Wednesday, November 29, 2006

Sholat Dhuha

Berikut artikel dari syariahonline tentang:
1. Dalil Sholat Dluha
2. Waktu Pelaksanaan Shalat Dhuha

Semoga bermanfaat
^_^

**

Dalil Sholat Dluha
-------------------------
Pertanyaan:
Assalamu'alaikum Wr Wb
Langsung saja, baru-baru ini saya mendengar dari salah seorang ustadz bahwa dalil sholat dluha haditsnya dhaif.
ini cukup mengagetkan saya karena selama ini yang saya tahu banyak hadits yang menerangkan keutamaan sholat dluha ini.
Mohon tanggapannya. Jazzakumullah khairan katsiran
Wassalam
Abu Azzam

Jawaban:
Assalamu `alaikum Wr. Wb.

Sholat dhuha merupakan salah satu sholat sunnah yang dinjurkan oleh Rasulullah SAW . Ada sejumlah hadits shohih dan hasan yang menjelaskan tentang keutamaan melaksankan sholat sunnah tersebut, antara lain;

Dari Abu Dzar Al-Ghiffari RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda:

?Wajib bagi setiap sendi-sendi salah seorang dari antara kalian untuk bersedekah setiap hari. Setiap tasbih adalah shodaqoh, setiap tahmid adalah shodaqoh, setiap tahlil adalah shodaqoh, setiap takbir adalah shodaqoh, amar ma?ruf adalah shodaqoh. Nahyi al-munkar adalah shodaqoh. Dan cukup menggantikan itu semua dua rakaat yang dilaksanakan di waktu dhuha?
(HR. Muslim No. 720, Kitab Sholatul Musafirin Wa Qashruha, Bab Istihbab Sholat Adh-Dhuha. Jami?ul Ushul 9/436)

Dari Abu Hurariroh RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
?Tidak ada yang menjaga (pelaksanaan) sholat dhuha kecuali Awwab? dalam kesempatan lain : ?Ia termasuk sholat Awwabin?
(HR. Ibnu Khuzaimah 2/228, Al-Hakim 1/314, Thobrony 2/279. Hadits ini disahihkan oleh Imam Al-Hakim dengan syarat Muslim. Imam Al-Bany menghasankan hadis ini dalam kitabnya Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah No. 1994)

Dari Abu Darda dan Abu Dazr Al-Giffari RA, dari Rasulullah SAW, dari Alloh Swt. Dia berfirman:
?Wahai anak Adam, ruku?lah untukku di permulaan hari empat rakaat, maka akau akan mencukupkan bagimu di akhirnya?
(HR Ahmad dalam Al-Musnad 6/440-451, Tirmidzy No. 475, Hadits ini disahihkan oleh Ahmad Syakurt dalam tahqiqnya terhadap hadits Tirmidzy dan juga oleh Al-Bany dalam Shohih Sunan At-Tirmidzy 1/147)

Dengan keterangan-keterangan di atas, jelas bahwa dalail-dalil yang menjelaskan sholat sunnah Dhuha adalah hadits-hadits yang bisa dijadikan hujjah karena merupakan hadis-hadis shohih maupun juga hadis hasan.

Wallahu A`lam Bish-Showab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Sumber : Syariah Online

**

Waktu Pelaksanaan Shalat Dhuha
--------------------------------------------------
Pertanyaan:
Assalamu?alaikum
Bilakah pelaksanaan shalat dhuha? Kapan jam boleh melaksanakannya dan jam berapa berakhirnya?
Wassalamu?alaikum ..
Abu Hanifah

Jawaban:
Assalamu ?alaikum Wr. Wb.

Sholat dhuha merupakan salah satu sholat sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Terdapat sejumlah hadits yang menjelaskan keutamaan pelaksanaan sholat tersebut. Antara lain;

Dari Abu Hurariroh RA, ia berkata:
?Kekasihku (Rasulullah SAW) mewasiatkan padaku tiga perkara: shaum tiga hari setiap bulan, dua rakaat sholat dhuha dan melaksanakan sholat witir sebelum tidur?
(HR Bukhori 1981, Muslim 721)

Dari Abu Dzar RA dari Nabi SAW, beliau bersabda:
?Setiap pagi wajib untuk bershodakoh atas setiap tulang dari kalian. Maka setiap tasbih adalah shodaqoh, setiap tahmid adalah shodaqoh, setiap tahlil adalah shodaqoh, setiap takbir adalah shodaqoh, memerintahkan kebaikan adalah shodaqoh, melarang dari berbuat munkar adalah shodaqoh, dan cukup untuk menggantikan semua itu adalah dua rakaat yang dilaksanakan di waktu dhuha?
(HR. Muslim 720)

Adapun waktu pelaksanaannya dimulai sejak naiknya matahari seukuran satu tombak/ + 1 meter atau sekitar 07.00 dan berakhir sebelum tergelincirnya matahari -sebelum masuknya waktu yang terlarang melaksanakan sholat- atau sesaat sebelum masuknya waktu dzuhur. Dan disunnahkan agar diakhirkan pelaksanaannya sampai matahari meninggi dan suhu udara memanas.

Dari Al-Qasim Asy-Syaibani, sesungguhnya Zaid bin Arqom melihat orang-orang yang sedang melaksanakan sholat dhuha. Ia pun berkata: ?bukankah mereka telah mengetahui bahwa sholat di selain waktu ini lebih utama, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: ?Sholat Awwabin itu ketika kerikil-kerikil menjadi merah (isyarat yang menunjukkan bahwa matahari telah tinggi dan panasnya telah menyengat)?
(HR> Muslim 748)

Wallahu a?lam bishshowab.
Wassalamu ?alaikum Wr. Wb.

Sumber : Syariah Online

Wednesday, November 22, 2006

Membaca Al Quran

membaca artikel ini, membuat ingin selalu membaca, membaca dan membaca Al Quran
sebagaimana doa yang sering dibaca setiap selesai membaca Quran..

"ya Allah, sayangi kami dengan Quran
jadikan Quran imam, cahaya, petunjuk dan rahmat
ya Allah, tegurlah kami jika melalaikannya
dan ajarkan mukjizat Al Quran
yang menjadi sumber rezeki
sepanjang malam dan sepanjang siang hari.."

selamat membaca Al Qur'an..:)
(1 juz sehari yah)

^_^

**

MEMBACA AL-QUR'ANUL KARIM DI BULAN RAMADHAN DAN LAINNYA
Oleh: Syaikh Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al Jarullah

Segala puji bagi Allah, yang telah menurunkan kepada hamba-Nya kitab Al-Qur'an sebagai penjelasan atas segala sesuatu, petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang muslim. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada hamba dan rasul-Nya Muhammad, yang diutus Allah sebagai rahmat bagi alam semesta.

Adalah ditekankan bagi seorang muslim yang mengharap rahmat Allah dan takut akan siksa-Nya untuk memperbanyak membaca Al-Qur'anul Karim pada bulan Ramadhan dan bulan-bulan lainnya untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala, mengharap ridha-Nya, memperoleh keutamaan dan pahala-Nya. Karena Al-Qur'anul Karim adalah sebaik-baik kitab, yang diturunkan kepada Rasul termulia, untuk umat terbaik yang pernah dilahirkan kepada umat manusia; dengan syari'at yang paling utama, paling mudah, paling luhur dan paling sempurna.

Al-Qur'an diturunkan untuk dibaca oleh setiap orang muslim, direnungkan dan dipahami makna, perintah dan larangannya, kemudian diamalkan. Sehingga ia akan menjadi hujjah baginya di hadapan Tuhannya dan pemberi syafa'at baginya pada hari Kiamat.

Allah telah menjamin bagi siapa yang membaca Al-Qur'an dan mengamalkan isi kandungannya tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat, dengan firmanNya "Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. " (Thaha:123)

Janganlah seorang muslim memalingkan diri dari membaca kitab Allah, merenungkan dan mengamalkan isi kandungannya. Allah telah mengancam orang-orang yang memalingkan diri darinya dengan firman-Nya: "Barangsiapa berpaling dari Al-Qur'an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari Kiamat. " (Thaha : 100)

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. " (Thaha: 124

Di antara keutamaan Al-Qur'an
1. Firman Allah Ta 'ala :
"Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. " (An-Nahl: 89)

2. Firman Allah Ta'ala .
“... Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. " (Al-Ma'idah: 15-16)

3. Firman Allah Ta 'ala :
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus: 57)

4. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :
"Bacalah Al-Qur'an, karena ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafa 'at bagi pembacanya. " (HR. Muslim dari Abu Umamah)

5. Dari An-Nawwas bin Sam'an radhiallahu 'anhu, katanya : Aku mendengar Rasul shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Didatangkan pada hari Kiamat Al-Qur'an dan para pembacanya yang mereka itu dahulu mengamalkannya di dunia, dengan didahului oleh surat Al Baqarah dan Ali Imran yang membela pembaca kedua surat ini. " (HR. Muslim)

6. Dari Utsman bin Affan radhiallahu 'anhu, katanya: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya. " (HR. Al-Bukhari)

7. Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu, katanya: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf. " (HR. At-Tirmidzi, katanya: hadits hasan shahih)

8. Dari Abdullah bin Amr bin Al 'Ash radhiallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dikatakan kepada pembaca Al-Qur'an: "Bacalah, naiklah dan bacalah dengan pelan sebagaimana yang telah kamu lakukan di dunia, karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang kamu baca. "(HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dengan mengatakan: hadits hasan shahih).

9. Dari Aisyah radhiallahu 'anhu, katanya: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Orang yang membaca Al-Qur'an dengan mahir adalah bersama para malaikat yang mulia lagi taat, sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan tergagap dan susah membacanya baginya dua pahala. " (Hadits Muttafaq 'Alaih).
Dua pahala, yakni pahala membaca dan pahala susah payahnya.

10. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Tidak boleh hasut kecuali dalam dua perkaua, yaitu: orang yang dikaruniai Allah Al-Qur'an lalu diamalkannya pada waktu malam dan siang, dan orang yang dikaruniai Allah harta lalu diinfakkannya pada waktu malam dan siang "(Hadits Muttafaq 'Alaih).
Yang dimaksud hasut di sini yaitu mengharapkan seperti apa yang dimiliki orang lain. [Lihat kitab Riyadhus Shaalihiin, hlm. 467-469]

Maka bersungguh-sungguhlah -semoga Allah menunjuki Anda kepada jalan yang diridhaiNya untuk mempelajari Al-Qur'anul Karim dan membacanya dengan niat yang ikhlas untuk Allah Ta'ala. Bersungguh-sungguhlah untuk mempelajari maknanya dan mengamalkannya, agar mendapatkan apa yang dijanjikan Allah bagi para ahli Al-Qur'an berupa keutamaan yang besar, pahala yang banyak, derajat yang tinggi dan kenikmatan yang abadi. Para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dahulu jika mempelajari sepuluh ayat dari Al-Qur'an, mereka tidak melaluinya tanpa mempelajari makna dan cara pengamalannya.

