Thursday, November 09, 2006

Berdialog dengan Al Quran

Teringat sebuah tausiyah dari ust Abdul Azis Abdur Rauf:
"Membaca Al Quran secara haqqo tilawah adalah membaca Al Quran yang melibatkan 3 unsur, yaitu lisan yang fasih dalam melafalkan makhrojnya, kedua, akal, yang membuatnya mengerti ilmu tajwid yang benar, dan ketiga, hati, yang membuatnya merasakan dengan siapa sesungguhnya dia sedang berdialog."

Selamat menikmati dialog dengan kalam-Nya yang mulia.. :)

^_^

**

Di antara tuntutan tadabur Al Quran adalah berdialog dan berinteraksi dengan Al Quran dengan akal dan hatinya.

Caranya adalah dengan mencurahkan hatinya untuk mentafakuri makna yang ia baca, mengetahui makna setiap ayat, merenungkan perintah-perintah dan larangan-larangannya, serta menerimanya dengan sepenuh hati.

Apabila ketika ia membaca Al Quran tersebut ia menyadari kekurangannya pada masa lalu,
Maka ia segera bertobat dan memohon ampun kepada Allh SWT.

Jika ia membaca ayat rahmat,
Maka ia pun merasakan gembira dan memohon kebaikan kepada Allah SWT.

Jika ia membaca ayat azab,
Maka ia berdoa untuk dihindari dari azab dan memohon perlindungan kepada Allah SWT.

Ketika membaca ayat yang menyucikan Allah SWT,
Maka ia segera menyucikan dan memuji Allah SWT

Sedangkan jika ia melewati ayat doa,
Maka ia segera berdoa dan memohon dengan sangat kepada Allah SWT

Muslim meriwayatkan dari Hudzaifah, ia berkata,
”Aku shalat bersama Nabi saw. Pada suatu malam , kemudian beliau membaca surat Al Baqarah, An Nisa, dan Al Imran.
Beliau membacanya dengan perlahan-lahan.
Jika ia membca ayat yang mengandung tasbih, beliau bertasbih kepada Allah SWT.
Jika membaca ayat yang berisi doa, beliau segera berdoa.
Dan jika membaca ayat memohon perlindungan, maka beliau segera memohon perlindungan kepada Allah SWT.”

“..Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan”
(QS Al Muzzammil 73:4)

“dan Al Quran itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.”
(QS Al Isra 17:106)

Ia harus memusatkan hatinya untuk memikirkan makna apa yang ia baca dengan lidahnya, mengetahui makna setiap ayat, dan tidak melanjutkan ayat selanjutnya hingga ia mengetahui makna ayat itu.

Jika ia melewati ayat rahmat,
Maka hendaknya ia berhenti dan bergembira dengan apa yang dijanjikan oleh Allah SWT itu dan berdoa kepada Allah SWT agar dimasukkan ke dalam surga.

Sedangkan jika ia membaca ayat azab,
Maka hendaknya ia berhenti untuk merenungkan maknanya.
Jika ia termasuk golongan kafir, maka hendaknya ia segera beriman, dan mengucapkan, “Aku beriman kepada Allah SWT semata, mengetahui tempat ancaman, dan memohon kepada Allah SWT agar dijaga dari neraka.”

Jika melewati ayat yang di dalamnya terdapat panggilan bagi orang-orang yang beriman seperti.”Hai orang-orang yang beriman”,
Hendaknya ia berhenti dahulu di situ
-Ada sebagian orang yang mengucapkan, ”Aku penuhi panggilan-Mu wahai Rabbku”-
Dan memperhatikan redaksi selanjutnya dari apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang, dan ia meyakini akan menjalankannya.
Jika hal itu adalah sesuatu yang pernah ia lalaikan di masa lalu, maka hendaknya ia segera memohon ampunan atas perilakunya pada waktu itu, dan bertobat kepada Allah SWT atas kekurangannya itu.

Allah SWT berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya..”
(QS At-Tahrim 66:8)

Jika ia membaca ayat ini, hendaknya ia mengingkari perbuatan-perbuatannya di dalam dirinya serta dosa-dosanya dengan orang lain, seperti kedzaliman, ghibah (menggunjing orang lain), dan yang lainnya.
Dan, ia segera melunasi kedzalimannya itu dan memohon ampunan atas amal perbuatan yang tidak lengkap ia kerjakan.
Kemudian, ia berniat untuk menunaikannya, dan memohon untuk dibebaskan dari kedzalimannyan kepada orang yang ia dzalimi jika ia masih ada bersamanya, atau menulis surat meminta maaf jika ia berada di tempat lain, serta mengembalikan apa yang pernah ia ambil dengan dzalim dari orang lain.

Dan ia bertekad untuk menunaikan itu semua pada saat ia membaca Al Quran sehingga Allah SWT mengetahui bahwa ia telah mendengar dan menaati firman-Nya

Jika ia melewati suatu ayat yang ia tidak tahu maknanya,
Maka ia segera mengingat atau mencatatnya untuk kemudian menanyakan kepada orang yang mengetahui maknanya, sehingga ia menjadi penuntut ilmu Al Quran dan menjalankan isinya.

Jika suatu ayat diperselisihkan oleh ulama tentang pengertiannya,
Maka hendaknya ia mengambil pemahaman yang paling ringan.
Dan jika ia berhati-hati dan memilih pendapat yang paling kuat, maka itu lebih baik dan lebih selamat bagi agamanya.

Jika ayat yang ia baca adalah ayat-ayat yang di dalamnya Allah SWT menceritakan berita umat-umat yang telah lalu,
Maka perhatikanlah hal itu, dan lihatlah apa yang diputuskan bagi umat itu, selanjutnya kembalilah bersyukur kepada Allah SWT atas semua itu.

Jika yang ia baca adalah ayat-ayat perintah atau larangan,
Maka niatkanlah untuk menjalankan perintah itu dan mengajak orang lain untuk menjalankannya, serta menjauhkan diri dari larangan-larangan-Nya.

Jika yang ia baca ancaman yang dijanjikan oleh Allah SWT bagi kaum mukminin,
Maka hendaknya ia memperhatikan hatinya.
Jika ia cenderung untuk mengharap maka sambunglah dengan perasaan takut, dan jika ia cenderung untuk takut maka sambunglah dengan harapan, sehingga rasa takut dan harapannya seimbang.

Itulah kesempurnaan iman.

Jika ayat-ayat yang ia baca adalah dari kelompok ayat mutasyabihat yang hanya Allah SWT mengetahui takwilnya,
Maka terimalah dengan keimanan, seperti diperintahkan oleh Allah SWT dalam QS Al-Imran 3:7

Jika ia berisi nasihat, maka ambillah nasihat itu.

Dan jika ia telah melakukan itu, maka ia telah membaca Al Quran secara tartil dan sempurna.

Jika manusia telah melakukan hal ini, maka ia telah membaca Al Quran dengan tartil secara sempurna.

Sumber:
Berinteraksi dengan Al Qur’an
Dr. Yusuf Al Qardhawi

0 Comments:

Post a Comment

<< Home


Hasanah Diana

Create Your Badge