Friday, September 29, 2006

Doa Nabi-Nabi


DOA NABI ADAM AS


قَالا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (٢٣)

"Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami Termasuk orang-orang yang merugi.”
(QS Al A'raaf 7:23)

Catatan:
Doa ini disebut sebagai doa taubat. Apabila kita telah melakukan kesalahan atau dosa sekecil apapun, maka kita harus segerea memohon ampun kepada Allah, yaitu dengan membaca doa ini.

Doa ini dipanjatkan oleh Nabi Adam as. Setelah dirinya tergelincir ke dalam perbuatan dosa, yaitu ketika memakan buah khuldi dari pohon yang terlarang. Peristiwa itu terjadi karena beliau tergoda oleh tipu muslihat iblis, sehingga Nabi Adam dan istrinya, Hawa, dibuang dan diturunkan oleh Allah dari surga ke muka buki. Kemudian Nabi Adam berdoa dengan doa tersebut di atas.



DOA NABI NUH AS


وَقَالَ ارْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ (٤١)

”Dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya." Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS Hud 11:41)


Catatan:
Doa ini disebut sebagai doa ketika naik kendaraan baik kedaraan laut, udara maupun darat.

Doa ini dipanjatkan oleh Nabi Nuh ketika menghadapi terjadinya proses banjir besar. Banjir besar ini, ditimpakan kepada kaum Nabi Nuh karena mereka membangkang dan menolak ajaran yang dibawa beliau, sehingga mereka tenggelam dan mereka binasa.



DOA NABI NUH AS (2)

قَالَ رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَإِلا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ (٤٧)

“Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. dan Sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaKu, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaKu, niscaya aku akan Termasuk orang-orang yang merugi.”
(QS Hud 11:47)

Catatan:
Doa ini disebut sebagai doa ampunan dan kasih sayang. Atau doa mohon suatu kebutuhan.

Dalam berdoa, kita harus selalu berserah diri dan berprasangka baik kepada Allah swt. Oleh karena itu, kita tidak boleh memohon dengan nada memaksa. Dan juga tidak boleh merasa kecewa jika doa kita belum terpenuhi. Karena Allah lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kita sebagai hamba-Nya.

Doa tersebut dipanjatkan oleh nabi Nuh as ketika banjir besar sudah reda, karena ketika masih dalam keadaan banjir besar, nabi Nuh as senantiasa meikirkan nasib anaknya, meskipun anaknya telah ingkar kepada agama yang diajarkan oleh dirinya.



DOA NABI HUD AS

إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلا هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (٥٦)

”Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.”
(QS Hud 11:56)


Catatan:
Doa ini disebut sebagai doa tawakkal dalam menghadapi musuh-musuh Allah dan dalam menghadapi kezhaliman.

Allah-lah yang memegang kendali setiap makhluk. Begitulah kekuasaan-Nya atas semua makhluk, tidak terbatas dan tidak seorangpun mampu merintangi keputusan-Nya. Jika kita berada dalam jalan Allah, pasti kita akan diberikan kemenangan, keamanan, dan keselamatan.

Doa ini dipanjatkan oleh Nabi Hud as ketika menghadapi kaum ’Ad. Kaum ’Ad adalah kaumnya nabi Hud as yang ingkar dan juga membangkang. Tidak mau menerima ajaran-ajaran Allah yang dibawa oleh dirinya.



DOA NABI IBRAHIM AS

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (١٢٧)

”Ya Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”
(QS Al Baqarah 2:127)

Catatan:
Doa ini disebut sebagai doa mohon diterimanya hasil karya dan amal ibadah kita

Doa ini dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail setelah mereka berdua membangun dasar-dasar Baitullah atau Ka’bah. Mereka berdua berdoa kepada Allah swt setelah menyelesakan suatu pekerjaan atau hasil karya, yaitu berdirinya Ka’bah.