Dan perlu Anda ketahui, bahwa membaca Al-Qur'an yang berguna bagi pembacanya, yaitu membaca disertai merenungkan dan memahami maknanya, perintah-perintahnya dan larangan-larangannya. Jika ia menjumpai ayat yang memerintahkan sesuatu maka ia pun mematuhi dan menjalankannya, atau menjumpai ayat yang melarang sesuatu maka iapun meninggalkan dan menjauhinya. Jika ia menjumpai ayat rahmat, ia memohon dan mengharap kepada Allah rahmat-Nya; atau menjumpai ayat adzab, ia berlindung kepada
Allah dan takut akan siksa-Nya. Al-Qur'an itu menjadi hujjah bagi orang yang merenungkan dan mengamalkannya; sedangkan yang tidak mengamalkan dan memanfaatkannya maka Al-Qur'an itu menjadi hujjah terhadap dirinya (mencelakainya).

Firman Allah Ta 'ala :
"lni adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapatkan pelajaran. " (Shad: 29)

Bulan Ramadhan memiliki kekhususan dengan Al-Qura'nul Karim, sebagaimana firman Allah :
"Bulan Ramadhan, yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an ... "(Al-Baqarah: 185)

Dan dalam hadits shahih dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertemu dengan Jibril pada bulan Ramadhan setiap malam untuk membacakan kepadanya Al-Qur'anul Karim.

Hal itu menunjukkan dianjurkannya mempelajari Al-Qur'an pada bulan Ramadhan dan berkumpul untuk itu, juga membacakan Al-Qur'an kepada orang yang lebih hafal. Dan juga menunjukkan dianjurkannya memperbanyak bacaan Al-Qur'an pada bulan Ramadhan

Tentang keutamaan berkumpul di masjid-masjid untuk mempelajari Al-Qur'anul Karim, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah seraya membaca kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali turunlah ketenangan atas mereka, serta mereka diliputi rahmat, dikerumuni para malaikat dan disebut-sebut oleh Allah kepada para malaikat di hadapan-Nya. " (HR. Muslim

Ada dua cara untuk mempelajari Al-Qur'anul Karim
1. Membaca ayat yang dibaca sahabat Anda
2. Membaca ayat sesudahnya. Namun cara pertama lebih baik

Dalam hadits Ibnu Abbas di atas disebutkan pula mudarasah antara Nabi dan Jibril terjadi pada malam hari. Ini menunjukkan dianjurkannya banyak-banyak membaca Al-Qur'an di bulan Ramadhan pada malam hari, karena malam merupakan waktu berhentinya segala kesibukan, kembali terkumpulnya semangat dan bertemunya hati dan lisan untuk merenungkan. Seperti dinyatakan dalam firman Allah: “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu '), dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (Al-Muzzammil: 6).

Disunatkan membaca Al-Qur'an dalam kondisi sesempurna mungkin, yakni dengan bersuci, menghadap kiblat, mencari waktu-waktu yang paling utama seperti malam, setelah maghrib dan setelah fajar. Boleh membaca sambil berdiri, duduk, tidur, berjalan dan menaiki kendaraan. Berdasarkan firman Allah :

"(Yaitu) orang-orang yang dzikir kedada Allah sambil berdiri, atau duduk, atau dalam keadaan berbaring... "(Ali Imran: 191). Sedangkan Al-Qur'anul Karim merupakan dzikir yang paling agung.

Catatan:
Disalin dari: Risalah Ramadhan; karya Syaikh Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al Jarullah.
Edisi Indonesia: Risalah Ramadhan. Penerjemah: Muhammad Yusuf Harun, Ainul Haris Arifin, Ahmad Musthalih Afandi. Penerbit: Yayasan Al-Sofwa, Jakarta. Cat II, Des 1998; hal.49-59
Copyright pada Yayasan Al-Sofwa, Jakarta


Artikel ini dapat digunakan, diperbanyak, dan disebarluaskan atau dipublikasikan di media lain secara bebas untuk tujuan bukan komersil (non profit); dengan syarat tidak mengahapus atau merubah atribut penulis dan mencantumkan sumber pengambilan sebagai manifestasi sikap amanah ilmiah.

Monday, November 20, 2006

Keutamaan Membaca Al-Quran

Berikut dikutip dari Kitab Riyadhus-Shalihin buku II
Afwan..
File-nya didapat dari internet, jadi masih terjemahan bahasa Melayu
Agak beda dikit bahasanya dengan yang terbitan Pustaka – Amani Jakarta
But, it’s much better then write it down my-self..

^_^

**

Keutamaan Membaca Al-Quran

988. Dari Abu Umamah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bacalah olehmu semua akan al-Quran itu, sebab al-Quran itu akan datang pada hari kiamat sebagai sesuatu yang dapat memberikan syafaat - yakni pertolongan - kepada orang-orang yang mempunyainya."
(Riwayat Muslim)

Maksudnya mempunyainya ialah membaca al-Quran yang di-lakukan dengan mengingat-ingat makna dan kandungannya lalu mengamalkan isinya, mana-mana yang merupakan perintah dilaku-kan dan yang merupakan larangan dijauhi.

989. Dari an-Nawwas bin Sam'an r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Al-Quran itu akan didatangkan pada hari kiamat nanti, demi-kian pula ahli-ahli al-Quran yaitu orang-orang yang mengamalkan al-Quran itu di dunia, didahului oleh surat al-Baqarah dan surat ali-lmran. Kedua surat ini menjadi hujah untuk keselamatan orang yang mempunyainya-yakni membaca, memikirkan dan mengamalkan.
(Riwayat Muslim)

990. Dari Usman bin Affan r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sebaik-baik engkau semua ialah orang yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya pula."
(Riwayat Bukhari)

991. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Orang yang membaca al-Quran dan ia sudah mahir dengan bacaannya itu, maka ia adalah beserta para malaikat utusan Allah yang mulia lagi sangat berbakti, sedang orang yang membacanya al-Quran dan ia berbolak-balik dalam bacaannya-yakni tidak lancar - juga merasa kesukaran di waktu membacanya itu, maka ia dapat memperoleh dua pahala."
(Muttafaq 'alaih)

992. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Perumpamaan orang mu'min yang suka membaca al-Quran ialah seperti buah jeruk utrujah, baunya enak dan rasanyapun enak dan perumpamaan orang mu'min yang tidak suka membaca al-Quran ialah seperti buah kurma, tidak ada baunya, tetapi rasanya manis. Adapun perumpamaan orang munafik yang suka membaca al-Quran ialah seperti minyak harum, baunya enak sedang rasanya pahit dan perumpamaan orang munafik yang tidak suka membaca al-Quran ialah seperti rumput hanzhalah, tidak ada baunya dan rasanyapun pahit."
(Muttafaq 'alaih)

993. Dari Umar bin al-Khaththab r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya Allah mengangkat derajat beberapa kaum dengan adanya kitab al-Quran ini - yakni orang-orang yang beriman - serta menurunkan derajatnya kaum yang Iain-Iain dengan sebab al-Quran itu pula - yakni yang menghalang-halangi pesatnya Islam dan tersebarnya ajaran-ajaran al-Quran itu."
(Riwayat Muslim)

994. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Tidak dihalalkanlah dengki itu, melainkan terhadap dua macam orang, yaitu: Orang yang diberi kepandaian oleh Allah dalam hal al-Quran, lalu ia berdiri dengan al-Quran itu - yakni membaca sambil memikirkan dan juga mengamalkannya - di waktu malam dan waktu siang, juga seorang yang dikaruniai oleh Allah akan harta lalu ia menafkahkannya di waktu malam dan siang - untuk kebaikan."
(Muttafaq 'alaih)

995. Dari al-Bara' bin 'Azib r.a., katanya: "Ada seorang lelaki membaca surat al-Kahfi dan ia mempunyai seekor kuda yang diikat dengan dua utas tali, kemudian tampaklah awan menutupinya. Awan tadi mendekat dan kuda itu lari dari awan tersebut. Setelah pagi menjelma, orang itu mendatangi Nabi s.a.w. menyebutkan apa yang terjadi atas dirinya itu. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Itu adalah sakinah* - ketenangan yang disertai oleh malaikat - yang turun untuk mendengarkan bacaan al-Quran itu."
(Muttafaq 'alaih)

Dalam Hadisnya Zaid bin Tsabit r.a., katanya: "Saya berada di samping Rasulullah s.a.w., lalu beliau dilutupi oleh sakinah." Yang dimaksudkan ialah ketenangan ketika ada wahyu turun pada beliau. Di antaranya lagi ialah Hadisnya Ibnu Mas'ud r.a.: "Tidak jauh bahwa sakinah itu terucapkan pada lisannya Umar r.a." Ada yang mengatakan bahwa sakinah ialah kedamaian dan ada yang mengatakan kerahmatan.

996. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang membaca sebuah huruf dari kitabullah -yakni al-Quran, maka ia memperoleh suatu kebaikan, sedang satu kebaikan itu akan dibalas dengan sepuluh kali lipat yang seperti itu. Saya tidak mengatakan bahwa alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim juga satu huruf."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.

997. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya orang yang dalam hatinya tidak ada sesuatu apapun dari al-Quran - yakni tidak ada sedikitpun dari ayat-ayat al-Quran yang dihafalnya, maka ia adalah sebagai rumah yang musnah - sunyi dari perkakas."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.

998. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Dikatakanlah - nanti ketika akan masuk syurga - kepada orang yang mempunyai al-Quran - yakni gemar membaca, mengingat-ingat kandungannya serta mengamalkan isinya: "Bacalah dan naiklah derajatmu - dalam syurga - serta tartilkanlah - yakni membaca perlahan-lahan - sebagaimana engkau mentartilkannya dulu ketika di dunia, sebab sesungguhnya tempat kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca," maksudnya kalau membaca seluruhnya adalah tertinggi kedudukannya dan kalau tidak, tentulah di bawahnya itu menurut kadar banyak sedikitnya bacaan.
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.

Friday, November 17, 2006

Pecinta Kekasih

sebuah nasihat dari Nasihat Imam Ibnul Qayyim..

Jika kamu ingin tahu
Seberapa besar cinta Allah SWT kepadamu
Dan kepada selainmu,
Lihatlah keadaan-keadaan berikut ini:

Lihatlah, seberapa besar intensitas cintamu
Kepada kalam-Nya di hatimu!

