang pasir,sedangkan air terpikul di punggungnya”

Mereka tidak mendapatkan jalan petunjuk, padahal di hadapan mereka ada cahaya yang sempurna.

"Tetapi Kami jadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnyaKami benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (Asy-Syura: 52)

"Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya terang yang diturunkan kepadanya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Al-A 'raf: 157)

"Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kalian Rasul Kami, menjelaskan kepada kalian banyak dari isi Al-Kitab yang kalian sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepada kalian cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan dan mengeluar-kan mereka dari gelap gelita kepada cahaya terang benderang dengan izin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus." (Al-Maidah: 15-16)

"Inilah Kitab yang Kami turunkan kepadamu agar kamu mengeluarkan manusia dari
kegelapan menuju cahaya." (Ibrahim: 1).

"Maka berimanlah kalian kepada Allah, Rasul-Nya, dan cahaya (Al-Qur'an) yang telah
Kami turunkan. Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan." (At-Taghabun: 8).

Ikhwan sekalian, kembali saya ingin katakan bahawa barangkali suatu hal yang wajar jika orang-orang kafir yang mata mereka belum dibuka untuk melihat cahaya ini, berjalan tanpa petunjuk dalam kehidupan mereka. Ini logik dan dapat diterima, kerana Allah swt. berfirman,
"Dan barangsiapa yang tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka ia tiada memiliki cahaya sedikit pun." (An-Nur:40).

Bagaimana pula halnya dengan orang-orang mukmin yang mengimani, membenarkan, mencintai, menghormati dan mengagungkannya, yang tidak ada satu pun dari rumah-rumah mereka dan tidak satu pun dari saku-saku baju mereka yang tidak terdapat mushaf dari Kitabullah.

Ikhwan sekalian, orang-orang kafir telah menipu mereka dengan cahaya itu, menjauhkan mereka dari petunjuk, menyesatkan mereka dari jalan, dan menjauhkan tangan mereka dari sumber mulia dan dari tombol elektrik ini; kadang-kadang dengan jerat politik, kadang-kadang dengan perangkap ilmu duniawi.
"Mereka hanya mengetahui kehidupan dunia yang lahir, sedangkan tentang kehidupan akhirat mereka lalai." (Ar-Rum: 7)

Mereka terus memperdayakan; terkadang dengan harta benda, kadang-kadang melalui hawa
nafsu, kadang-kadang dengan tipu muslihat, dan di saat lain dengan kekuatan, paksaan, dan
kekejaman.

Wahai Ikhwan sekalian, semua pembawaan ini terus digunakan oleh para penganut kekafiran.
Orang-orang kafir itu menjauhkan manusia dan kaum muslimin dan petunjuk. Telah lama kaum
muslimin mengikuti dan berlari di belakang kesesatan mereka. Akibatnya, mereka lupa kepada
sumber petunjuk ini dan mengekor saja di belakang orang-orang kafir. Padahal Allah swt. telah
memperingatkan mereka dari tindakan itu.
"Wahai orang-orang beriman, jika kalian mengikuti orang-orang kafir, nescaya mereka mengembalikan kalian ke belakang (kepada kekafiran), lantas jadilah kalian orang-orang yang rugi. Tetapi (ikutilah Allah), Allah merupakan Pelindung kalian, dan Dialah sebaik-baik Penolong." (Ali Imran: 149- 150)

Ikhwan sekalian, karena Allah mengetahui bahawa orang-orang kafir kadangkala menggertak orang-orang beriman dengan kekuatan yang mereka miliki, maka Allah swt. ingin mencabut pengaruhnya dari hati kaum muslimin.
"Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu, Tempat kembali mereka adalah neraka; dan alangkah buruknya tempat kembali orang-orang yang zalim." (Alilmran:151).

Kemudian Allah swt. menyebutkan peristiwa yang nyata untuk menjadi pengiring bagi dalil yang tegas itu.
"Sesungguhnya Allah telah memenuhi janjiNya kepada kalian, ketika kalian membunuh mereka dengan izinNya sampai pada saat kalian lemah dan berselisih dalam urusan itu dan menderhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepada kalian apa yang kalian sukai. Di antara kalian ada yang mengkehendaki dunia dan di antara kalian ada yang mengkehendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kalian dari mereka untuk menguji kalian; dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kalian. Dan Allah pemberi kurnia bagi orangorang yang beriman." (Ali Imran: 152).