DOA NABI IBRAHIM AS (2)

رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ (٨٣)

"Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku Hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh,”
(QS As Syuaraa 26:83)

Catatan:
Doa ini disebut sebagai doa mohon hikmah dan doa mohon diberi cahaya Ilahi serta menjadi orang-orang yang shaleh.

Doa ini dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim ketika beliau memohon kepada Allah swt supaya hatinya diberi cahaya dengan hikmah dan kearifan Ilahi. Dan juga agar dalam hidupnya sehari-hari diisi dengan kesalehan serta bisa bergabung dengan orang-orang yang shaleh.



DOA NABI IBRAHIM AS (3)

إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (٧٩)

”Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan.”
(QS As Syuaraa 6:79)

Catatan:
Doa ini disebut sebagai doa ketundukan dan ketaatan.

Doa ini dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim ketika beliau berdoa kepada Allah swt agar tetap menjadi orang yang tunduk dan taat dalam agama hanif, yaitu agama Islam yang benar dan lurus. Dan agar tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain.



sumber :
Doa Anak Muslim
Aa Gym & Amir Kumadin, S.Ag

Tuesday, September 26, 2006

Doa dan Puasa

Doa Orang yang Berpuasa
(Tafsir QS Al Baqarah 2:186)

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
(QS Al Baqarah 2:186)


Berdasar pada ujung ayat di atas, maka jadikanlah bulan puasa itu sebuah bulan yang penuh dengan ibadat, membaca Al Qur’an, shalat dan berdoa. Oleh karena doa adalah penting, menjadi otak dari ibadat, berkenanlah Tuhan memberitahukan tentang doa dan bagaimana sambutan-Nya jika hamba-Nya berdoa menyeru nama-Nya dan memohonkan sesuatu.

Terang sekali ayat ini, tidak berbelit-belit.

Pertama, Tuhan itu dekat.

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat.”

Dia tidaklah jauh, dan lantaran Dia tiada jauh dari sisimu tidak usah kamu bersorak keras-keras memanggil-manggil namaNya:
“Ya Allah! Ya Allah! Tolonglah aku, bantulah aku!”
Apa guna suara keras demikian, padahal Dia lebih dekat kepadamu daripada urat lehermu sendiri? Mengapa keras-keras, padahal Dia bukan pekak?

Lantaran Dia dekat, tidaklah perlu memakai orang perantaraan atau wasilah. Yang penting ialah memohon langsung kepada-Nya, jangan memakai perantaraan. Kalau Dia sendiri telah menyatakan Dia dekat, guna apa kita mencari perantaraan lagi?

Tuhan telah menutup pintu yang lain. Tuhan menyuruh kita langsung kepada-Nya. Tuhan telah menjelaskan di sini, kepada-Ku saja, supaya permohonanmu terkabul. Sedang dalam ayat tidak sedikitpun terbayang bahwa permohonan baru dikabulkan Tuhan kalau disampaikan sengan perantaraan Syaikh Anu atau Saiyid Fulan!

Kedua, segala permohonan dari hamba-Nya yang memohon akan mendapat perhatian yang sepenuhnya dari-Nya. Tidak ada satu permohonanpun yang bagai air jatuh ke pasir, hilang saja sia-sia. Karena tidak didengar atau tidak diperdulikan.

”Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku”

Ketiga, supaya permohonan itu mendapat perhatian Ilahi, hendaklah si hamba yang memohon itu menyambut pula terlebih dahulu bimbingan dan petyunjuk yang diberikan Tuhan kepada-Nya.


”Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Keempat, dan amat penting. Yaitu hendaklah percaya benar-benar, beriman benar-benar kepada Tuhan.


Kelima, dengan sebab menyambut seruan Tuhan, dan percaya penuh kepada Tuhan, si hamba akan diberi kecerdikan. Si hamba akan diberi petunjuk jalan yang akan ditempuh hingga tidak tersesat dan tidak berputus asa.


