Wednesday, January 11, 2006

Catatan tentang Ceramah-Ceramah Hasan Al-Banna

Judul buku: Hadits Tsulatsa
Ceramah-Ceramah Hasan Al Banna
Bunga rampai tema ceramah rutin hari Selasa
Hasan Al-Banna di Markas Ikhwanul Muslimin Mesir
Penerbit: Era Intermedia
Cetakan ke-2, Juni 2000

Pengantar by Diana Oktaria

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Di halaman buku ini tertulis, 12-08-01, itu tanggal saya membeli buku ini. Pertama kali melihat buku ini di perpustakaan masjid Habiburrahman, PTDI, ketika saya masih rutin ke sana seminggu sekali. Karena bukunya tebal banget, 844 halaman, makanya untuk meminjam dibawa pulang rada segan, berat euy.. akhirnya cuma pinjam untuk baca di tempat saja.

Namun, ketika sudah tidak sempat ke perpustakaan habib lagi, akhirnya memutuskan untuk membeli saja buku tersebut. Harganya lumayan, 66 ribu, entah sekarang berapa.

Berikut kata pengantar yang ditulis oleh Anis Matta dalam buku tersebut:

“Keistimewaan ceramah-ceramah beliau adalah pada ruh kehidupan yang menggelora pada setiap kata. Apabila gagasan-gagasannya begitu memukau dan mempesona, maka ruh kehidupan yang menggelora pada setiap katanya telah mengguncang jiwa para pendengarnya, mengubah paradigma mereka, merekonstruksi pikiran mereka, dan membangun semangat serta komitmen baru pada diri mereka untuk bangkit membangun kejayaan umat sekali lagi.

Walaupun kita tidak sempat mendengarnya, tapi dari membaca saja akan sangat terasa betapa cermah-ceramah itu mengalir deras. Seperti kata Ahmad Isa ‘Asyur yang menghimpun ceramah-ceramah beliau, “Menghanyutkan setiap orang yang mendengarnya!”

Imam Syahid Hasan Al-Banna mengetahui dengan baik bagaimana membangunkan kembali umat yang telah tertidur pulas begitu lama dan memasukkan ruh kehidupan dalam diri mereka. Beliaulah yang pernah mengatakan kepada kader-kadernya bahwa “Kalian adalah ruh baru yang mengalir dalam jasad umat.”

Apakah yang dibutuhkan oleh sebuah umat untuk bangkit meraih kejayaannya yang hilang? Yang mereka butuhkan adalah sebuah referensi yang membingkai nilai-nilai, pemikiran, strategi, sistem dan karakter individu maupun kolektif mereka pada saat mereka merenda kehadiran historisnya hari demi hari. Sesungguhnya marja’iyyah (referensi) itu ada di tengah kita, yaitu Al Qur’an. Tetapi seperti kata beliau sendiri, orang-orang Barat mencari cahaya dalam kegelapan, namun umat Islam tertidur dalam cahaya.

Maka yang dibutuhkan oleh umat ini adalah membangun ulang hubungan mereka dengan Al Qur’an sebagai referensi. Sebab sesungguhnya Al Qur'an tidak saja mempunyai kandungan kebenaran Ilahiah yang mutlak, tapi juga mempunyai wibawa dan kekuatan pembangkit yang mahadahsyat.

Maka hanya dengan sebuah gesekan kecil, kata Imam Syahid Hasan Al-Banna, kehidupan dan kekuatan itu tiba-tiba mengalir dalam tubuh umat. Umat yang terbelakang itu tiba-tiba menjadi maju, tiba-tiba para penggembala kambing itu menjadi pemimpin dunia, tiba-tiba masyarakat Badui itu menjadi pusat peradaban dunia.

