Wednesday, November 15, 2006

Kewajiban Kita Terhadap Al Quran

sebuah tausiyah dari Imam Syahid..
mengingatkan kembali untuk semakin meningkatkan interaksi dengan Al Quran
"minimal 1 juz per-hari"
insya Allah..

selamat menyimak tausiyah beliau.. :)
^_^


**


Kewajiban Kita Terhadap Al – Quran

Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt. Kita ucapkan selawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad, untuk segenap keluarga dan sahabat baginda, serta siapa saja yang menyerukan dakwahnya hingga hari kiamat.

Ikhwan tercinta, saya sampaikan salam penghormatan Islam, salam penghormatan dari Allah, yang baik dan diberkahi: assalamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Seseorang layak berasa pelik terhadap sikap kebanyakan manusia terhadap kitab Allah swt.: Al-Qur'anul Karim.

Ikhwan sekalian, sebagaimana saya katakan sebelumnya, sikap kebanyakan manusia pada waktu ini terhadap kitab Allah ibarat sekelompok manusia yang diliputi kegelapan dari segala penjuru. Mereka keliru, berjalan tanpa sebarang petunjuk pun. Kadang-kadang mereka
jatuh ke jurang, kadang-kadang melanggar batu, dan kadang-kadang saling berlanggaran.

Keadaan mereka terus demikian, tersesat membabi buta dan berjalan dalam kegelapan yang pekat. Padahal di hadapan mereka ada sebuah tombol elektrik yang andaikata mereka tekan dengan jari, maka gerakan yang sedikit itu dapat menyalakan sebuah lampu yang terang-benderang.

Inilah Saudarasaudaraku, perumpamaan umat manusia sekarang dan sikap mereka terhadap kitab Allah.

Seluruh dunia ini tersesat dalam kegelapan yang pekat. Seluruh alam berjalan tanpa petunjuk.
Berbagai-bagai sistem telah rosak, masyarakat telah hancur, nasionalisme telah jatuh. Setiap kali manusia membuat sistem baru untuk diri mereka, dengan cepat sistem itu menemui kegagalan. Hari ini, manusia tidak mendapatkan jalan selain berdoa, bersedih, dan menangis. Sungguh aneh, kerana di hadapan mereka sebenarnya terdapat Al-Qur'anul Karim, kitab Allah swt.

“Bak Unta mati kehausan di padang pasir,sedangkan air terpikul di punggungnya”

Mereka tidak mendapatkan jalan petunjuk, padahal di hadapan mereka ada cahaya yang sempurna.

"Tetapi Kami jadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnyaKami benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (Asy-Syura: 52)

"Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya terang yang diturunkan kepadanya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Al-A 'raf: 157)

"Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kalian Rasul Kami, menjelaskan kepada kalian banyak dari isi Al-Kitab yang kalian sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepada kalian cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan dan mengeluar-kan mereka dari gelap gelita kepada cahaya terang benderang dengan izin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus." (Al-Maidah: 15-16)

"Inilah Kitab yang Kami turunkan kepadamu agar kamu mengeluarkan manusia dari
kegelapan menuju cahaya." (Ibrahim: 1).

"Maka berimanlah kalian kepada Allah, Rasul-Nya, dan cahaya (Al-Qur'an) yang telah
Kami turunkan. Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan." (At-Taghabun: 8).

Ikhwan sekalian, kembali saya ingin katakan bahawa barangkali suatu hal yang wajar jika orang-orang kafir yang mata mereka belum dibuka untuk melihat cahaya ini, berjalan tanpa petunjuk dalam kehidupan mereka. Ini logik dan dapat diterima, kerana Allah swt. berfirman,
"Dan barangsiapa yang tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka ia tiada memiliki cahaya sedikit pun." (An-Nur:40).

Bagaimana pula halnya dengan orang-orang mukmin yang mengimani, membenarkan, mencintai, menghormati dan mengagungkannya, yang tidak ada satu pun dari rumah-rumah mereka dan tidak satu pun dari saku-saku baju mereka yang tidak terdapat mushaf dari Kitabullah.

Ikhwan sekalian, orang-orang kafir telah menipu mereka dengan cahaya itu, menjauhkan mereka dari petunjuk, menyesatkan mereka dari jalan, dan menjauhkan tangan mereka dari sumber mulia dan dari tombol elektrik ini; kadang-kadang dengan jerat politik, kadang-kadang dengan perangkap ilmu duniawi.
"Mereka hanya mengetahui kehidupan dunia yang lahir, sedangkan tentang kehidupan akhirat mereka lalai." (Ar-Rum: 7)

Mereka terus memperdayakan; terkadang dengan harta benda, kadang-kadang melalui hawa
nafsu, kadang-kadang dengan tipu muslihat, dan di saat lain dengan kekuatan, paksaan, dan
kekejaman.