Menyambut seruan Tuhan dan iman kepada Tuhan adalah jalan satu-satunya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Apabila sudah dekat, Tuhanpun berjanji akan memberikan petunjuk sehingga menjadi orang yang cerdik cendekia, arif bijaksana.

Dalam mengerjakan puasa, dilatihlah dia dalam ibadat dan doa.

Bertambah ma’rifat kepada Tuhan bertambah pulalah tertanam rasa ikhlas dan tawakkal. Ikhlas, yaitu jujur dan tulus. Tawakkal ialah menyerah dengan tidak separoh hati. Dan kalau mendapat percobaan iman, dapatlah bertahan dengan sabar.

Orang yang telah cerdik bukanlah mendiktekan Tuhan, Ya Alllah, beri saya itu! Ya Allah, hindarkan dari saya ini!

Apa yang diminta kepada Tuhanpun menjadi ukuran dari kecerdikan yang meminta. Karena kalau hamba yang menentukan apa yang diminta, kalau tidak diberi apa yang dimintanya itu, diapun kecewa. Inilah tanda orang yang tidak cerdik. Atau jangan menentukan sendiri masa bila akan diberi. Karena kalau terlambat diberi, timbul lagi omelan. Padahal lambat atau cepat hanyalah ukuran keinginan.

Dalam meminta atau berdoa kepada Tuhan, mintalah modal yang besar dan kokoh. Bukan benda, tetapi dapat menghasilkan benda. Doa-doa yang berasal dari Nabi adalah yang sebaik-baik doa. Kalau tidak pandai bahasa Arabnya, bolehlah dengan bahasa kita sendiri, asal dengan ikhlas.

Cara Nabi Ayub berdoapun patut ditiru. Ketika sudah demikian besar malapetaka yang menimpa dirinya, doanya hanya demikian:
”(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang”
(QS 21:83)


Nabi Ibrahimjuga seketika menuju Tuhan bahwaTuhanlah yang memberinya makan dan memberinya minum, selanjutnya tentang sakit, lain susun katanya:
”(Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan Aku, Maka Dialah yang menunjuki Aku, Dan Tuhanku, yang Dia memberi Makan dan minum kepadaKu, Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku.”
(QS 26:78-80)


Nabi Ibrahim tidak mengatakan Dia yang menyakitkan daku, Dia pula yang menyembuhkan. Dia hanya mengatakan, kalau aku sakit, Dia yang menyembuhkan.

Maka menyambut seruan Tuhan dan percaya penuh kepada Tuhan adalah latihan diri untuk merasai bahwa benar-benarlah Tuhan itu dekat dengan hamba-hamba-Nya. Kesempatan melatih diri inilah yang diutamakan dalam mengerjakan puasa. Sehingga derajat dan martabat kita dinaikkan Tuhan, ke dekat-Nya.

Untuk mengetahui latar belakang dari sebabnya turun ayat yang penting ini, baiklah kita ketahui riwayat-riwayat yang diterima berhubungan dengan dia.

Menurut riwayat dari Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim dan Abusy Syaikh dan Ibnu Mardawaihi yang mereka terima dari riwayat as-Shalt bin Hakim, yaitu seorang sahabat Anshar, yang diterima pula dari ayahnya dan ayahnya menerima dari neneknya, bahwa seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah saw:
”Ya Rasulullah, apakah Tuhan kita itu dekat dari kita, sehingga dapat kita seru dengan suara lembut, ataukah Dia jauh, sehingga kita Dia dengan suara keras?”
Mendengar pertanyaan itu, Nabipun terdiam. Lalu turunlah ayat ini, yang menerangkan bahwa Tuhan itu amat dekat kepada kita. Dengan keterangan ayat ini terjawablah pertanyaan itu dan terjawab pulan pertanyaan dari kebanyakan manusia.

Dan tersebut lagi di dalam sebuah hadits yang dirawikan oleh Bukhari dari Abu Hurairah:
”Permohonan kamu akan dikabulkan oleh Tuhan , selama kamu tidak mendesak-desak. Dia berkata: Aku telah mendoa, tetapi doaku tidak diperkenankan.”