Ikhwan sekalian, demikianlah. Allah swt. memperingatkan orang-orang mukmin dengan Al-Qur'an, jangan sampai mereka mengikuti jalan orangorang kafir atau tertipu oleh tipu muslihat dan rancangan mereka.

"Wahai orang-orang beriman, jika kalian mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al-Kitab, nescaya mereka akan mengembalikan kalian menjadi kafir setelah kalian
beriman." (Ali Imran: 100)

"Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan muslim. Dan berpegang teguhlah kalian semua pada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian berpecah-belah." (Ali Imran: 102- 103)

"Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian menaati orang-orang kafir, nescaya mereka mengembalikan kalian ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kalian orang-orang yang rugi.”(Ali Imran: 149).

Orang-orang kafir itu diciptakan dengan memiliki watak menipu dan memperdaya orangorang beriman.

"Sebahagian besar Ahli Kitab berkeinginan untuk mengembalikan kalian kepada kekafiran setelah kalian beriman kerana kedengkian (yang timbul) dan din mereka, setelah nyata bagi mereka kebenaran." (Al-Baqarah: 109)
"Mereka ingin supaya kalian menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, sehingga
kalian dan mereka sama." (An-Nisa': 89)
"Jika mereka menangkap kalian, nescaya mereka bertindak sebagai musuh bagi kalian dan melepaskan tangan dan lidah mereka kepada kalian dengan menyakiti, dan mereka ingin supaya kalian menjadi kafir." (Al-Mumtahanah: 2).

Ikhwan sekalian, jelas sekali bahawa dada mereka tidak akan terbebas dari keinginan ini, iaitu keinginan agar orang-orang beriman kembali menjadi kafir.
"Mereka tidak henti-henti memerangi kalian sampai mereka dapat mengembalikan kalian dari agama kalian jika mereka mampu." (Al-Baqarah: 217).

Ini merupakan ilustrasi yang tepat mengenai perasaan orang-orang kafir terhadap orang-orang beriman. Sekalipun demikian, orang-orang yang beriman didominasi oleh rasa toleransi, sehingga mereka melupakan peringatan ini.
"Beginilah kalian ini. Kalian mencintai mereka padahal mereka tidak mencintai kalian, dan kalian beriman kepada semua kitab. Jika berjumpa dengan kalian, mereka berkata, 'Kami beriman.' Apabila mereka menyendiri, mereka menggigit hujung jari lantaran marah bercampur benci kepada kalian. Katakanlah, 'Mampuslah kalian kerana kemarahan kalian itu.' Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. Jika kalian memperoleh kebaikan, mereka bersedih hati, tetapi jika kalian ditimpa bencana, mereka bergembira kerananya. Jika kalian bersabar dan bertaqwa, tipu daya mereka tidak akan membahayakan kalian sedikit pun. Sesungguhnya Allah mengetahui segala yang mereka kerjakan." (Ali Imran; 119-120).

Meskipun ada peringatan semacam ini dan kitab Allah telah mengungkap keadaan jiwa mereka sedemikian rupa, kita tetap menjerumuskan diri kita ke jurang dan berjalan mengikuti orang- orang kafir. Bagaimana tidak, kita masih berperilaku sebagaimana perilaku orang-orang kafir, padahal mereka menipu kita dengan segala pembawaan dan cara. Cahaya ini memang tidak dimiliki oleh orangorang kafir, namun mereka cukup gembira bila mereka berhasil menjauhkan kita darinya.

Bagaimanakah keadaan yang terjadi sekarang, wahai Ikhwan sekalian? keadaan yang terjadi adalah, orang-orang kafir tidak percaya kepada cahaya ini, sedangkan orang-orang beriman tidak mengetahuinya, keadaan ini sungguh ironi.

Keadaan yang membawa manusia kepada segala macam penderitaan. Kerana itu, orang-orang yang telah mengambil petunjuk Al-Qur'an wajib menyelamatkan diri sendiri sekaligus orang lain. Lantas apakah kewajipan kita sebagai orang yang telah beriman kepada Al-Qur'an?