Lihatlah seberapa dahsyat kenikmatanmu
Dan keasyikanmu tatkala mendengar
lantunan firman-firman-Nya!

Sudahkah keasyikan itu
Melebihi keasyikan para pecandu musik
Dan nyanyian
Tatkala nyanyian itu didendangkan?

Sesungguhnya wajar
Jika seseorang mencintai seorang kekasih,
Lalu suara dan pembicaraan kekasihnya itu
Menjadi sesuatu
yang sangat dicintai…


Tidak boleh didamba-dambakan kecuali dua kenikmatan:
Seseorang yang diberi Allah Al Qur’an,
lalu ia membacanya sepanjang malam dan siang
Dan seseorang yang diberi Allah harta,
Lalu ia membelanjakannya di jalan Allah sepanjang malam dan siang.

(Muttafaq ‘Alaih)

Thursday, November 16, 2006

Indahnya Hidup di Bawah Naungan Al Qur’an

quote:
"Al Qur'an.
Barangsiapa yang mempelajari ilmunya akan terdahulu,
barangsiapa yang berbicara dengannya akan benar,
barangsiapa berhukum dengannya akan adil,
barangsiapa yang beramal dengan membacanya akan dicukupkan pahalanya,
dan barangsiapa yang berdakwah kejalannya akan diberi hidayah ke jalan yang lurus."
(hadits)

Selamat menikmati indahnya hidup.. :)

^_^

**


Indahnya Hidup di Bawah Naungan Al Qur’an

“Dan barangsiapa berpaling dari adz-`Dzikr-KU, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit dan KAMI akan menghimpunnya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.”
(QS Thaha, 20:124)

SIKAP RASULULLAH SAW DAN PARA SAHABATNYA TERHADAP AL-QUR’AN

Di dalam kitab Mabahits fi Ulumil Qur’an ust DR Manna Khalil al-Qaththan menggambarkan sikap Nabi Muhammad SAW dan kecintaan beliau kepada al-Qur’an sbb :
Adalah Rasulullah SAW itu sangat mencintai wahyu…
beliau senantiasa menunggu2 datangnya ayat2 ALLAH SWT dengan penuh kerinduan..
Sehingga jika turun suatu ayat, maka tidak terasa bibirnya yang mulia itu segera bergerak2 menirukan ucapan Jibril as sebelum wahyu itu selesai dibacakan…
Sehingga ALLAH SWT menurunkan ayat yang menjamin Nabi SAW akan hafal seluruh al-Qur’an dan memerintahkan beliau SAW agar sabar mendengarkan dulu sampai ayat tersebut selesai dibacakan baru kemudian mengikutinya (QS Al-Qiyamah, 17-18).

Hal ini begitu membekas dan mempengaruhi para sahabat ra dan para salafus shalih, sehingga mereka mencurahkan perhatian yang sangat besar terhadap ayat2 al-Qur’an, dan menjadikannya perintah harian dari RABB-nya, sebagaimana perkataan salah seorang sahabat mulia Ibnu Mas’ud ra : “Demi DZAT yang tidak ada Ilah kecuali DIA, tidak ada satupun surah al-Qur’an yang turun kecuali aku mengetahui dimana surah itu turun, di musim panas atau di musim dingin, dan tidaklah satu ayatpun dari Kitabullah yang diturunkan kecuali aku mengetahui tentang apa ayat itu turun dan kapan ayat itu turun.”

Perhatian para sahabat dan salafus shalih yang luarbiasa besar ini kepada al-Qur’an bukanlah disebabkan karena pada waktu itu tidak ada peradaban lain yang maju dan modern (karena pada waktu itu dunia telah dikuasai oleh dua super power dengan segala khazanah peradabannya, yaitu Byzantium di Barat dan Kisra di Timur), tetapi focusing tersebut sengaja dilakukan oleh Rasulullah SAW agar membersihkan jiwa, pola pikir dan kehidupan para sahabat ra, karena proses kebangkitan sebuah generasi akan sangat tergantung pada apa yang menjadi dasar kebangkitan tersebut.

Demikian pentingnya pembersihan mindframe ini sehingga beliau menegur Umar ra, ketika ia membaca al-Qur’an dan Taurat secara berganti2 untuk memperbandingkan, kata beliau SAW pada sahabatnya itu :
“Buanglah itu! Demi DZAT yang jiwa Muhammad berada ditangan-NYA, seandainya Musa as masih hidup sekarang, maka tidak halal baginya kecuali harus mengikutiku, akulah penghulu para nabi dan akulah penutup para nabi.”

Sehingga sikap generasi sahabat Rasulullah SAW terhadap al-Qur’an adalah :

1. Membaca dengan benar, mengimani ayat-ayatnya dan mentadabburkannya.

Firman Allah SWT : “Apakah mereka tidak mentadabburkan al-Qur’an? Ataukah dalam hati mereka ada kunci?” (QS Muhammad : 24).

2. Mencurahkan perhatian yang besar untuk membaca dan mempelajari kandungan al-Qur’an,

yang sangat jauh berbeda dengan generasi kaum muslimin saat ini yang demikian jauh dari petunjuk PEMILIK dan PENCIPTA-nya, yang jangankan memahaminya, membacanyapun seolah tak ada waktu…

Maha Benar ALLAH dengan firman-Nya :
“Pada hari dimana berkatalah Rasul : Wahai RABB-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qur’an ini sebagai sesuatu yang ditinggalkan. Dan demikianlah KAMI jadikan bagi setiap nabi, musuh-musuh dari orang-orang yang berdosa, dan cukuplah RABB-mu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.”
(QS al-Furqan : 30-31).

Berkata al-hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya :
Yang dimaksud meninggalkan Al-Qur’an dalam ayat ini yaitu mencakup :
Mengutamakan hal-hal lain daripada al-Qur’an,
tidak beriman pada ayat-ayatnya,
tidak mentadabburkannya,
tidak memahami apa yang ia baca,
tidak mengamalkan ayat-ayat yang dibaca,
disibukkan oleh syair-syair, pendapat-pendapat dan lagu-lagu..
(Tafsir Ibnu Katsir, juz III hal 317)

3. Menjadikan Al-Qur’an sebagai standar kehidupan dan sumber pengambilan hukum dalam tiap aspek kehidupan mereka.

Dalam salah satu hadits disebutkan:
Dari Harts al-A’war ia berkata : Aku lewat di mesjid dan melihat orang-orang sedang asyik bercerita-cerita, maka aku kabarkan pada Ali ra : Wahai Amirul Mu’minin, tidakkah Anda mengetahui orang sedang asyik bercerita?
Maka beliau menjawab : Apakah mereka melakukannya?
Maka jawabku : Benar!
Maka kata beliau : Adapun aku pernah dinasihati oleh kekasihku SAW :
Sesungguhnya kelak akan datang bencana.
Maka kataku : Bagaimana jalan keluarnya wahai Rasul Allah?

Maka jawab beliau SAW : Kitabullah!

Karena di dalamnya terdapat
kabar tentang ummat-ummat sebelum kalian,
dan berita-berita tentang apa yang akan terjadi setelah kalian,
dan hukum-hukum bagi apa yang terjadi di masa kalian,
ia adalah jalan yang lurus dan tidak ada kebengkokan,
tidaklah para penguasa yang meninggalkannya akan dihinakan ALLAH,
dan tidaklah orang yang mencari petunjuk selainnya akan disesatkan ALLAH,
dia adalah tali ALLAH yang sangat kokoh,
cahaya-NYA yang terang benderang,
peringatan-NYA yang paling bijaksana,
jalan-NYA yang paling lurus.

Dengannya tidak akan pernah puas hati orang yang merenungkannya,
dan tidak akan bosan lidah yang membacanya,
dan tidak akan lelah orang yang membahasnya.
Tidak akan kenyang ulama mempelajarinya,
tak akan puas muttaqin menikmatinya.

Ia tak akan bisa dipatahkan oleh banyaknya penentangnya,
tak akan putus keajaibannya,
tak akan henti-henti jin yang mendengarkannya berkata :
Sungguh kami telah mendengar Al-Qur’an yang menakjubkan…

Barangsiapa yang mempelajari ilmunya akan terdahulu,
barangsiapa yang berbicara dengannya akan benar,
barangsiapa berhukum dengannya akan adil,
barangsiapa yang beramal dengan membacanya akan dicukupkan pahalanya,
dan barangsiapa yang berdakwah kejalannya akan diberi hidayah ke jalan yang lurus.
Amalkan ini wahai A’war..
(HR ad-Darami dan teks ini darinya, juga diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan ia berkata hadits gharib)

Keadaan Ummat Terdahulu (orang-orang Kafir) terhadap Kitab-kitab Mereka.

Marilah kita bercermin pada profil ummat-ummat terdahulu terhadap kitab-kitab mereka dan marilah kita bandingkan dengan keadaan kita masing-masing, agar kita tidak tersesat sebagaimana mereka dahulu telah tersesat dari jalan ALLAH SWT :

1. Ummi (Bodoh tidak dapat membaca dan memahaminya)
“Dan diantara mereka ada orang-orang yang ummi, tidak mengetahui isi Taurat, kecuali cerita-cerita dari orang-orang lain saja dan mereka hanya menduga-menduga saja.”
(QS al-Baqarah : 78)

2. Beriman secara parsial
“Apakah kalian beriman pada sebagian Taurat dan ingkar kepada sebagian yang lain.”
(QS al-Baqarah : 85)

3. Berusaha untuk berpaling dari Al-Qur’an kepada selainnya
“Dan sesungguhnya mereka hampir-hampir memalingkan kamu dari apa yang telah KAMI wahyukan kepadamu, agar kamu membuat selain al-Qur’an secara bohong terhadap KAMI, dan kalau sudah demikian tentulah mereka mengambilmu sebagai sahabat setia …”
(QS al-Isra : 73)

4. Sengaja menghindar dari pengaruh Al-Qur’an
“Dan orang-orang kafir berkata : Janganlah kalian mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-Qur’an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kalian dapat mengalahkannya.”
(QS Fushshilat : 26)

5. Cinta dunia dan takut mati
“Sekali-sekali janganlah begitu! Sebenarnya kalian (hai manusia) mencintai kehidupan dunia dan lari dari akhirat.”
(QS al-Qiyamah : 20-21)

Nabiel Fuad Al-Musawa
REFERENSI :
Mabahits fi ‘Ulumil Qur’an, Syaikh Manna’ Khalil al-Qaththan


Sumber : Al-Ikhwan

Wednesday, November 15, 2006

Kewajiban Kita Terhadap Al Quran

sebuah tausiyah dari Imam Syahid..
mengingatkan kembali untuk semakin meningkatkan interaksi dengan Al Quran
"minimal 1 juz per-hari"
insya Allah..

selamat menyimak tausiyah beliau.. :)
^_^


**


Kewajiban Kita Terhadap Al – Quran

Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt. Kita ucapkan selawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad, untuk segenap keluarga dan sahabat baginda, serta siapa saja yang menyerukan dakwahnya hingga hari kiamat.