Di dalam hadits lain pula, yang dirawikan oleh Bukhari dari hadits Abi Said al-Khudri, bahwa Nabi pernah bersabda:
”Tidaklah mendoa muslim dengan doa, yang doa itu tidak dicampuri maksud jahat (dosa) atau memutuskan silaturahmi, melainkan pastilah doa itu akan dikabulkan Tuhan dengan menempuh satu dari tiga cara. Adakalanya doa itu diperkenankan dengan cepat, adakalanya disimpan dahulu untuk persediaannya di hari akhirat, dan aadakalanya dipalingkan daripadanya kejahatan yang seumpamanya.”

Di dalam suatu hadits lagi ada tersebut bahwasanya lambatnya atau cepatnya akan terkabul suatu doa dari seorang hamba adalah menjadi rahasia juga daripada kasih sayang Tuhan kepada hamba-Nya. Di situ disebutkan bahwa kadang-kadang, oleh karena kasih sayang Tuhan pada seorang hamba, lama baru permohonannya dikabulkan. Karena Tuhan amat kasih kepadanya, Tuhan hendak mendengar seruannya selalu.

Tetapi orang yang berdoa, lalu segera permohonanya dikabulkan, ialah karena Tuhan telah bosan dengan dia. Tuhan bersabda kepada malaikat:
”Berikan saja cepat-cepat apa yang dimintanya. Karena yang diharapkannya bukan Daku, melainkan pemberian-Ku.”

Dapatlah kita perhatikan orang yang lama di dalam percobaan suatu sengsara. Dia selalu mendoa, dia selalu berharap, tetapi pengharapannya belum kunjung dikabulkan. Ada orang yang oleh karena suatu fitnah dan kezaliman, bertahun-tahun lamanya ditahan. Lama baru permohonannya terkabul. Tetapi di masa yang lama itu dia sudah dapat membentuk diri, sehingga dia mempunyai kepribadian agama yang kuat dan kokoh. Penahanannya bertahun-tahun itu membuatnya menjadi seoarng muslim dan mukmin yang kuat, yang sebelum ditahan dia belum pernah merasainya. Dan ada pula orang yang sebelum matang imannya, diapun keluar dari tahanan. Sampai di luar diapun lupa kepada Tuhan.

Cobalah kita perhatikan!

Ayat yang sebuah ini terletak di tengah-tengah, ketika membicarakan dari hal puasa dan hukum-hukumnya. Dilihat sepintas lalu, seakan-akan tidak ada hubungan ayat ini dengan yang sebelumnya, atau yang sesudahnya. Padahal erat sekali hubungan itu.

Sebab doa orang yang berpuasa itu lebih dekat dikabulkan, sebagaimana yang dirawikan oleh Imam Abu Daud at-Thayalisi dalam musnadnya, diterima daripada Abdullah bin Umar. Beliau berkata: ”Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda:
”Bagi orang yang berpuasa itu, seketika dia berbuka adalah doa yang mustajab”

Dan terdapat pula sebuah hadits dalam musnad Imam Ahmad dan Sunan an-Nasa’i dan Tirmidzi dan Ibnu Majah, diterima daripada Abu Hurairah ra, berkata dia: Berkata Rasulullah saw:
”Bertiga yang doanya tidak akan ditolak: imam yang adil, orang yang puasa sampai dia berbuka, dan orang yang teraniaya.”

Dari kedua hadits ini, dan ada juga hadits-hadits lain yang sama maksudnya dapatlah difahami bahwa ayat ini tidaklah terpisah dari ayat yang sebelum dan sesudahnya, bahkan menjadi intinya. Yaitu bahwa latihan yang berhasil dari orang yang puasa terhadap jiwanya sendiri menyebabkan dia dekat kepada Tuhan.
Dan lantaran dekat itu, doanya mudah dikabulkan.