Ikhwan sekalian, kewajiban kita terhadap Al-Qur'anul Karim ada empat:

1. Hendaklah kita memiliki keyakinan yang sungguh dan kuat bahawa tidak ada yang dapat menyelamatkan kita kecuali sistem sosial yang diambil dan bersumber dari kitab Allah swt. ini.

Sistem sosial apa pun yang tidak bersumber atau tidak berlandaskan kepada Al-Qur'anul Karim pasti bakal menemui kegagalan. Misalnya, banyak orang mengatasi masalah ekonomi dengan terapi pembaikan, "tidak menggemukkan dan tidak pula sekadar menghilangkan lapar".

Sementara Al-Qur'anul Karim telah menggariskan aturan tentang zakat, mengharamkan riba, mewajibkan kerja, melarang pemborosan, sekaligus sekaligus menanamkan kasih sayang antara sesama manusia.
Dengan arahan semacam masalah kemiskinan tentu dapat segera diselesaikan. Tanpa jalan penyelesaian ini, tidak mungkin ia dapat diselesaikan. Selain penyelesaian semacam ini, semuanya hanya ibarat pil penenang sementara.

Contoh lain adalah masalah kesihatan.

Ikhwan sekalian, kalian mendapati mereka ibarat orang yang membuka botol minuman berdiameter tiga milimeter, sedangkan di bawahnya terdapat tapak yang berdiameter tiga meter. Mereka membuat rumah-rumah sakit dan klinik-klinik kesihatan, tetapi akar penyakit tidak dibanteras. Misalnya, taraf hidup yang masih rendah. Padahal Islam menghendaki peningkatan taraf hidup dan pembanterasan berbagai-bagai kemungkaran.

Rasulullah S.A.W bersabda:
"Tidaklah perilaku keji terlihat nyata di tengahtengah suatu kaum, kecuali akan banyak penyakit menimpa mereka, yang tidak pernah menimpa orangorang sebelum mereka."

Ikhwan sekalian, contoh lain misalnya pembanterasan jenayah. Apakah kita akan memenjarakan pencuri ke penjara agar dia mengasah kehebatannya kepada jenayah-jenayah sehingga semakin lama masa tinggalnya di penjara, semakin tinggi pula kehebatanya dalam melakukan jenayah? Andaikata nas Al-Qur'an berikut ini diambil, "Atau diasingkan dari negeri (tempat kediamannya)", nescaya hal ini akan memberikan banyak manfaat kepada Negara.

2. Bagaimana pendapat Anda jika sistem ini diterapkan secara menyeluruh?

Ikhwan sekalian, penyelesaiannya hanya Islam. Islam tidak menerima persekutuan. Kerana itu, kita wajib mempercayai bahawa hanya Islam yang layak menyelamatkan umat ini dari setiap bencana yang menimpa dalam seluruh aspek kehidupan. Maka dengan itu, kaum muslimin wajib menjadikan kitab Allah sebagai sahabat karib, kawan bicara, dan guru. Kita harus membacanya. Jangan sampai ada hari yang kita lalui tanpa menjalinkan hubungan dengan Allah swt. melalui Qur'an.

Demikianlah keadaan para pendahulu kita, kaum Salafus soleh, semoga Allah meredhai mereka. Mereka tidak pernah kenyang dengan Al-Qur'anul Karim. Mereka tidak pernah meninggalkannya. Bahkan mereka mencurahkan waktu mereka untuk itu, sehingga Rasulullah saw. melarang mereka berlebihan di dalamnya.

Setidak-tidaknya, Saudaraku, hendaklah kita membaca Al-Qur'an secara rutin, meskipun sedikit. Sunah mengajarkan agar kita mengkhatamkannya tidak lebih dari satu bulan dan tidak kurang dari tiga hari.

Sayidina Umar bin Abdul Aziz apabila disibukkan oleh urusan kaum muslimin, beliau mengambil mushaf dan membacanya walaupun hanya dua atau tiga ayat. Beliau berkata, "Agar saya tidak termasuk mereka yang menjadikan Al-Qur'an sebagai sesuatu yang ditinggalkan."