Wahai Ikhwan sekalian, semua pembawaan ini terus digunakan oleh para penganut kekafiran.
Orang-orang kafir itu menjauhkan manusia dan kaum muslimin dan petunjuk. Telah lama kaum
muslimin mengikuti dan berlari di belakang kesesatan mereka. Akibatnya, mereka lupa kepada
sumber petunjuk ini dan mengekor saja di belakang orang-orang kafir. Padahal Allah swt. telah
memperingatkan mereka dari tindakan itu.
"Wahai orang-orang beriman, jika kalian mengikuti orang-orang kafir, nescaya mereka mengembalikan kalian ke belakang (kepada kekafiran), lantas jadilah kalian orang-orang yang rugi. Tetapi (ikutilah Allah), Allah merupakan Pelindung kalian, dan Dialah sebaik-baik Penolong." (Ali Imran: 149- 150)

Ikhwan sekalian, karena Allah mengetahui bahawa orang-orang kafir kadangkala menggertak orang-orang beriman dengan kekuatan yang mereka miliki, maka Allah swt. ingin mencabut pengaruhnya dari hati kaum muslimin.
"Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu, Tempat kembali mereka adalah neraka; dan alangkah buruknya tempat kembali orang-orang yang zalim." (Alilmran:151).

Kemudian Allah swt. menyebutkan peristiwa yang nyata untuk menjadi pengiring bagi dalil yang tegas itu.
"Sesungguhnya Allah telah memenuhi janjiNya kepada kalian, ketika kalian membunuh mereka dengan izinNya sampai pada saat kalian lemah dan berselisih dalam urusan itu dan menderhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepada kalian apa yang kalian sukai. Di antara kalian ada yang mengkehendaki dunia dan di antara kalian ada yang mengkehendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kalian dari mereka untuk menguji kalian; dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kalian. Dan Allah pemberi kurnia bagi orangorang yang beriman." (Ali Imran: 152).

Ikhwan sekalian, demikianlah. Allah swt. memperingatkan orang-orang mukmin dengan Al-Qur'an, jangan sampai mereka mengikuti jalan orangorang kafir atau tertipu oleh tipu muslihat dan rancangan mereka.

"Wahai orang-orang beriman, jika kalian mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al-Kitab, nescaya mereka akan mengembalikan kalian menjadi kafir setelah kalian
beriman." (Ali Imran: 100)

"Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan muslim. Dan berpegang teguhlah kalian semua pada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian berpecah-belah." (Ali Imran: 102- 103)

"Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian menaati orang-orang kafir, nescaya mereka mengembalikan kalian ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kalian orang-orang yang rugi.”(Ali Imran: 149).

Orang-orang kafir itu diciptakan dengan memiliki watak menipu dan memperdaya orangorang beriman.

"Sebahagian besar Ahli Kitab berkeinginan untuk mengembalikan kalian kepada kekafiran setelah kalian beriman kerana kedengkian (yang timbul) dan din mereka, setelah nyata bagi mereka kebenaran." (Al-Baqarah: 109)
"Mereka ingin supaya kalian menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, sehingga
kalian dan mereka sama." (An-Nisa': 89)
"Jika mereka menangkap kalian, nescaya mereka bertindak sebagai musuh bagi kalian dan melepaskan tangan dan lidah mereka kepada kalian dengan menyakiti, dan mereka ingin supaya kalian menjadi kafir." (Al-Mumtahanah: 2).

Ikhwan sekalian, jelas sekali bahawa dada mereka tidak akan terbebas dari keinginan ini, iaitu keinginan agar orang-orang beriman kembali menjadi kafir.
"Mereka tidak henti-henti memerangi kalian sampai mereka dapat mengembalikan kalian dari agama kalian jika mereka mampu." (Al-Baqarah: 217).

Ini merupakan ilustrasi yang tepat mengenai perasaan orang-orang kafir terhadap orang-orang beriman. Sekalipun demikian, orang-orang yang beriman didominasi oleh rasa toleransi, sehingga mereka melupakan peringatan ini.
"Beginilah kalian ini. Kalian mencintai mereka padahal mereka tidak mencintai kalian, dan kalian beriman kepada semua kitab. Jika berjumpa dengan kalian, mereka berkata, 'Kami beriman.' Apabila mereka menyendiri, mereka menggigit hujung jari lantaran marah bercampur benci kepada kalian. Katakanlah, 'Mampuslah kalian kerana kemarahan kalian itu.' Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. Jika kalian memperoleh kebaikan, mereka bersedih hati, tetapi jika kalian ditimpa bencana, mereka bergembira kerananya. Jika kalian bersabar dan bertaqwa, tipu daya mereka tidak akan membahayakan kalian sedikit pun. Sesungguhnya Allah mengetahui segala yang mereka kerjakan." (Ali Imran; 119-120).