Sumber:
Tafsir Al Azhar
Prof. Dr. Hamka

Monday, September 25, 2006

Kajian Muslimah :: Senin, 25 September 2006

Bismillahirrohmaanirrohiim

Alhamdulillah..
Hari ini berkesempatan mengikuti Kajian Muslimah
Berikut adalah materi pembuka dari pemateri: Ustad Adi Junjungan Mustafa

Selamat Menyimak.. :)

"Al-Qur'an itu Pencemburu, Ia Meninggalkan Orang yang Meninggalkannya"

“Sebagaimana akhwat sekalian ketahui, bulan Ramadhan disebut juga Syahrul Quran
Nabi Muhammad saw dan para sahabat beliau serta orang2 sholih terdahulu amat hebat interaksinya dengan Quran selama Ramadhan dan Ramadhan sendiri kehadirannya dikaitkan dengan bulan dimana Quran diturunkan. (QS Al Baqarah:185)

mari kita ikuti wawancara dengan Syaikh Muh Jibril.

Syaikh Muhammad Jibril, adalah salah satu ulama al-Qur'an yang begitu lekat dalam hati umat Islam Mesir saat ini. Seorang Imam yang termashur di Mesir, yang indah bacaan Qurannya

Berikut petikan dialog yang dilakukan oleh Islamonline bersama Syaikh al-Qur'an ini:

Bagaimana anda belajar al-Qur'an, hukum dan bacaannya, dan bagaimana anda memelihara hafalan dan bacaan al-Qur'an?

Aku belajar dan menghafal al-Qur'an, mempelajari hukum-hukumnya melalui kitab-kitab tradisional di salah satu desa di distrik Qalyubiya.
Ketika itu aku berguru dari Syaikh Amin Sulaiman rahimahullah. Dan hingga kini aku masih berusaha membaca dan menghafal al-Qur'an.
Yang terpenting dalam menghafal al-Qur'an adalah mengulang hafalannya setiap hari dan memperkuat hafalan.

Rasulullah saw telah memerintahkan kita untuk hal itu. Beliau bersabda,
"Peliharalah hafalan al-Qur'an. Demi Zat yang jiwaku ada di Tangan Nya, sesungguhnya memelihara al-Qur'an itu lebih sulit berada di hati seseorang dari pada lepasnya seekor unta dari ikatannya."

Karenanya, al-Qur'an itu mempunyai rasa cemburu. Kecemburuan al-Qur'an adalah ia akan meninggalkan orang yang meninggalkannya.
Jika engkau mengabaikan dan melupakannya satu hari saja, ia akan melupakan dan mengabaikan Anda selama satu minggu.
Dan jika engkau meninggalkannya selama satu minggu, maka ia akan meninggalkan Anda selama satu bulan.

Bagaimana mungkin seseorang menghafal al-Qur'an dan tidak melupakannya?

Yang harus dilakukan orang yang menghafal al-Qur'an adalah mempunyai agenda harian untuk berjanji dengan dirinya dan di hadapan Allah agar tidak lupa terhadap ayat yang dihafalnya.
Terlebih saat sekarang banyak sekali godaan yang mengganggu kita.
Aku membaca al-Qur'an ribuan kali dan mengkhatamkannya hampir setiap enam hari sekali.
Dan meskipun demikian, ketika aku mengulang membaca, aku masih merasa seperti membacanya pada pertama kali.
Al Qur'an itu tetap saja 'perawan'. Tidak pernah habis keajaibannya. Orang yang mencintai al-Qur'an harus menjadikan al-Qur'an bagian dari agenda hariannya.
Agar minimal ada satu juz setiap hari dia mengulangi hafalannya agar tidak lupa.
Di samping itu ia juga harus sering mendengar bacaan al-Qur'an untuk memperkuat hafalan. Itu juga dilakukan oleh Rasulullah saw yang gemar mendengar bacaan al-Qur'an dari orang lain.
Dan yang penting, seorang Muslim harus memiliki mushaf pribadi yang menjadi rujukan ketika ia membaca dan menghafal al-Qur'an setiap hari.
Sehingga ia akan mudah ingat posisi halaman dan ayat ayat yang dibacanya dalam pikirannya.