Rasulullah S.A.W bersabda:
"Barangsiapa membaca satu ayat dari Kitabullah, maka dia memperoleh sepulub kebaikan untuk setiap huruf. Barangsiapa mendengarkannya, maka ia akan memperoleh cahaya pada bari kiamat."

Orang yang telah menghafalkan Al-Qur'an kemudian melupakannya, dia telah melakukan satu dosa besar. Kerana itu, Ikhwan sekalian, Anda harus rajin membaca Al-Qur'anul Karim dan menetapkan bacaan rutin dan kitab Allah swt. untuk din Anda.

Hendaklah kalian tekun melaksanakannya, sebagai peneladanan terhadap para pendahulu umat ini, sebagai pelaksanaan perintah Allah swt. dan agar mendapatkan manfaat dan kandungan kitabNya.

3. Setelah itu, ketika membaca Al-Qur'an kita harus memperhatikan adab-adab membacanya dan ketika mendengarkan kita juga harus memperhatikan adab-adab mendengarnya.

Hendaklah kita berusaha merenungkan dan meresapinya. Rasulullah saw. bersabda:
"Sesungguhnya Al-Qur'an ini turun dengan kesedihan, maka jika kamu membacanya, hendaklah kamu menangis. Jika kamu tidak menangis, maka buatlah seolah-olah dirimu menangis."

Akhi, ini ertinya adalah, bahawa jika hati anda belum dapat konsentrasi sampai pada tingkat menghayatinya, hendaklah Anda berusaha untuk menghayatinya. Janganlah syaitan memalingkan anda dari keindahan perenungan sehingga anda tidak mendapatinya.

Tekunlah! andaikan dalam membaca anda hanya dapat menggerakkan lidah, teruskanlah membaca!
Hendaklah anda menyediakan waktu untuk menghafal dan mengulang.
Usahakan agar anda benar-benar meresapi kandungan makna Al-Qur'an.

Banyak riwayat menceritakan bahawa pada suatu malam Sayidina Umar bin Khathab ra. pergi berkeliling kota. Tiba-tiba beliau mendengar seseorang membaca, "Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Demi bukit Thur. Dan demi kitab yang ditulis. Pada lembaran yang terbuka. Dan demi Baitul Makmur. Dan demi atap yang ditinggikan (langit). Dan demi laut yang di dalam tanahnya ada api. Sesungguhnya seksa Tuhanmu pasti terjadi. Tidak ada yang dapat mencegahnya." (At-Thur: 1-8).

Ketika mendengar bacaan ini, beliau berkata, "Inilah sumpah yang benar, demi Tuhan Pemilik Ka'bah." Beliau lantas tersungkur pengsan. Beliau dimamah oleh seorang sahabat yang bernama Aslam dan dibawa ke rumahnya. Beliau sakit selama tiga puluh hari, dijenguk oleh masyarakat.

Akhi, demikian halnya dengan Umar bin Abdul Aziz. Suatu ketika beliau datang ba'da isya'. Beliau lantas berwudhu dan berdiri melaksanakan solat. Beliau membaca, "(Kepada malaikat diperintahkan) kumpulkanlah orang-orang zalim dan teman sejawat mereka beserta apa yang selalu mereka sembah, selain Allah. Lantas tunjukkan kepada mereka jalan menuju neraka Jahim. Dan hentikan mereka, sesungguhnya mereka akan ditanya." (Ash-Shafat; 22-24).

Beliau terus mengulang-ulang ayat, "Dan hentikanlah mereka, sesungguhnya mereka akan ditanya," sampai muadzin datang untuk mengumandangkan azan subuh.

Demikianlah, Ikhwan sekalian, penghayatan mereka terhadap kitab Al-Qur'anul Karim. Pada zaman Imam Syafii, jika mereka ingin mempelajari kitab Allah di Makkah, mer eka mengirimkan surat kepada beliau, agar beliau membacakan kitab Allah. Beliau tidak pernah terlihat menangis, seperti pada hari tersebut.

Hendaklah kita juga membaca Al-Qur'an dengan bacaan yang membuahkan.