Itulah yang dilakukan oleh Imam Syahid Hasan Al-Banna, menghubungkan akal dan hati umat dengan Al qur’an dan menghadirkan pandangan-pandangan Al qur’an dalam berbagai dimensi kehidupan, serta persoalan sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat. Ketika umat kembali kepada referensinya ia pasti akan bergerak secara sistematis dalam perjalanan kebangkitannya. Di manakah letak kematangan sebuah umat kalau bukan pada referensi dan sistematika pertumbuhannya? Jika kepada referensi dan sistmeatika itu kita menambahkan anasir kepemimpinan yang kuat, maka mengertilah kita betapa menyatunya tiga kata itu dalam diri Imam Syahid Hasan Al-Banna, marja’iyyah (referensi), manhajiyyah (sistematis), dan qiyadiyyah (kepemimpinan).”

Subhanallah..
Anis Matta gitu loh.. ^_^
Saya pribadi suka dengan tulisan pa Anis Matta, berbunga-bunga.. :)

Buku itu sendiri ditulis oleh Ahmad Isa ‘Asyur, seorang anggota Ikhwan. Membaca tulisannya, terasa sekali betapa beliau mencintai Imam Syahid.

Melalui tulisannya ini pulalah, terasa banget betapa Imam Syahid sangat mencintai umat ini, jadi ingat Rasulullah yang juga sangat mencintai umatnya, sehingga saat meninggalnya pun, bukan Aisyah, istri tercintanya atau Fatimah, anak terkasihnya, namun yang disebut terakhir oleh Rasulullah adalah “ummati, ummati, ummati”..
Subhanallah.. betapa ingin kami membalas cintamu ya habibi..

Beberapa hari yang lalu, ketika membaca ulang buku Risalah Pergerakan, membaca kalimat-kalimat seruan dari Imam Syahid, subhanallah, terasa mengalir ruh baru dalam raga ini, sedemikian besarnya cinta beliau untuk umat ini.

Simaklah kata-katanya berikut ini:
“Betapa inginnya kami agar umat ini mengetahui bahwa mereka lebih kami cintai daripada diri kami sendiri. Kami berbangga ketika jiwa-jiwa kami gugur sebagai penebus bagi kehormatan mereka, jika memang tebusan itu yang diperlukan.
Tiada sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini, selain rasa cinta yang telah mengharu-biru hati kami, menguasai perasaan kami, memeras habis air mata kami, dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami."

Saya tidak hendak menuliskan secara utuh tiap-tiap bab dalam buku ini, mungkin lain kesempatan, insya Allah. Kali ini, saya hanya ingin mengutip sedikit-sedikit kata-kata beliau di beberapa ceramah yang meninggalkan kesan mendalam pada diri saya pribadi, sungguh saya ingin meneladani beliau dalam hal betapa tulus dan dalamnya cinta beliau pada umat ini.

Berikut saya kutipkan pembukaan dari ceramah beliau yang berjudul:
Risalah Ibrahim AS.
(hal.109)

“Kita panjatkan puji syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT, karena Dia telah mencurahkan nikmat yang besar dan agung ini kepada kita, yaitu nikmat bercinta dan bersatu karena-Nya serta nikmat tolong-menolong dalam rangka menegakkan kalimat-Nya dan membela syariat-Nya. Sesungguhnya Dia adalah sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik pemberi pertolongan.

Ikhwan sekalian, kita sedang berada dalam sebuah pertemuan yang kental dengan nuansa persaudaraan dan keruhanian. Dalam pertemuan ini, terlihat nikmat akbar dan karunia agung dari Allah SWT, yaitu sebuah nikmat yang senantiasa disebut-sebut oleh Allah di hadapan kita, nikmat persaudaraan yang telah menyatukan hati kita, mempersaudarakan ruh kita, dan mewujudkan dalam diri kita suatu kenikmatan yang tidak bisa diketahui kecuali oleh siapa yang pernah merasaknnya secara nyata.

Memang, di antara perasaan- perasaan hati, ada yang tidak bisa digambarkan dengan ungkapan lisan. Nikmat kecintaan dan persaudaraan karena Allah, mengandung makna spiritual yang buahnya tidak bisa dirasakan selain oleh mereka yang terlibat di dalamnya. Persaudaraan, wahai Akhi, selain merupakan kenikmatan di dunia, juga merupakan keselamatan di akhirat. Ringkasnya, cinta adalah kelezatan, buah, dan faedah, yang tidak bisa diketahui kecuali oleh siapa yang pernah merasakannya secara sungguh-sungguh dan benar. Kita memohon kepada Allah SWT agar Dia menyatukan kita di atas landasan kecintaan dan persatuan karena-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan.”