Kemudian ia juga harus mempunyai waktu khusus tertentu untuk mengulang hafalan.
Sebaiknya waktu itu adalah waktu fajar karena saat itu adalah saat tenang dan penuh barakah. Benarlah firman Allah swt yang menyebutkan,
"Dan (bacalah) al-Qur'an di waktu fajar, sesungguhnya (membaca) al-Qur'an di waktu fajar adalah disaksikan (para Malaikat)." (QS al-Isra: 78)

Nasihat paling penting dalam hal ini adalah keikhlasan dan kecintaan kepada al-Qur'an. Kedua hal inilah yang akan menjamin pemeliharaan hafalan terhadap al-Qur'an.

Apakah menghafal dan membaca al-Qur'an mempunyai efek bagi prilaku seorang Muslim dalam kehidupannya?

Tentu saja. al-Qur'an mempunyai pengaruh langsung terhadap prilaku seorang Muslim dan akhlaknya. al-Qur'an menjadikannya seperti al-Qur'an berjalan di atas bumi.
Artinya, orang yang dekat dengan al-Qur'an akan lebih terpelihara dan lebih terjaga dengan perintah al-Qur'an secara lebih baik dan menghindari larangannya.
Singkatnya, orang itu akan berprilaku seolah-olah ada Allah di hadapannya. Karena firman-firman Allah telah tertanam dalam hatinya.
Islam telah memberikan contoh baginya yakni Rasulullah saw. yang disebutkan dalam sebuah hadits bahwa akhlaknya adalah al-Qur'an.

Bagaimana caranya agar seorang Muslim bisa membaca al-Qur'an dan tetap dengan memelihara tadabbur dan tafakkurnya terhadap kalamullah?

Seorang Muslim bisa terbantu mentadabburi al-Qur'an yakni dengan mengetahui bahwa Allah tengah berbicara kepada dirinya, dan dirinya.

Adakah yang lebih mulia dari perasaan seperti ini?

Hendaknya ia berfikir pada perintah Allah, memperhatikan dengan baik ketika al-Qur'an memanggil dirinya dalam ayat-ayatnya.
Katakanlah dalam dirimu, apakah aku adalah orang-orang mukmin yang menjadi objek dari firman Allah swt.

Tapi ada banyak orang yang mendengarkan al-Qur'an lalu mereka tidak terpengaruh dengan ayat ayat itu. Kenapa seperti itu?

Ada beberapa sebab yang menyebabkan lenyapnya pengaruh al-Qur'an dari diri orang yang membaca dan mendengarkannya.
Tapi sebab utamanya ada dua
Pertama, kurangnya keimanan. Karena jika ada keimanan yang baik dalam hati, pasti anggota tubuh akan tunduk dan mudah lembut ketika mendengarkan ayat-ayat al-Qur'an dibaca.
Kedua, banyaknya dosa. Dosa dalam hati itu bisa menghalangi eterpengaruhan seseorang dengan ayat ayat al-Qur'an.

Hati memang bisa karatan seperti karatannya besi.
Itu yang juga disabdakan oleh Rasulullah saw. Dan ketika sahabat bertanya, apakah yang bisa menghilangkan karat dalam hati?
Rasulullah saw menjawab, "Membaca al-Qur'an."

Demikian akhwat sekalian, petikan wawancara dengan Syaikh Muhammad Jibril

Sebagai penutup kajian kita, saya ingin sampaikan beberapa ayat Quran dan hadits Nabi terkait tilawah Quran

”.. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus."
(Al-Ma'idah: 15-16).


"Bacalah Al-Qur'an, karena ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafa 'at bagi pembacanya."
(HR. Muslim dari Abu Umamah).


Hasanah Diana

Create Your Badge