Ikhwan tercinta, saya sampaikan salam penghormatan Islam, salam penghormatan dari Allah, yang baik dan diberkahi: assalamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Seseorang layak berasa pelik terhadap sikap kebanyakan manusia terhadap kitab Allah swt.: Al-Qur'anul Karim.

Ikhwan sekalian, sebagaimana saya katakan sebelumnya, sikap kebanyakan manusia pada waktu ini terhadap kitab Allah ibarat sekelompok manusia yang diliputi kegelapan dari segala penjuru. Mereka keliru, berjalan tanpa sebarang petunjuk pun. Kadang-kadang mereka
jatuh ke jurang, kadang-kadang melanggar batu, dan kadang-kadang saling berlanggaran.

Keadaan mereka terus demikian, tersesat membabi buta dan berjalan dalam kegelapan yang pekat. Padahal di hadapan mereka ada sebuah tombol elektrik yang andaikata mereka tekan dengan jari, maka gerakan yang sedikit itu dapat menyalakan sebuah lampu yang terang-benderang.

Inilah Saudarasaudaraku, perumpamaan umat manusia sekarang dan sikap mereka terhadap kitab Allah.

Seluruh dunia ini tersesat dalam kegelapan yang pekat. Seluruh alam berjalan tanpa petunjuk.
Berbagai-bagai sistem telah rosak, masyarakat telah hancur, nasionalisme telah jatuh. Setiap kali manusia membuat sistem baru untuk diri mereka, dengan cepat sistem itu menemui kegagalan. Hari ini, manusia tidak mendapatkan jalan selain berdoa, bersedih, dan menangis. Sungguh aneh, kerana di hadapan mereka sebenarnya terdapat Al-Qur'anul Karim, kitab Allah swt.

“Bak Unta mati kehausan di padang pasir,sedangkan air terpikul di punggungnya”

Mereka tidak mendapatkan jalan petunjuk, padahal di hadapan mereka ada cahaya yang sempurna.

"Tetapi Kami jadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnyaKami benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (Asy-Syura: 52)

"Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya terang yang diturunkan kepadanya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Al-A 'raf: 157)

"Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kalian Rasul Kami, menjelaskan kepada kalian banyak dari isi Al-Kitab yang kalian sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepada kalian cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan dan mengeluar-kan mereka dari gelap gelita kepada cahaya terang benderang dengan izin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus." (Al-Maidah: 15-16)

"Inilah Kitab yang Kami turunkan kepadamu agar kamu mengeluarkan manusia dari
kegelapan menuju cahaya." (Ibrahim: 1).

"Maka berimanlah kalian kepada Allah, Rasul-Nya, dan cahaya (Al-Qur'an) yang telah
Kami turunkan. Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan." (At-Taghabun: 8).

Ikhwan sekalian, kembali saya ingin katakan bahawa barangkali suatu hal yang wajar jika orang-orang kafir yang mata mereka belum dibuka untuk melihat cahaya ini, berjalan tanpa petunjuk dalam kehidupan mereka. Ini logik dan dapat diterima, kerana Allah swt. berfirman,
"Dan barangsiapa yang tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka ia tiada memiliki cahaya sedikit pun." (An-Nur:40).

Bagaimana pula halnya dengan orang-orang mukmin yang mengimani, membenarkan, mencintai, menghormati dan mengagungkannya, yang tidak ada satu pun dari rumah-rumah mereka dan tidak satu pun dari saku-saku baju mereka yang tidak terdapat mushaf dari Kitabullah.

Ikhwan sekalian, orang-orang kafir telah menipu mereka dengan cahaya itu, menjauhkan mereka dari petunjuk, menyesatkan mereka dari jalan, dan menjauhkan tangan mereka dari sumber mulia dan dari tombol elektrik ini; kadang-kadang dengan jerat politik, kadang-kadang dengan perangkap ilmu duniawi.
"Mereka hanya mengetahui kehidupan dunia yang lahir, sedangkan tentang kehidupan akhirat mereka lalai." (Ar-Rum: 7)

Mereka terus memperdayakan; terkadang dengan harta benda, kadang-kadang melalui hawa
nafsu, kadang-kadang dengan tipu muslihat, dan di saat lain dengan kekuatan, paksaan, dan
kekejaman.

Wahai Ikhwan sekalian, semua pembawaan ini terus digunakan oleh para penganut kekafiran.
Orang-orang kafir itu menjauhkan manusia dan kaum muslimin dan petunjuk. Telah lama kaum
muslimin mengikuti dan berlari di belakang kesesatan mereka. Akibatnya, mereka lupa kepada
sumber petunjuk ini dan mengekor saja di belakang orang-orang kafir. Padahal Allah swt. telah
memperingatkan mereka dari tindakan itu.
"Wahai orang-orang beriman, jika kalian mengikuti orang-orang kafir, nescaya mereka mengembalikan kalian ke belakang (kepada kekafiran), lantas jadilah kalian orang-orang yang rugi. Tetapi (ikutilah Allah), Allah merupakan Pelindung kalian, dan Dialah sebaik-baik Penolong." (Ali Imran: 149- 150)

Ikhwan sekalian, karena Allah mengetahui bahawa orang-orang kafir kadangkala menggertak orang-orang beriman dengan kekuatan yang mereka miliki, maka Allah swt. ingin mencabut pengaruhnya dari hati kaum muslimin.
"Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu, Tempat kembali mereka adalah neraka; dan alangkah buruknya tempat kembali orang-orang yang zalim." (Alilmran:151).

Kemudian Allah swt. menyebutkan peristiwa yang nyata untuk menjadi pengiring bagi dalil yang tegas itu.
"Sesungguhnya Allah telah memenuhi janjiNya kepada kalian, ketika kalian membunuh mereka dengan izinNya sampai pada saat kalian lemah dan berselisih dalam urusan itu dan menderhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepada kalian apa yang kalian sukai. Di antara kalian ada yang mengkehendaki dunia dan di antara kalian ada yang mengkehendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kalian dari mereka untuk menguji kalian; dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kalian. Dan Allah pemberi kurnia bagi orangorang yang beriman." (Ali Imran: 152).

Ikhwan sekalian, demikianlah. Allah swt. memperingatkan orang-orang mukmin dengan Al-Qur'an, jangan sampai mereka mengikuti jalan orangorang kafir atau tertipu oleh tipu muslihat dan rancangan mereka.

"Wahai orang-orang beriman, jika kalian mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al-Kitab, nescaya mereka akan mengembalikan kalian menjadi kafir setelah kalian
beriman." (Ali Imran: 100)

"Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan muslim. Dan berpegang teguhlah kalian semua pada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian berpecah-belah." (Ali Imran: 102- 103)

"Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian menaati orang-orang kafir, nescaya mereka mengembalikan kalian ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kalian orang-orang yang rugi.”(Ali Imran: 149).

Orang-orang kafir itu diciptakan dengan memiliki watak menipu dan memperdaya orangorang beriman.

"Sebahagian besar Ahli Kitab berkeinginan untuk mengembalikan kalian kepada kekafiran setelah kalian beriman kerana kedengkian (yang timbul) dan din mereka, setelah nyata bagi mereka kebenaran." (Al-Baqarah: 109)
"Mereka ingin supaya kalian menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, sehingga
kalian dan mereka sama." (An-Nisa': 89)
"Jika mereka menangkap kalian, nescaya mereka bertindak sebagai musuh bagi kalian dan melepaskan tangan dan lidah mereka kepada kalian dengan menyakiti, dan mereka ingin supaya kalian menjadi kafir." (Al-Mumtahanah: 2).

Ikhwan sekalian, jelas sekali bahawa dada mereka tidak akan terbebas dari keinginan ini, iaitu keinginan agar orang-orang beriman kembali menjadi kafir.
"Mereka tidak henti-henti memerangi kalian sampai mereka dapat mengembalikan kalian dari agama kalian jika mereka mampu." (Al-Baqarah: 217).

Ini merupakan ilustrasi yang tepat mengenai perasaan orang-orang kafir terhadap orang-orang beriman. Sekalipun demikian, orang-orang yang beriman didominasi oleh rasa toleransi, sehingga mereka melupakan peringatan ini.
"Beginilah kalian ini. Kalian mencintai mereka padahal mereka tidak mencintai kalian, dan kalian beriman kepada semua kitab. Jika berjumpa dengan kalian, mereka berkata, 'Kami beriman.' Apabila mereka menyendiri, mereka menggigit hujung jari lantaran marah bercampur benci kepada kalian. Katakanlah, 'Mampuslah kalian kerana kemarahan kalian itu.' Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. Jika kalian memperoleh kebaikan, mereka bersedih hati, tetapi jika kalian ditimpa bencana, mereka bergembira kerananya. Jika kalian bersabar dan bertaqwa, tipu daya mereka tidak akan membahayakan kalian sedikit pun. Sesungguhnya Allah mengetahui segala yang mereka kerjakan." (Ali Imran; 119-120).

Meskipun ada peringatan semacam ini dan kitab Allah telah mengungkap keadaan jiwa mereka sedemikian rupa, kita tetap menjerumuskan diri kita ke jurang dan berjalan mengikuti orang- orang kafir. Bagaimana tidak, kita masih berperilaku sebagaimana perilaku orang-orang kafir, padahal mereka menipu kita dengan segala pembawaan dan cara. Cahaya ini memang tidak dimiliki oleh orangorang kafir, namun mereka cukup gembira bila mereka berhasil menjauhkan kita darinya.

Bagaimanakah keadaan yang terjadi sekarang, wahai Ikhwan sekalian? keadaan yang terjadi adalah, orang-orang kafir tidak percaya kepada cahaya ini, sedangkan orang-orang beriman tidak mengetahuinya, keadaan ini sungguh ironi.

Keadaan yang membawa manusia kepada segala macam penderitaan. Kerana itu, orang-orang yang telah mengambil petunjuk Al-Qur'an wajib menyelamatkan diri sendiri sekaligus orang lain. Lantas apakah kewajipan kita sebagai orang yang telah beriman kepada Al-Qur'an?

Ikhwan sekalian, kewajiban kita terhadap Al-Qur'anul Karim ada empat:

1. Hendaklah kita memiliki keyakinan yang sungguh dan kuat bahawa tidak ada yang dapat menyelamatkan kita kecuali sistem sosial yang diambil dan bersumber dari kitab Allah swt. ini.