Meskipun ada peringatan semacam ini dan kitab Allah telah mengungkap keadaan jiwa mereka sedemikian rupa, kita tetap menjerumuskan diri kita ke jurang dan berjalan mengikuti orang- orang kafir. Bagaimana tidak, kita masih berperilaku sebagaimana perilaku orang-orang kafir, padahal mereka menipu kita dengan segala pembawaan dan cara. Cahaya ini memang tidak dimiliki oleh orangorang kafir, namun mereka cukup gembira bila mereka berhasil menjauhkan kita darinya.

Bagaimanakah keadaan yang terjadi sekarang, wahai Ikhwan sekalian? keadaan yang terjadi adalah, orang-orang kafir tidak percaya kepada cahaya ini, sedangkan orang-orang beriman tidak mengetahuinya, keadaan ini sungguh ironi.

Keadaan yang membawa manusia kepada segala macam penderitaan. Kerana itu, orang-orang yang telah mengambil petunjuk Al-Qur'an wajib menyelamatkan diri sendiri sekaligus orang lain. Lantas apakah kewajipan kita sebagai orang yang telah beriman kepada Al-Qur'an?

Ikhwan sekalian, kewajiban kita terhadap Al-Qur'anul Karim ada empat:

1. Hendaklah kita memiliki keyakinan yang sungguh dan kuat bahawa tidak ada yang dapat menyelamatkan kita kecuali sistem sosial yang diambil dan bersumber dari kitab Allah swt. ini.

Sistem sosial apa pun yang tidak bersumber atau tidak berlandaskan kepada Al-Qur'anul Karim pasti bakal menemui kegagalan. Misalnya, banyak orang mengatasi masalah ekonomi dengan terapi pembaikan, "tidak menggemukkan dan tidak pula sekadar menghilangkan lapar".

Sementara Al-Qur'anul Karim telah menggariskan aturan tentang zakat, mengharamkan riba, mewajibkan kerja, melarang pemborosan, sekaligus sekaligus menanamkan kasih sayang antara sesama manusia.
Dengan arahan semacam masalah kemiskinan tentu dapat segera diselesaikan. Tanpa jalan penyelesaian ini, tidak mungkin ia dapat diselesaikan. Selain penyelesaian semacam ini, semuanya hanya ibarat pil penenang sementara.

Contoh lain adalah masalah kesihatan.

Ikhwan sekalian, kalian mendapati mereka ibarat orang yang membuka botol minuman berdiameter tiga milimeter, sedangkan di bawahnya terdapat tapak yang berdiameter tiga meter. Mereka membuat rumah-rumah sakit dan klinik-klinik kesihatan, tetapi akar penyakit tidak dibanteras. Misalnya, taraf hidup yang masih rendah. Padahal Islam menghendaki peningkatan taraf hidup dan pembanterasan berbagai-bagai kemungkaran.

Rasulullah S.A.W bersabda:
"Tidaklah perilaku keji terlihat nyata di tengahtengah suatu kaum, kecuali akan banyak penyakit menimpa mereka, yang tidak pernah menimpa orangorang sebelum mereka."

Ikhwan sekalian, contoh lain misalnya pembanterasan jenayah. Apakah kita akan memenjarakan pencuri ke penjara agar dia mengasah kehebatannya kepada jenayah-jenayah sehingga semakin lama masa tinggalnya di penjara, semakin tinggi pula kehebatanya dalam melakukan jenayah? Andaikata nas Al-Qur'an berikut ini diambil, "Atau diasingkan dari negeri (tempat kediamannya)", nescaya hal ini akan memberikan banyak manfaat kepada Negara.

2. Bagaimana pendapat Anda jika sistem ini diterapkan secara menyeluruh?

Ikhwan sekalian, penyelesaiannya hanya Islam. Islam tidak menerima persekutuan. Kerana itu, kita wajib mempercayai bahawa hanya Islam yang layak menyelamatkan umat ini dari setiap bencana yang menimpa dalam seluruh aspek kehidupan. Maka dengan itu, kaum muslimin wajib menjadikan kitab Allah sebagai sahabat karib, kawan bicara, dan guru. Kita harus membacanya. Jangan sampai ada hari yang kita lalui tanpa menjalinkan hubungan dengan Allah swt. melalui Qur'an.