In the name of love.. atas nama cinta..
Cinta karena Allah..

Berikut pembukaan dari ceramah beliau yang berjudul:
Risalah Musa AS.
(hal.121)

“Ikhwan sekalian, saya ingin memberitahu Anda tentang perasaan yang saya rasakan dan tentang apa yang seharusnya dilakukan, karena tujuan kajian ini bukan sekedar untuk mendapatkan informasi ilmiah atau ruhaniah semata.

Ikhwan sekalian, dari pertemuan ini saya tidak bermaksud mengemukakan banyak hakikat ilmiah kepada Anda semua agar bisa Anda mengerti dan tidak bermaksud mempengaruhi jiwa Anda semua, karena pada akhirnnya pengaruh itu pasti muncul pada siapa saja yang mendengarkan dan merenungkan kitab Allah SWT.

Saya tidak bermaksud mewujudkan kedua hal ini semata, tetapi saya bermaksud mendapatkan manfaat nyata yaitu agar perjumpaan kita dalam kajian ini bisa kita jadikan sebagai sarana untuk saling mengenal, menjalin hubungan, agar sebagian kita akrab dengan sebagian yang lain dan sebagian kita berbahagia berjumpa dengan sebagian lain, sehingga jiwa kita saling akrab, hati kita saling bertaut, pikiran kita saling mengasah, dan agar dalam kajian dan pertemuan ini kita bisa terus-menerus mengkaji banyak atau sedikit dari aspek-aspek ilmiah yang berkaitan dengan diri kita.

Ikhwan tercinta, dengan pertemuan ini saya ingin membuka kesempatan untuk saling memahami dan mengenal, maka hendaklah Anda semua berusaha mewujudkannya. Percayalah kepada saya, bahwa saya merindukan kajian ini, sekalipun kadang-kadang saya tidak mempunyai hasrat untuk berbicara, tetapi mungkin saat berlangsungnya acara kajian ini adalah saat jiwa ini bersih. Barangkali jiwa ini bisa berpaling dan mengendur, tetapi percayalah kepada saya, Ikhwan sekalian, bahwa saya merindukan saat ini, di hari ini, dengan kerinduan yang luar biasa. Saya menunggu-nunggu saatnya tiba. Bertanya dan saling memahami adalah perbuatan yang pahalanya lebih besar di sisi Allah daripada belajar.

Nabi kita SAW pernah bersabda,
“Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sehingga saling mencintai.”

Seorang mukmin adalah orang yang berhati nurani, berperasaan, dan hidup. Hatinya kaya raya. Wahai Akhi, seorang mukmin adalah seorang yang lemah lembut dan ramah di mana pun ia berada.”

Subhanallah..
Betapa lembutnya hati beliau.. jadi teringat firman Allah dalam QS Al Maidah 5:54:
“..Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin..”

Berikut pembukaan dari ceramah beliau yang berjudul:
Surat Paling Lengkap Mencakup Makna dan Tujuan Al Qur’an
(hal.149)

“Ikhwan yang mulia, saya sampaikan salam penghormatan Islam, salam penghormatan dari Allah, yang baik dan diberkahi: assalamu ‘aalikum warahmatullaahi wabarakatuh.

Bagus sekali bila seseorang berada di tengah- tengah kelompok pilihan dan istimewa yang terdiri dari para pemuda beriman yang bersih, yang hati mereka tidak dipertemukan dan tidak dipertautkan kecuali oleh dakwah yang baik, kata-kata yang baik, dan tujuan yang baik pula. Kita memohon kepada Allah agar memasukkan kita dalam golongan orang-orang yang baik, di dunia maupun di akhirat. Sesungguhnya Dia sebaik-baik Pelindung dan Penolong.