Sistem sosial apa pun yang tidak bersumber atau tidak berlandaskan kepada Al-Qur'anul Karim pasti bakal menemui kegagalan. Misalnya, banyak orang mengatasi masalah ekonomi dengan terapi pembaikan, "tidak menggemukkan dan tidak pula sekadar menghilangkan lapar".

Sementara Al-Qur'anul Karim telah menggariskan aturan tentang zakat, mengharamkan riba, mewajibkan kerja, melarang pemborosan, sekaligus sekaligus menanamkan kasih sayang antara sesama manusia.
Dengan arahan semacam masalah kemiskinan tentu dapat segera diselesaikan. Tanpa jalan penyelesaian ini, tidak mungkin ia dapat diselesaikan. Selain penyelesaian semacam ini, semuanya hanya ibarat pil penenang sementara.

Contoh lain adalah masalah kesihatan.

Ikhwan sekalian, kalian mendapati mereka ibarat orang yang membuka botol minuman berdiameter tiga milimeter, sedangkan di bawahnya terdapat tapak yang berdiameter tiga meter. Mereka membuat rumah-rumah sakit dan klinik-klinik kesihatan, tetapi akar penyakit tidak dibanteras. Misalnya, taraf hidup yang masih rendah. Padahal Islam menghendaki peningkatan taraf hidup dan pembanterasan berbagai-bagai kemungkaran.

Rasulullah S.A.W bersabda:
"Tidaklah perilaku keji terlihat nyata di tengahtengah suatu kaum, kecuali akan banyak penyakit menimpa mereka, yang tidak pernah menimpa orangorang sebelum mereka."

Ikhwan sekalian, contoh lain misalnya pembanterasan jenayah. Apakah kita akan memenjarakan pencuri ke penjara agar dia mengasah kehebatannya kepada jenayah-jenayah sehingga semakin lama masa tinggalnya di penjara, semakin tinggi pula kehebatanya dalam melakukan jenayah? Andaikata nas Al-Qur'an berikut ini diambil, "Atau diasingkan dari negeri (tempat kediamannya)", nescaya hal ini akan memberikan banyak manfaat kepada Negara.

2. Bagaimana pendapat Anda jika sistem ini diterapkan secara menyeluruh?

Ikhwan sekalian, penyelesaiannya hanya Islam. Islam tidak menerima persekutuan. Kerana itu, kita wajib mempercayai bahawa hanya Islam yang layak menyelamatkan umat ini dari setiap bencana yang menimpa dalam seluruh aspek kehidupan. Maka dengan itu, kaum muslimin wajib menjadikan kitab Allah sebagai sahabat karib, kawan bicara, dan guru. Kita harus membacanya. Jangan sampai ada hari yang kita lalui tanpa menjalinkan hubungan dengan Allah swt. melalui Qur'an.

Demikianlah keadaan para pendahulu kita, kaum Salafus soleh, semoga Allah meredhai mereka. Mereka tidak pernah kenyang dengan Al-Qur'anul Karim. Mereka tidak pernah meninggalkannya. Bahkan mereka mencurahkan waktu mereka untuk itu, sehingga Rasulullah saw. melarang mereka berlebihan di dalamnya.

Setidak-tidaknya, Saudaraku, hendaklah kita membaca Al-Qur'an secara rutin, meskipun sedikit. Sunah mengajarkan agar kita mengkhatamkannya tidak lebih dari satu bulan dan tidak kurang dari tiga hari.

Sayidina Umar bin Abdul Aziz apabila disibukkan oleh urusan kaum muslimin, beliau mengambil mushaf dan membacanya walaupun hanya dua atau tiga ayat. Beliau berkata, "Agar saya tidak termasuk mereka yang menjadikan Al-Qur'an sebagai sesuatu yang ditinggalkan."

Rasulullah S.A.W bersabda:
"Barangsiapa membaca satu ayat dari Kitabullah, maka dia memperoleh sepulub kebaikan untuk setiap huruf. Barangsiapa mendengarkannya, maka ia akan memperoleh cahaya pada bari kiamat."

Orang yang telah menghafalkan Al-Qur'an kemudian melupakannya, dia telah melakukan satu dosa besar. Kerana itu, Ikhwan sekalian, Anda harus rajin membaca Al-Qur'anul Karim dan menetapkan bacaan rutin dan kitab Allah swt. untuk din Anda.

Hendaklah kalian tekun melaksanakannya, sebagai peneladanan terhadap para pendahulu umat ini, sebagai pelaksanaan perintah Allah swt. dan agar mendapatkan manfaat dan kandungan kitabNya.

3. Setelah itu, ketika membaca Al-Qur'an kita harus memperhatikan adab-adab membacanya dan ketika mendengarkan kita juga harus memperhatikan adab-adab mendengarnya.

Hendaklah kita berusaha merenungkan dan meresapinya. Rasulullah saw. bersabda:
"Sesungguhnya Al-Qur'an ini turun dengan kesedihan, maka jika kamu membacanya, hendaklah kamu menangis. Jika kamu tidak menangis, maka buatlah seolah-olah dirimu menangis."

Akhi, ini ertinya adalah, bahawa jika hati anda belum dapat konsentrasi sampai pada tingkat menghayatinya, hendaklah Anda berusaha untuk menghayatinya. Janganlah syaitan memalingkan anda dari keindahan perenungan sehingga anda tidak mendapatinya.

Tekunlah! andaikan dalam membaca anda hanya dapat menggerakkan lidah, teruskanlah membaca!
Hendaklah anda menyediakan waktu untuk menghafal dan mengulang.
Usahakan agar anda benar-benar meresapi kandungan makna Al-Qur'an.

Banyak riwayat menceritakan bahawa pada suatu malam Sayidina Umar bin Khathab ra. pergi berkeliling kota. Tiba-tiba beliau mendengar seseorang membaca, "Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Demi bukit Thur. Dan demi kitab yang ditulis. Pada lembaran yang terbuka. Dan demi Baitul Makmur. Dan demi atap yang ditinggikan (langit). Dan demi laut yang di dalam tanahnya ada api. Sesungguhnya seksa Tuhanmu pasti terjadi. Tidak ada yang dapat mencegahnya." (At-Thur: 1-8).

Ketika mendengar bacaan ini, beliau berkata, "Inilah sumpah yang benar, demi Tuhan Pemilik Ka'bah." Beliau lantas tersungkur pengsan. Beliau dimamah oleh seorang sahabat yang bernama Aslam dan dibawa ke rumahnya. Beliau sakit selama tiga puluh hari, dijenguk oleh masyarakat.

Akhi, demikian halnya dengan Umar bin Abdul Aziz. Suatu ketika beliau datang ba'da isya'. Beliau lantas berwudhu dan berdiri melaksanakan solat. Beliau membaca, "(Kepada malaikat diperintahkan) kumpulkanlah orang-orang zalim dan teman sejawat mereka beserta apa yang selalu mereka sembah, selain Allah. Lantas tunjukkan kepada mereka jalan menuju neraka Jahim. Dan hentikan mereka, sesungguhnya mereka akan ditanya." (Ash-Shafat; 22-24).

Beliau terus mengulang-ulang ayat, "Dan hentikanlah mereka, sesungguhnya mereka akan ditanya," sampai muadzin datang untuk mengumandangkan azan subuh.

Demikianlah, Ikhwan sekalian, penghayatan mereka terhadap kitab Al-Qur'anul Karim. Pada zaman Imam Syafii, jika mereka ingin mempelajari kitab Allah di Makkah, mer eka mengirimkan surat kepada beliau, agar beliau membacakan kitab Allah. Beliau tidak pernah terlihat menangis, seperti pada hari tersebut.

Hendaklah kita juga membaca Al-Qur'an dengan bacaan yang membuahkan.

Jika Al-Qur'an ini dapat menyentuh hati orang-orang kafir, yang merupakan manusia paling jauh kemungkinannya untuk menghayati kitab Allah, maka bagaimana pula dengan kita? Lihatlah Utbah bin Rabi'ah (seorang kafir), ketika mendengar bacaan Al-Qur'an dari Rasulullah saw., dia berkata.
"Sesungguhnya bacaan ini mengandungi kelazatan dan keindahan. Atasnya membuahkan, bawabnya menyejukkan. Sungguh, ini bukan perkataan manusia."

Begitu pula yang terjadi pada Najasyi dan kaumnya ketika mendengar Ja'far bin Abi Thalib membaca Al-Qur'an. Teresak-esak mata mereka dialiri oleh air mata.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang beriman?

Seharusnya, ketika orang-orang beriman membaca kitab Allah swt. adalah sebagaimana yang difirmankanNya, "Allah telah menurunkan sebaik-baik perkataan, iaitu Al-Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang; gemetar kerananya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian kulit dan hati mereka menjadi tenang pada waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu ia menunjuki siapa yang dikehendakiNya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun yang mampu memberikan petunjuk kepadanya." (Az-Zumar: 23).

Akhi, setelah kita beriman bahwa Al-Qur'an adalah satu-satunya penyelamat, kita wajib mengamalkan hukumhukumnya.

Hukum-hukum Al-Qur'anul Karim menurut yang saya ketahui, terbahagi kepada dua:

a Hukum-hukum individu yang berkaitan dengan setiap orang,
seperti solat, puasa, zakat, haji, taubat, serta akhlak, yang meliputi kejujuran, menepati janji, kesaksian, dan amanat.

Ini semua, wahai Saudaraku, merupakan hukum-hukum yang berhubungan dengan manusia secara umum. Setiap orang dapat melaksanakannya sendiri. Ketika Anda membaca Al-Qur'an, Anda harus mematuhi hukum-hukum dan batasan-batasannya.

Barangsiapa yang belum pernah solat, kemudian membaca firman Allah swt., "Dan dirikanlah solat," (An-Nur: 56) maka dia harus melaksanakan solat. Dan ketika membaca, "Dan janganlah kamu mengurangi timbangan manusia," (Al-A'raf: 85) maka Anda harus memenuhi hak setiap orang. Seharusnya Anda tidak perlu menunggu orang lain untuk melaksanakan hal ini. Sesuatu yang halal itu sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas.

b. Kedua adalah hukum-hukum yang berkaitan dengan masyarakat, atau hukumhukum yang berkaitan dengan penguasa.

Ini semua merupakan kewajiban negara, misalnya menegakkan hudud (persetujuan hukum), jihad, dan masalah-masalah yang merupakan tugas negara dalam Islam. Negara wajib melaksanakannya. Jika negara tidak melaksanakannya, ia bertanggungjawab di hadapan Allah swt. Kewajiban rakyat dalam keadaan demikian adalah menuntut elaksanaannya. Sesungguhnya Islam tidak membebaskan umat dari tanggungjawab.