Demikianlah keadaan para pendahulu kita, kaum Salafus soleh, semoga Allah meredhai mereka. Mereka tidak pernah kenyang dengan Al-Qur'anul Karim. Mereka tidak pernah meninggalkannya. Bahkan mereka mencurahkan waktu mereka untuk itu, sehingga Rasulullah saw. melarang mereka berlebihan di dalamnya.

Setidak-tidaknya, Saudaraku, hendaklah kita membaca Al-Qur'an secara rutin, meskipun sedikit. Sunah mengajarkan agar kita mengkhatamkannya tidak lebih dari satu bulan dan tidak kurang dari tiga hari.

Sayidina Umar bin Abdul Aziz apabila disibukkan oleh urusan kaum muslimin, beliau mengambil mushaf dan membacanya walaupun hanya dua atau tiga ayat. Beliau berkata, "Agar saya tidak termasuk mereka yang menjadikan Al-Qur'an sebagai sesuatu yang ditinggalkan."

Rasulullah S.A.W bersabda:
"Barangsiapa membaca satu ayat dari Kitabullah, maka dia memperoleh sepulub kebaikan untuk setiap huruf. Barangsiapa mendengarkannya, maka ia akan memperoleh cahaya pada bari kiamat."

Orang yang telah menghafalkan Al-Qur'an kemudian melupakannya, dia telah melakukan satu dosa besar. Kerana itu, Ikhwan sekalian, Anda harus rajin membaca Al-Qur'anul Karim dan menetapkan bacaan rutin dan kitab Allah swt. untuk din Anda.

Hendaklah kalian tekun melaksanakannya, sebagai peneladanan terhadap para pendahulu umat ini, sebagai pelaksanaan perintah Allah swt. dan agar mendapatkan manfaat dan kandungan kitabNya.

3. Setelah itu, ketika membaca Al-Qur'an kita harus memperhatikan adab-adab membacanya dan ketika mendengarkan kita juga harus memperhatikan adab-adab mendengarnya.

Hendaklah kita berusaha merenungkan dan meresapinya. Rasulullah saw. bersabda:
"Sesungguhnya Al-Qur'an ini turun dengan kesedihan, maka jika kamu membacanya, hendaklah kamu menangis. Jika kamu tidak menangis, maka buatlah seolah-olah dirimu menangis."

Akhi, ini ertinya adalah, bahawa jika hati anda belum dapat konsentrasi sampai pada tingkat menghayatinya, hendaklah Anda berusaha untuk menghayatinya. Janganlah syaitan memalingkan anda dari keindahan perenungan sehingga anda tidak mendapatinya.

Tekunlah! andaikan dalam membaca anda hanya dapat menggerakkan lidah, teruskanlah membaca!
Hendaklah anda menyediakan waktu untuk menghafal dan mengulang.
Usahakan agar anda benar-benar meresapi kandungan makna Al-Qur'an.

Banyak riwayat menceritakan bahawa pada suatu malam Sayidina Umar bin Khathab ra. pergi berkeliling kota. Tiba-tiba beliau mendengar seseorang membaca, "Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Demi bukit Thur. Dan demi kitab yang ditulis. Pada lembaran yang terbuka. Dan demi Baitul Makmur. Dan demi atap yang ditinggikan (langit). Dan demi laut yang di dalam tanahnya ada api. Sesungguhnya seksa Tuhanmu pasti terjadi. Tidak ada yang dapat mencegahnya." (At-Thur: 1-8).

Ketika mendengar bacaan ini, beliau berkata, "Inilah sumpah yang benar, demi Tuhan Pemilik Ka'bah." Beliau lantas tersungkur pengsan. Beliau dimamah oleh seorang sahabat yang bernama Aslam dan dibawa ke rumahnya. Beliau sakit selama tiga puluh hari, dijenguk oleh masyarakat.

Akhi, demikian halnya dengan Umar bin Abdul Aziz. Suatu ketika beliau datang ba'da isya'. Beliau lantas berwudhu dan berdiri melaksanakan solat. Beliau membaca, "(Kepada malaikat diperintahkan) kumpulkanlah orang-orang zalim dan teman sejawat mereka beserta apa yang selalu mereka sembah, selain Allah. Lantas tunjukkan kepada mereka jalan menuju neraka Jahim. Dan hentikan mereka, sesungguhnya mereka akan ditanya." (Ash-Shafat; 22-24).

Beliau terus mengulang-ulang ayat, "Dan hentikanlah mereka, sesungguhnya mereka akan ditanya," sampai muadzin datang untuk mengumandangkan azan subuh.