Tahukan Anda, ampunan, rahmat, dan karunia apakah yang turun kepada kita di majelis yang mulia ini, yang dilaksanakan di jalan Allah dan karena Allah? Rahmat macam apa? Ampunan macam apa? Curahan karunia macam apa yang turun kepada kita yang berkumpul di salah satu taman surga ini? Bukankah pertemuan kita ini termasuk dalam kategori halaqah zikir?
Sedangkan Rasulullah SAW pernah bersabda, “Jika kamu melihat taman-taman surga, maka bersenang-senanglah di sana.” Para sahabat bertanya, “Apakah taman-taman surga itu, wahai Rasulullah?” “Halaqah-halaqah dzikir,” jawabnya.

Beliau juga bersabda:
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di suatu rumah Allah, membaca dan mempelajari kitab Allah secara bersama-sama, kecuali mereka pasti diliputi oleh rahmat, ketenangan turun kepada mereka, malaikat mengelilingi mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan para malaikat di sisi-Nya.”

Ikhwan tercinta. Bukankah kita berkumpul di suatu rumah Allah? Meskipun tempat ini bukan masjid, tetapi sama dangan masjid dipandang dari tujuan pembangunannya dan aktivitas yang dilakukan di dalamnya.

Berbahagialah, Ikhwan sekalian, sesungguhnya kita berada di salah satu rumah Allah. Para malaikat mengelilingi, rahmat Allah meliputi dan ketenangan turun kepada kita.” “Sentuhan Hati Hari Selasa", yang pasti dirasakan oleh orang semacam saya ketika berdiri di tengah-tengah Anda, dan yang harus ditunaikan sebaik-baiknya ini, sedikit pun tidak akan saya lebih-lebihkan dan saya buat-buat, tetapi ia benar-benar merupakan bisikan dari hati ke hati.”

Subhanallah..
Memang yang datang dari hati, akan sampai pula ke hati..
Dakwah yang Imam Syahid lakukan berangkatnya dari hati yang penuh cinta, walhasil sampai pula pada hati yang saling terpaut karena cinta..

Berikut pembukaan dari ceramah beliau yang berjudul:
Amar Ma’ruf Nahi Munkar
(hal.201)

Amma ba’du. Secara formal, saya meminta maaf kepada Anda semua lantaran keterlambatan saya saat ini, namun secara substansial saya memohon maaf kepada diri saya sendiri karena telah menghalanginya dari indahnya perjumpaan akrab dengan Anda semua saat ini.

Ikhwan semua. “Sentuhan Hati Hari Selasa” menghendaki untuk menunjukkan hak dan keberadaannya. Bila kita tidak mengenal hak diri kita, maka siapakah yang akan mengenalinya? Karena itu, izinkan saya berpanjang lebar dengan “Sentuhan Hati Hari Selasa” ini untuk menggambarkan hak persaudaraan, seraya memohon kepada Allah SWT agar memberikan manfaat kepada saya dan Anda semua dengan apa yang kita ucapkan maupun yang kita dengarkan, serta memperat ikatan persaudaraan ini di antara hati kita, yang ia merupakan kekuatan bagi orang-orang yang lemah dan bekal bagi orang-orang yang bercita-cita dan berjuang. Saya memohon kepada Allah SWT agar menyatukan hati kita di atas ridha-Nya dan memberikan kepada kita kenikmatan cinta karena-Nya, serta menjadikannya bermanfaat bagi kita di dunia dan akhirat.

Ikhwan semua, Anda telah membaca dan mengetahui bahwa Allah SWT menghargai ikatan di antara orang-orang beriman ini dengan harga yang tinggi, sehingga menilainya sebagai satu bentuk keimanan, dan ketiadaannya sebagai satu bentuk kekufuran. Anda semua telah membaca fiorman Allah SWT, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara.” (QS Al Hujurat 49:10)

Subhanallah..
Hasan Al-Banna banget gitu loh..

Kutipan yang terakhir..

“Ikhwan sekalian, ini adalah malam yang agung lagi mulia. Kita sedang berada di dalamnya dan menikmatinya karena ia adalah wahana bersatunya hati yang saling menolong dalam ketaatan kepada Allah dan dalam rangka mencari ridha Allah. Saya tidak melupakan sentuhan yang tampak di hadapan saya, menggetarkan perasaan saya, dan mempengaruhi jiwa saya, kemarin.