Sekarang, bagaimana umat dapat mewujudkan hal ini? Hendaklah umat bersatu padu. Hendaklah umat menyatukan kata, menuntut, dan terus menuntut. Hendaklah umat menggunakan segala cara untuk menyampaikan tuntutan ini, khususnya jika sistem kenegaraan yang berlaku seperti sistem kenegaraan di Mesir. Jika demikian, tidak ada alasan bagi siapa pun
untuk tidak menyatakan hal ini dengan terus terang. Umat tidak dapat dilepaskan dari kewajipan mengawasi Negara.

Ikhwan sekalian, hendaklah kita menyatukan barisan dan menyatukan kata, sehingga kita menjadi kuat, diperhitungkan, dan mempunyai suara agar negara dapat memandang kenyataan yang ada. Dengan demikian, cepat atau lambat kita akan sampai kepada tujuan, insyaAllah.

Semoga selawat dan salam dilimpahkan kepada junjungan kita, Muhammad, juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya.

Hassan Al-Banna

Tuesday, November 14, 2006

Adab Membaca Al Quran

teringat tausiyah dari seorang ustadz..
ketika membaca Al Quran, usahakan untuk selalu meng-Hadirkan Hati..
bahwa yang kita baca adalah kalam Allah, Sang Khaliq..
mengagungkan Kalam-Nya..
merasakan ke-Maha Agung-an Allah Al Azhiim..
ke-Maha Perkasa-an Allah Al Aziz..
ke-Maha Kuasa-an Allah Al Akbar..

niatkan membaca adalah untuk ibadah..
untuk mencari ridho-Nya..

"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri."
(QS 35:29-30)

selamat membaca Al Qur'an.. :)

**


ADAB MEMBACA AL QUR’AN

1. NIAT YANG IKHLAS KARENA ALLAH

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, bersabda Nabi SAW:
“Sesungguhnya ALLAH SWT tidak memandang kepada bentuk tubuhmu dan tidak juga pada rupa wajahmu, tetapi IA memandang kepada keikhlasan hatimu.”
(HR Muslim)

Dari Mu’adz bin Jabal ra berkata:
“Aku membonceng Nabi SAW yang sedang mengendarai Keledai, maka beliau SAW berkata padaku: Wahai Mu’adz, tahukah Anda apa hak ALLAH terhadap hamba dan apa hak hamba terhadap ALLAH?
Maka saya menjawab: ALLAH dan Rasul-NYA lebih mengetahui.
Maka kata Nabi SAW: Hak ALLAH terhadap hamba adalah agar mereka beribadah kepada-NYA dan tidak menyekutukan-NYA sedikitpun. Dan hak hamba terhadap ALLAH adalah bahwa ALLAH tidak akan menyiksa hamba yang tidak menyekutukan kepada ALLAH sedikitpun.”
(HR Muttafaq ‘alaih)

2. BERWUDHU SEBELUM QIRO’AH

“Seseorang memberi salam kepada Nabi SAW ketika beliau SAW sedang berwudhu maka beliau SAW menunda menjawab salam tersebut sampai beliau SAW selesai berwudhu’ baru kemudian dijawab salamnya oleh beliau SAW, sambil bersabda: Sebenarnya tidak ada yang menghalangiku untuk menjawab salammu tadi, melainkan karena aku tidak suka menyebut nama ALLAH, kecuali dalam keadaan suci.”
(HR Ahmad, Abu Daud, An-Nasa’I dan Ibnu Majah)

3. MENGGUNAKAN SIWAK SEBELUM QIRO’AH

“Seandainya tidak memberatkan ummatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan shalat.”
(HR Bukhari dan Muslim)

4. MEMILIH TEMPAT/PAKAIAN YANG SUCI

Dari Anas bin Malik ra berkata bahwa Nabi SAW bersabda:
“Bahwa mesjid ALLAH tidak layak dikenai kencing atau kotoran manusia, karena sesungguhnya ia adalah untuk berdzikir kepada ALLAH dan membaca Al-Qur’an.”
(HR Muslim)

5. MEMBACA ISTI’ADZAH

“Maka apabila kamu membaca al-Qur’an maka mohonlah perlindungan dari Syaithon yang terkutuk.”
(QS An-Nahl 16:98)

6. SUNNAH MEMBAGUSKAN SUARA

“Barangsiapa yang tidak menghiasi al-Qur’an dengan suaranya maka bukan termasuk golonganku.”
(HR Abu Daud)

“Sungguh sebaik-baiknya suara manusia yang membaca al-Qur’an ialah yang jika engkau mendengar suara bacaannya maka engkau merasa bahwa ia seorang yang sangat takut kepada Allah.”
(HR Abu Daud)

7. MERENDAHKAN SUARA SAAT MEMBACA TERUTAMA SAAT BERADA DITEMPAT YANG RAMAI

“Dan serulah Rabb-mu dengan merendahkan diri dan merasa takut, sesungguhnya IA tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
(QS Al-A’raaf, 7:55)

“Dan sederhanakanlah berjalanmu dan rendahkanlah suaramu, karena sesungguhnya sejelek-jelek suara itu adalah suara keledai.”
(QS Luqman, 31:19)

8. MERASA TAKUT DAN KHUSYU’

“Dan apabila dibacakan dihadapan mereka ayat-ayat ALLAH, maka mereka segera bersujud sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.”
(QS Al-Israa’, 17:109)

“Dari Ibnu Mas’ud ra berkata: Bersabda Nabi SAW padaku pada suatu hari sebagai berikut: Wahai Ibnu Mas’ud, bacakan al-Qur’an untukku.
Maka aku bertanya: Apakah aku akan membacakannya untukmu padahal al-Qur’an itu diturunkan kepadamu?
Jawab beliau SAW: Aku senang mendengarkannya dari orang lain.
Maka kubacakan surat An-Nisaa’ dihadapan beliau SAW, sampai ketika aku sampai pada ayat: Maka bagaimanakah keadaanmu hai Muhammad, saat KAMI mendatangkan setiap ummat dengan seorang saksi nanti dan KAMI datangkan engkau sebagai saksi atas mereka semua? (QS An-Nisaa’ 4:41);
Maka bersabdalah beliau SAW padaku: Cukup sampai disini hai Ibnu Mas’ud.
Maka aku melirik pada wajah beliau SAW, maka kulihat wajahnya sudah penuh dengan linangan airmata.”
(HR Bukhari Muslim)

9. MERASAKAN BAHWA ALLAH SWT SEDANG MENDENGARKAN BACAANNYA

“Dari Abu Hurairah ra berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Tiada sesuatupun yang lebih disenangi oleh ALLAH SWT melainkan mendengarkan bacaan seorang hamba-NYA yang merdu sedang membaca al-Qur’an dengan jelas.”
(HR Bukhari dan Muslim)

10. BERUSAHA MEMENUHI KAIDAH TAJWIDNYA, MEMAHAMI DAN MENGAMALKANNYA

“Beliau SAW membaca al-Qur’an dengan perlahan, setiap bertemu dengan ayat tasbih beliau SAW bertasbih, setiap bertemu dengan ayat perlindungan beliau SAW berta’awwudz dan setiap bertemu dengan ayat pertanyaan, maka beliau SAW menjawabnya.”
(HR Muslim)

Tafsir Ibnu Abbas ra atas QS Al-Furqaan (25:30)
Wallahu a’lam.

Nabiel Fuad Al-Musawa

Sumber : Al-Ikhwan

Monday, November 13, 2006

Manhaj Tadabbur

sepenggal tasuiyah dari Imam Syahid..
"Ketika orang-orang beriman membaca kitab Allah swt. adalah sebagaimana yang difirmankanNya,
"Allah telah menurunkan sebaik-baik perkataan, iaitu Al-Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang; gemetar kerananya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian kulit dan hati mereka menjadi tenang pada waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu ia menunjuki siapa yang dikehendakiNya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun yang mampu memberikan petunjuk kepadanya."
(QS Az-Zumar 39:23)

Semoga kita termasuk di dalam golongan orang-orang yang mendapat petunjuk-Nya, amin

Selamat mentadabburi Al Qur'an.. :)

^_^

**


Manhaj Tadabbur (Metode Merenungkan Kandungan) Al-Qur’an yang Benar Sesuai Pemahaman Salafus-Shalih

MUQADDIMMAH

QS 47/24: Hati manusia tertutup jika tidak merenungkan kandungan/menganalisa al-Qur’an
QS 37/29: Al-Qur’an diturunkan agar dianalisa isinya, dan agar para ulil-albab selalu ingat.
QS 41/53: Allah akan membuktikan bahwa semua ucapan-NYA benar secara ilmiyyah pada suatu waktu.

Semua ayat yang ada dalam al-Qur’an adalah
hidayah yang terbaik,
kata-kata yang paling mulia,
kisah yang paling tinggi,
teman yang paling jujur
dan da’i yang paling alim dan sempurna.

Oleh karena itu Ibnu Mas’ud ra berkata:
“Jika kalian mendengar Allah SWT berfirman: Wahai orang-orang yang beriman ., maka dengarkanlah dengan sebaik-baiknya, karena perintahnya adalah sebaik-baik perbuatan yang harus kalian lakukan, dan larangannya adalah seburuk-buruk bahaya bagi kalian semua!”

URGENSI TADABBUR DALAM KEHIDUPAN MUSLIM

Kenyataan ummat Islam saat ini banyak yang menjauhi al-Qur’an akibat mengikuti kebiasaan-kebiasaan ummat non muslim, sebagaimana hadits:
“Dari Abu Hurairah ra: Bersabda Nabi SAW: Sungguh kalian akan mengikuti sunnah-sunnah ummat sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sampai-sampai seandainya mereka masuk kedalam lubang Biawak, maka kalianpun akan mengikuti juga.”
(HR Ibnu Majah, hadits no. 3994)

Wujud-wujud Penyakit Ummat Terdahulu:

1. UMMI (tidak dapat membaca dan memahami kitab mereka)

Penyakit inilah yang pernah menimpa para ahli Kitab (QS 2:78).
- Kata Ibnu Katsir: Arti ayat ini adalah tidak mengetahui tentang Kitab dan isinya.
- Kata Mujahid ra: Yaitu orang ahli Kitab yang sama sekali buta dan tidak memahami Kitab mereka dan mereka bicara tentang Kitab mereka hanya sangkaan dan kira-kira tanpa didasari hukum-hukum ALLAH. Lalu mereka katakan bahwa pikiran-pikiran mereka itu dari al-Kitab.
- Kata Ibnu Abbas ra: Mereka yang membaca tanpa mengetahui apa arti yang dibaca.