Jika Al-Qur'an ini dapat menyentuh hati orang-orang kafir, yang merupakan manusia paling jauh kemungkinannya untuk menghayati kitab Allah, maka bagaimana pula dengan kita? Lihatlah Utbah bin Rabi'ah (seorang kafir), ketika mendengar bacaan Al-Qur'an dari Rasulullah saw., dia berkata.
"Sesungguhnya bacaan ini mengandungi kelazatan dan keindahan. Atasnya membuahkan, bawabnya menyejukkan. Sungguh, ini bukan perkataan manusia."

Begitu pula yang terjadi pada Najasyi dan kaumnya ketika mendengar Ja'far bin Abi Thalib membaca Al-Qur'an. Teresak-esak mata mereka dialiri oleh air mata.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang beriman?

Seharusnya, ketika orang-orang beriman membaca kitab Allah swt. adalah sebagaimana yang difirmankanNya, "Allah telah menurunkan sebaik-baik perkataan, iaitu Al-Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang; gemetar kerananya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian kulit dan hati mereka menjadi tenang pada waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu ia menunjuki siapa yang dikehendakiNya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun yang mampu memberikan petunjuk kepadanya." (Az-Zumar: 23).

Akhi, setelah kita beriman bahwa Al-Qur'an adalah satu-satunya penyelamat, kita wajib mengamalkan hukumhukumnya.

Hukum-hukum Al-Qur'anul Karim menurut yang saya ketahui, terbahagi kepada dua:

a Hukum-hukum individu yang berkaitan dengan setiap orang,
seperti solat, puasa, zakat, haji, taubat, serta akhlak, yang meliputi kejujuran, menepati janji, kesaksian, dan amanat.

Ini semua, wahai Saudaraku, merupakan hukum-hukum yang berhubungan dengan manusia secara umum. Setiap orang dapat melaksanakannya sendiri. Ketika Anda membaca Al-Qur'an, Anda harus mematuhi hukum-hukum dan batasan-batasannya.

Barangsiapa yang belum pernah solat, kemudian membaca firman Allah swt., "Dan dirikanlah solat," (An-Nur: 56) maka dia harus melaksanakan solat. Dan ketika membaca, "Dan janganlah kamu mengurangi timbangan manusia," (Al-A'raf: 85) maka Anda harus memenuhi hak setiap orang. Seharusnya Anda tidak perlu menunggu orang lain untuk melaksanakan hal ini. Sesuatu yang halal itu sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas.

b. Kedua adalah hukum-hukum yang berkaitan dengan masyarakat, atau hukumhukum yang berkaitan dengan penguasa.

Ini semua merupakan kewajiban negara, misalnya menegakkan hudud (persetujuan hukum), jihad, dan masalah-masalah yang merupakan tugas negara dalam Islam. Negara wajib melaksanakannya. Jika negara tidak melaksanakannya, ia bertanggungjawab di hadapan Allah swt. Kewajiban rakyat dalam keadaan demikian adalah menuntut elaksanaannya. Sesungguhnya Islam tidak membebaskan umat dari tanggungjawab.

Sekarang, bagaimana umat dapat mewujudkan hal ini? Hendaklah umat bersatu padu. Hendaklah umat menyatukan kata, menuntut, dan terus menuntut. Hendaklah umat menggunakan segala cara untuk menyampaikan tuntutan ini, khususnya jika sistem kenegaraan yang berlaku seperti sistem kenegaraan di Mesir. Jika demikian, tidak ada alasan bagi siapa pun
untuk tidak menyatakan hal ini dengan terus terang. Umat tidak dapat dilepaskan dari kewajipan mengawasi Negara.

Ikhwan sekalian, hendaklah kita menyatukan barisan dan menyatukan kata, sehingga kita menjadi kuat, diperhitungkan, dan mempunyai suara agar negara dapat memandang kenyataan yang ada. Dengan demikian, cepat atau lambat kita akan sampai kepada tujuan, insyaAllah.

Semoga selawat dan salam dilimpahkan kepada junjungan kita, Muhammad, juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya.

Hassan Al-Banna


Hasanah Diana

Create Your Badge