Kemarin saya berjalan-jalan, bersama seorang akh. Kami memperbincangkan hal-hal biasa dan umum. Di sela-sela pembicaraan, akh ini mengingatkan bahwa sekarang hari Senin, dan besok hari Selasa. Sungguh menggembirakan dan mengesankan, ketika ia berbicara mengenai perasaan aneh yang muncul pada dirinya. Dengan bersahaja dan nada datar, ia berkata, “Saya sering menghitung-hitung kedatangan malam tersebut karena kerinduan untuk berjumpa dengan saudara-saudara saya.” Kemudian ia melanjutkan perkataannya, “Sekarang saya mengetahui hikmah hari Jum’at dan shalat Jum’at, yang banyak di antara kaum muslimin tidak memperhatikan rahasianya. Andaikata mereka serius memperhatikan hari Jum’at dan shalat Jum’at, tentu keadaan mereka tidak sebagaimana sekarang. Ketika mewajibkan pertemuan-pertemuan ini, Islam melihat tujuan-tujuan luhur di dalamnya yaitu pertemuan jiwa dan hati yang ikhlas pada hari Jum’at untuk melaksanakan shalat Jum’at. Sayangnya, manusia melaksanakan shalat Jum’at sekedar sebagai pelaksanaan kewajiban, yang barangsiapa telah melaksanakannya, gugurlah kewajiban tersebut darinya dan barangsiapa belum melaksanakannya maka ia mendapatkan hukuman.”

Akh tersebut mulai berbicara panjang lebar, sedangkan saya sedikit kurang perhatian terhadapa pembicaraannya, karena ia telah menghujani saya dengan dua sentuhan.

Pertama, kegembiraan karena kaum muslimin mulai mengetahui faedah pertemuan ini, yaitu pertemuan hati dan jiwa. Inilah yang menggembirakan dan membahagiakan saya, sekaligus membuat saya kurang memperhatikan isi pembicarannya.

Kedua, saya khawatir jika waktu berlalu terlalu lama sementara mereka belum juga mengetahui hikmah tersebut, sehingga mereka memahami Selasa hanya sebagai hari pelajaran, melupakan hikmah di balik itu, yaiutu tolong-menolong dalam rangka menggapai ridha Allah SWT.

Kita memohon kepada Allah SWT agar mempertemukan kita di dalamnya atas landasan cinta karnea-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Doa.”

Subhanallah..
Jadi ingat doa robithoh yang diajarkan Imam Syahid.. saya suka banget dengan doa itu, indah, penuh cinta dari kelembutan hati..
“Ya Allah.. sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan mahabbah hanya kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru (dakwah di jalan)-Mu, dan berjanji setia untuk membela syariat-Mu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya, ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya, dan penuhilah dengan cahaya-Mu yang tidak akan pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakal kepada-Mu, hidupkanlah dengan marifah-Mu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Amin. Dan semoga shalaat serta salam selalu tercurahkan kepada Muhammad, kepada keluarganya, dan kepada semua sahabatnya"

Ada lagi sebuah ceramahnya yang berkesan banget, sehingga saya tidak rela untuk hanya sekedar mengutip sebagiannya, insya Allah, ntar akan saya tuliskan utuh, judulnya: Jika Anda Ingin Menjalin Hubungan dengan Allah, Perbaruilah Taubat (hal. 163)

oiya, satu hal lagi..
menyimak untaian kalimat cinta dari Imam Syahid, saya teringat nasyid Suara Persaudaraan yang berjudul Ukhuwah.. saya suka banget nasyid itu.. berikut cuplikannya:

"Rasulullah mengajarkan
tentang arti kata cinta
yang harus diungkapkan pada
sahabat atau saudara
dengan kata-kata indah
yang terungkap dari lisan
seindah yang tersimpan di dalam kalbu"


On my notebook, Thursday, January 12, 2006

0 Comments:

Post a Comment

<< Home


Hasanah Diana

Create Your Badge