2. BERIMAN SECARA PARSIAL (QS 2:84-86)

- Sebagaimana orang Yahudi yang beriman pada sebagian isi al-Kitab tetapi menolak sebagian yang lain (QS 2:85), atau juga orang Nasrani (QS 15:90-91).
- Kata Ibnu Katsir: Dalam ayat ini ALLAH menolak orang Yahudi Madinah yang saling membunuh diantara kelompok mereka jika terjadi peperangan.
- Kata Ibnu Abbas ra (tentang QS 15:90-91): Mereka adalah orang Yahudi ahli Kitab yang hanya mau beriman pada sebagian saja isi Kitab tetapi menolak yang lain.

3. BANGGA PADA SELAIN MANHAJ ALLAH

a) Pada warisan-warisan Jahiliyyah (QS 2:170-171).
- Berkata Ibnu Katsir: maksudnya adalah sifat-sifat orang-orang kafir musyrikin Mekkah.
- Kata Ibnu Abbas ra: Ayat ini turun tentang sebagian orang Yahudi yang saat diajak beriman oleh Nabi SAW, mereka menjawab: Kami hanya akan mengikuti nenek-nenek moyang kami.
b) Pada manhaj/sistem buatan manusia (QS 17:73-77)
- Seperti dimasa Fir’aun dan para Thaghut dimasa kini.

4. TIDAK MENGETAHUI KITAB DAN MENYAMAKANNYA DENGAN CERITA-CERITA KUNO (QS 25; 4-6)

- Sebagaimana yang dilakukan oleh An-Nadhar bin Harits saat menyanggah dakwah Nabi SAW (QS 8:31).

5. MENINGGALKAN AL-QUR’AN (QS 25:30-31 dan 41:26-28)

- Orang-orang musyrik tidak mengacuhkan bacaan al-Qur’an dan jika mereka mendengarnya maka mereka bermain-main dan berbicara, lebih tertarik pada lagu-lagu, sya’ir-sya’ir dan pendapat-pendapat, sehingga mereka tidak mendengarnya. (QS 41:26-28)

6. CINTA DUNIA DAN SENANG DI DALAMNYA (75:17-21 dan 14:1- )

7. SALAH MENERAPKANNYA

- Misalnya banyak dibaca untuk mendapat uang, untuk simbol-simbol seremonial semata, untuk orang yang sudah mati saja, dan sebagainya. (h)

FAKTOR-FAKTOR YANG MENUNJANG KEBERHASILAN TADABBUR

1. BAHASA ARAB:
Karena al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab (QS 12/2), al-Hadits pun demikian pula, begitupun kitab Tafsir dan berbagai ilmu syari’ah.

2. NAHWU dan SHARAF:
Karena makna kata berubah dan berbeda tergantung pada i’rab-nya, maka seorang da’i harus memahaminya. E.g: Innamaa yakhsyallaha min ‘ibaadihil ulamaa artinya sangat berbeda dengan Innamaa yakhsyallahu min ‘ibaadihil ulamaa.

3. BALAGHAH:
Ma’aaniy, Bayaan, Badii’ Sebab dengan inilah kita bisa merasakan mu’jizat Qur’an, semakin diperdalam maka semakin dahsyat I’jaz-nya.

4. QIRA’AAT:
Tentang bagaimana melafazhkan al-Qur’an, dan sebagian qira’aat menafsirkan qira’aat yang lainnya. Yang mutawattir ada 7 riwayat, yang lain menyebutkan 14 riwayat.

5. USHUL FIQH:
Untuk mengenal bagaimana meng-istinbath dalil dan hukum-hukumnya. E.g: al-Ibrotu bi’umuumil lafzhi, laa bikhushuushi as-sabaab.

6. ASBAB NUZUL:
Sehingga kita dapat melihat secara jelas konteks ayat tersebut. Imam Ibnu Taimiyyah menyatakan: Fahmus sabab yuuritsu fahmil musabbab. E.g: Bagaimana shalat sunnah dikendaraan: Fa aina tuwalluu fatsamma wajhullah.

7. NASIKH - MANSUKH:
Yang menolak Nasikh & Mansukh hanyalah Yahudi, Syi’ah dan Mu’tazilah (As-Suyuthi). Yahudi menolak karena takut agamanya dinasakh oleh Islam, padahal mereka mengakui bahwa agama mereka menasakh syari’at Adam as (boleh nikah dengan saudara sekandung). E.g: QL = wajib (qum) tetapi dinasakh dengan ayat setelahnya (faqra`uu maa tayassara).

METODOLOGI TADABBUR YANG BENAR

1. AL-QUR’AN dengan AL-QUR’AN:
Karena al-Qur’an saling membenarkan ayat-ayatnya, dan saling menafsirkan satu sama lain. Hal-hal yang disebutkan secara umum dalam suatu ayat, maka rinciannya ada dalam ayat yang lain, sesuatu yang muthlaq dalam sebuah ayat menjadi muqayyad dalam ayat yang lain, ayat yang umum dikhususkan dalam ayat lainnya. E.g: Nabi SAW menafsirkan ayat 6/82 dengan 31/13.

2. AL-QUR’AN dengan AS-SUNNAH:
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah: “Jika tidak kamu temui tafsirnya dalam ayat yang lain, maka tafsirkan dengan sunnah, karena ia merupakan syarah dari al-Qur’an dan penjelasannya (taudhiihah)”. E.g: 10/26 ditafsirkan oleh Nabi SAW az-Ziyaadah yaitu melihat Allah SWT.

3. Memperhatikan pendapat SHAHABAT R.A.:
Jika shahih dari mereka maka hendaklah kita ambil, karena al-Qur’an turun ditengah-tengah mereka, mereka adalah orang-orang yang lebih mengetahui sebab-sebab turunnya, bahasa Arab merekapun lebih asli, kefahaman merekapun lebih bersih, keimanan merekapun lebih sempurna, kejujuran merekapun lebih teruji.
Dengarlah perkataan Ibnu Mas’ud ra tentang kefahamannya atas al-Qur’an: “Demi Dzat yang jiwaku berada ditangannya tidak satupun ayat yang turun kecuali aku mengetahui tentang apa ayat itu turun dan kapan ayat itu turun apakah dimusim panas atau dimusim dingin, pada pagi hari atau sore hari, dan jika aku mengetahui ada orang yang lebih tahu dariku tentang suatu ayat maka akan kupacu kudaku kepadanya (untuk belajar).”

4. Merujuk kepada BAHASA ARAB FUSHAH:
Asy-Syu’araa’/195, maka wajib bagi kita (dengan tidak melupakan item diatas) merujuk artinya kepada bahasa Arab, kesesuaian dengan qawaa’id-nya, dan sesuai dengan balaghah dan I’jaz-nya.

Sungguh tak akan kembali jaya ummat ini, kecuali jika mereka kembali mengikuti salafus-sholihin yang pernah berjaya dahulunya .
In uriidu illal Ishlaaha mas ta’tho’tu .

Nabiel Fuad Al-Musawa

MARAJI’:
1. Mabaahits fii uluumil Qur’an, DR. Manna’ Khalil al-Qaththan.
2. Mauqiiful Muslim min Mashdaaril Awwal, DR. Yusuf al-Qardhawi.
3. Fal natazawwad minal Qur’aan, Sayyid Quthb.
4. Nazharaat fii Kitaabillah, Hassan al-Banna.
5. Min Baghiyyah al-Quraan fii Wazhaaif Ramadhaan, Ibnu Rajab al-Hanbali.
6. Manhaaj Tafsiir al-Qur’aan (Taujih Internal).

Sumber : Al-Ikhwan

Friday, November 10, 2006

Tingkatan Membaca Al Quran

Ada suatu kisah orang shalih, yang ketika beliau harus diamputasi kakinya, saat itu tidak ada obat bius, tahu engga apa kemudian yang dilakukan?
Beliau lalu membaca Al Quran.. dan meminta dokter mengamputasi kakinya ketika ia memberi isyarat, di mana saat itulah, beliau merasakan kenikmatan membaca Al Quran, sehingga sampai-sampai rasa sakit saat dipotong kakinya tidak dirasakannya, saking nikmatnya membaca Al Quran. subhanallah..

Dan masih banyak lagi kisah-kisah luar biasa para sahabat nabi yang merasakan kenikmatan membaca Al Quran yang tiada tara, subhanallah..

Semoga ini memotivasi kita untuk memperbaiki kualitas kita dalam membaca Al Quran, yuuk yak yuuk.. :)

^_^

**

Ada tingkatan yang disebut oleh Al Ghazali sebagai peningkatan diri. Maksudnya adalah meningkatkan diri hingga mendengar kalam Allah dari Allah SWT, bukan dari dirinya.

Tingkatan membaca itu ada tiga, yaitu:

Tingkatan yang paling rendah adalah apabila seorang hamba berusaha membaca Al Quran seakan-akan ia berada di hadapan Allah SWT.
Dia merasakan Allah memperhatikannya dan mendengarkan bacaannya. Dalam kondisi ini, kewajibannya adalah berdoa, memohon, meratap, dan menghiba.

Tingkat yang kedua adalah menyaksikan dengan hatinya seakan Allah SWT melihatnya, berdialog kepadanya dengan kasih sayang-Nya,dan memberikan kepadanya nikmat dan kebaikan-Nya.
Dalam kondisi seperti ini, kewajibannya adalah merasa malu, memuliakan Allah SWT, mendengarkan, dan memahami firman-Nya.

Ketiga, ia melihat kalam Allah dan dalam kalimat-kalimat sifat, serta tidak melihat kepada dirinya, juga tidak kepada bacaannya, dan tidak kepada nikmat yang diberikan kepadanya.
Sebab, seluruh perhatiannya tercurahkan kepada al-Mutakallim Allah SWT, melepas pikirannya, dan seakan ia tenggelam dalam penyaksian Mutakallim Allah SWT dari menyaksikan yang lainnya.

Dalam tingkatan ini, kenikmatan dan kelezatan munajat sangat besar. Oleh karena itu, sebagian ahli hikmah berkata,
”Aku pernah membaca Al Quran dan aku tidak mendapatkan kenikmatan,
hingga aku membacanya seakan-akan aku mendengarkannya dari Rasulullah SAW saat sedang membacanya kepada sahabat-sahabat beliau,
kemudian naik ke tingkat yang lebih tinggi, dan aku membacanya seakan aku mendengar Jibril membacakannya kepada Rasulullah SAW,
selanjutnya, aku meningkat ke tingkatan yang lebih tinggi dan saat itu aku mendengarnya dari al-Mutakallim, Allah SWT, dan saat aku menemukan kelezatan dan kenikmatan, maka aku tidak sadar lagi.”