Demikianlah, Ikhwan sekalian, penghayatan mereka terhadap kitab Al-Qur'anul Karim. Pada zaman Imam Syafii, jika mereka ingin mempelajari kitab Allah di Makkah, mer eka mengirimkan surat kepada beliau, agar beliau membacakan kitab Allah. Beliau tidak pernah terlihat menangis, seperti pada hari tersebut.

Hendaklah kita juga membaca Al-Qur'an dengan bacaan yang membuahkan.

Jika Al-Qur'an ini dapat menyentuh hati orang-orang kafir, yang merupakan manusia paling jauh kemungkinannya untuk menghayati kitab Allah, maka bagaimana pula dengan kita? Lihatlah Utbah bin Rabi'ah (seorang kafir), ketika mendengar bacaan Al-Qur'an dari Rasulullah saw., dia berkata.
"Sesungguhnya bacaan ini mengandungi kelazatan dan keindahan. Atasnya membuahkan, bawabnya menyejukkan. Sungguh, ini bukan perkataan manusia."

Begitu pula yang terjadi pada Najasyi dan kaumnya ketika mendengar Ja'far bin Abi Thalib membaca Al-Qur'an. Teresak-esak mata mereka dialiri oleh air mata.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang beriman?

Seharusnya, ketika orang-orang beriman membaca kitab Allah swt. adalah sebagaimana yang difirmankanNya, "Allah telah menurunkan sebaik-baik perkataan, iaitu Al-Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang; gemetar kerananya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian kulit dan hati mereka menjadi tenang pada waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu ia menunjuki siapa yang dikehendakiNya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun yang mampu memberikan petunjuk kepadanya." (Az-Zumar: 23).

Akhi, setelah kita beriman bahwa Al-Qur'an adalah satu-satunya penyelamat, kita wajib mengamalkan hukumhukumnya.

Hukum-hukum Al-Qur'anul Karim menurut yang saya ketahui, terbahagi kepada dua:

a Hukum-hukum individu yang berkaitan dengan setiap orang,
seperti solat, puasa, zakat, haji, taubat, serta akhlak, yang meliputi kejujuran, menepati janji, kesaksian, dan amanat.

Ini semua, wahai Saudaraku, merupakan hukum-hukum yang berhubungan dengan manusia secara umum. Setiap orang dapat melaksanakannya sendiri. Ketika Anda membaca Al-Qur'an, Anda harus mematuhi hukum-hukum dan batasan-batasannya.

Barangsiapa yang belum pernah solat, kemudian membaca firman Allah swt., "Dan dirikanlah solat," (An-Nur: 56) maka dia harus melaksanakan solat. Dan ketika membaca, "Dan janganlah kamu mengurangi timbangan manusia," (Al-A'raf: 85) maka Anda harus memenuhi hak setiap orang. Seharusnya Anda tidak perlu menunggu orang lain untuk melaksanakan hal ini. Sesuatu yang halal itu sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas.

b. Kedua adalah hukum-hukum yang berkaitan dengan masyarakat, atau hukumhukum yang berkaitan dengan penguasa.

Ini semua merupakan kewajiban negara, misalnya menegakkan hudud (persetujuan hukum), jihad, dan masalah-masalah yang merupakan tugas negara dalam Islam. Negara wajib melaksanakannya. Jika negara tidak melaksanakannya, ia bertanggungjawab di hadapan Allah swt. Kewajiban rakyat dalam keadaan demikian adalah menuntut elaksanaannya. Sesungguhnya Islam tidak membebaskan umat dari tanggungjawab.

Sekarang, bagaimana umat dapat mewujudkan hal ini? Hendaklah umat bersatu padu. Hendaklah umat menyatukan kata, menuntut, dan terus menuntut. Hendaklah umat menggunakan segala cara untuk menyampaikan tuntutan ini, khususnya jika sistem kenegaraan yang berlaku seperti sistem kenegaraan di Mesir. Jika demikian, tidak ada alasan bagi siapa pun
untuk tidak menyatakan hal ini dengan terus terang. Umat tidak dapat dilepaskan dari kewajipan mengawasi Negara.

Ikhwan sekalian, hendaklah kita menyatukan barisan dan menyatukan kata, sehingga kita menjadi kuat, diperhitungkan, dan mempunyai suara agar negara dapat memandang kenyataan yang ada. Dengan demikian, cepat atau lambat kita akan sampai kepada tujuan, insyaAllah.

Semoga selawat dan salam dilimpahkan kepada junjungan kita, Muhammad, juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya.

Hassan Al-Banna

0 Comments:

Post a Comment

<< Home


Hasanah Diana

Create Your Badge