Ini adalah tingkat kaum muqarrabin, yang sebelumnya adalah tingkatan ashabul yamin, sedangkan yang tidak mencapai ini adalah tingkatan orang-orang yang lalai.

Ustman dan Hudzaifah r.a. berkata,
”Jika hati telah bersih dan suci, niscaya ia tidak akan kenyang merasa untuk terus membaca Al Quran.”

Sumber:
Berinteraksi dengan Al Qur’an
Dr. Yusuf Al Qardhawi

Thursday, November 09, 2006

Berdialog dengan Al Quran

Teringat sebuah tausiyah dari ust Abdul Azis Abdur Rauf:
"Membaca Al Quran secara haqqo tilawah adalah membaca Al Quran yang melibatkan 3 unsur, yaitu lisan yang fasih dalam melafalkan makhrojnya, kedua, akal, yang membuatnya mengerti ilmu tajwid yang benar, dan ketiga, hati, yang membuatnya merasakan dengan siapa sesungguhnya dia sedang berdialog."

Selamat menikmati dialog dengan kalam-Nya yang mulia.. :)

^_^

**

Di antara tuntutan tadabur Al Quran adalah berdialog dan berinteraksi dengan Al Quran dengan akal dan hatinya.

Caranya adalah dengan mencurahkan hatinya untuk mentafakuri makna yang ia baca, mengetahui makna setiap ayat, merenungkan perintah-perintah dan larangan-larangannya, serta menerimanya dengan sepenuh hati.

Apabila ketika ia membaca Al Quran tersebut ia menyadari kekurangannya pada masa lalu,
Maka ia segera bertobat dan memohon ampun kepada Allh SWT.

Jika ia membaca ayat rahmat,
Maka ia pun merasakan gembira dan memohon kebaikan kepada Allah SWT.

Jika ia membaca ayat azab,
Maka ia berdoa untuk dihindari dari azab dan memohon perlindungan kepada Allah SWT.

Ketika membaca ayat yang menyucikan Allah SWT,
Maka ia segera menyucikan dan memuji Allah SWT

Sedangkan jika ia melewati ayat doa,
Maka ia segera berdoa dan memohon dengan sangat kepada Allah SWT

Muslim meriwayatkan dari Hudzaifah, ia berkata,
”Aku shalat bersama Nabi saw. Pada suatu malam , kemudian beliau membaca surat Al Baqarah, An Nisa, dan Al Imran.
Beliau membacanya dengan perlahan-lahan.
Jika ia membca ayat yang mengandung tasbih, beliau bertasbih kepada Allah SWT.
Jika membaca ayat yang berisi doa, beliau segera berdoa.
Dan jika membaca ayat memohon perlindungan, maka beliau segera memohon perlindungan kepada Allah SWT.”

“..Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan”
(QS Al Muzzammil 73:4)

“dan Al Quran itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.”
(QS Al Isra 17:106)

Ia harus memusatkan hatinya untuk memikirkan makna apa yang ia baca dengan lidahnya, mengetahui makna setiap ayat, dan tidak melanjutkan ayat selanjutnya hingga ia mengetahui makna ayat itu.

Jika ia melewati ayat rahmat,
Maka hendaknya ia berhenti dan bergembira dengan apa yang dijanjikan oleh Allah SWT itu dan berdoa kepada Allah SWT agar dimasukkan ke dalam surga.

Sedangkan jika ia membaca ayat azab,
Maka hendaknya ia berhenti untuk merenungkan maknanya.
Jika ia termasuk golongan kafir, maka hendaknya ia segera beriman, dan mengucapkan, “Aku beriman kepada Allah SWT semata, mengetahui tempat ancaman, dan memohon kepada Allah SWT agar dijaga dari neraka.”

Jika melewati ayat yang di dalamnya terdapat panggilan bagi orang-orang yang beriman seperti.”Hai orang-orang yang beriman”,
Hendaknya ia berhenti dahulu di situ
-Ada sebagian orang yang mengucapkan, ”Aku penuhi panggilan-Mu wahai Rabbku”-
Dan memperhatikan redaksi selanjutnya dari apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang, dan ia meyakini akan menjalankannya.
Jika hal itu adalah sesuatu yang pernah ia lalaikan di masa lalu, maka hendaknya ia segera memohon ampunan atas perilakunya pada waktu itu, dan bertobat kepada Allah SWT atas kekurangannya itu.

Allah SWT berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya..”
(QS At-Tahrim 66:8)

Jika ia membaca ayat ini, hendaknya ia mengingkari perbuatan-perbuatannya di dalam dirinya serta dosa-dosanya dengan orang lain, seperti kedzaliman, ghibah (menggunjing orang lain), dan yang lainnya.
Dan, ia segera melunasi kedzalimannya itu dan memohon ampunan atas amal perbuatan yang tidak lengkap ia kerjakan.
Kemudian, ia berniat untuk menunaikannya, dan memohon untuk dibebaskan dari kedzalimannyan kepada orang yang ia dzalimi jika ia masih ada bersamanya, atau menulis surat meminta maaf jika ia berada di tempat lain, serta mengembalikan apa yang pernah ia ambil dengan dzalim dari orang lain.

Dan ia bertekad untuk menunaikan itu semua pada saat ia membaca Al Quran sehingga Allah SWT mengetahui bahwa ia telah mendengar dan menaati firman-Nya

Jika ia melewati suatu ayat yang ia tidak tahu maknanya,
Maka ia segera mengingat atau mencatatnya untuk kemudian menanyakan kepada orang yang mengetahui maknanya, sehingga ia menjadi penuntut ilmu Al Quran dan menjalankan isinya.

Jika suatu ayat diperselisihkan oleh ulama tentang pengertiannya,
Maka hendaknya ia mengambil pemahaman yang paling ringan.
Dan jika ia berhati-hati dan memilih pendapat yang paling kuat, maka itu lebih baik dan lebih selamat bagi agamanya.

Jika ayat yang ia baca adalah ayat-ayat yang di dalamnya Allah SWT menceritakan berita umat-umat yang telah lalu,
Maka perhatikanlah hal itu, dan lihatlah apa yang diputuskan bagi umat itu, selanjutnya kembalilah bersyukur kepada Allah SWT atas semua itu.

Jika yang ia baca adalah ayat-ayat perintah atau larangan,
Maka niatkanlah untuk menjalankan perintah itu dan mengajak orang lain untuk menjalankannya, serta menjauhkan diri dari larangan-larangan-Nya.

Jika yang ia baca ancaman yang dijanjikan oleh Allah SWT bagi kaum mukminin,
Maka hendaknya ia memperhatikan hatinya.
Jika ia cenderung untuk mengharap maka sambunglah dengan perasaan takut, dan jika ia cenderung untuk takut maka sambunglah dengan harapan, sehingga rasa takut dan harapannya seimbang.

Itulah kesempurnaan iman.

Jika ayat-ayat yang ia baca adalah dari kelompok ayat mutasyabihat yang hanya Allah SWT mengetahui takwilnya,
Maka terimalah dengan keimanan, seperti diperintahkan oleh Allah SWT dalam QS Al-Imran 3:7

Jika ia berisi nasihat, maka ambillah nasihat itu.

Dan jika ia telah melakukan itu, maka ia telah membaca Al Quran secara tartil dan sempurna.

Jika manusia telah melakukan hal ini, maka ia telah membaca Al Quran dengan tartil secara sempurna.

Sumber:
Berinteraksi dengan Al Qur’an
Dr. Yusuf Al Qardhawi

Wednesday, November 08, 2006

Syafaat Al Quran

teringat sebuah doa yang diajarkan Rasulullah..

"ya Allah, jadikanlah Al Quran sebagai hujjah yang akan menolongku"

afwan..
versi lengkapnya menyusul yaa..

^_^

**

SYAFAAT AL QURAN

Di dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda yang bermaksud:
"Pada hari Kiamat nanti, di hadapan Allah swt tidak akan ada syafaat yang mempunyai taraf yang lebih tinggi daripada Al-Quran, bukan Nabi,bukan malaikat dan sebagainya".

Melalui hadis di atas kita dapat mengetahui bahawa Al-Quran adalah pemberi syafaat yang mana
syafaatnya akan diterima Allah.

Terdapat satu riwayat menyatakan bahawa Apabila seseorang itu meninggal dunia dan keluarganya sibuk melakukan upacara pengkebumian, seorang yang kacak akan berdiri di bahagian kepalanya.

Apabila mayat itu dikafankan, orang itu akan datang mendiami antara dadanya dan kain kafan itu. Bila selesai dikebumikan, orang ramai termasuklah ahli-ahli keluarga dan kekasih kita akan pulang ke rumah dan datanglah dua malaikat;Munkar dan Nakir cuba untuk memisahkan orang yang kacak itu supaya mereka dapat membuat pertanyaan mengenai iman orang yang meninggal dunia itu tanpa sebarang gangguan.Tetapi orang yang kacak itu akan berkata :

"Dia adalah kawanku. Aku tidak akan meninggalkannya berseorangan walau dalam keadaan apa sekalipun. Jalankanlah tugas kamu tetapi aku tidak akan meninggalkannya sehingga aku membawanya masuk ke syurga!"

Selepas itu dia berpaling ke arah mayat sahabatnya dan berkata:
"Akulah Al-Quran yang mana engkau telah membacanya kadang kala dengan suara perlahan dan kadang kala dengan suara yang kuat."
"Janganlah engkau bimbang. Selepas pertanyaan Munkar dan Nakir ini, engkau tidak akan berasa dukacita lagi"
Bila pertanyaan selesai, orang yang kacak itu akan mengadakan untuknya satu hamparan sutera yang penuh dengan kasturi dari malaikat - malaikat dari syurga"

Alangkah indahnya dan bahagianya sekiranya orang itu adalah kita. Kita tahu tentang tingginya syafaat Al-Quran tetapi dengan mengetahuinya sahaja tanpa berusaha untuk mendekati dan merebut syafaat itu kita adalah orang-orang yang rugi.

Cuba kita renungkan sejenak diri kita sendiri.

Ajal dan maut adalah ketentuan Allah. Bila ia telah datang kita tidak akan mampu memperlambatkan atau mempercepatkannya walaupun untuk tempoh sesaat.
Dan apabila berada di alam kubur siapakah lagi ! yang akan menemani kita jauh sekali memberi bantuan kecuali amalan-amalan kita sewaktu di dunia.

Allah telah menjanjikan Al-Quran sebagai pemberi syafaat terulung dan janji Allah itu adalah benar.

wallahua'lam


Hasanah Diana

Create Your Badge